Bab 15 Sifa Lagi
Bab 15 Sifa lagi
Sifa tengah duduk di samping bu Sukma yang terbaring di ranjang rumah sakit.Beliau belum juga sadar,Sifa sangat kaget saat Ujang menjemputnya di caffe tempat kerjanya kemarin.
"Bu,cepet sadar bu,di sini ada Sifa..."Bisik Sifa pada telinga bu Sukma.
Akibat jatuh kemarin mengakibatkan darah tinggi bu Sukma kambuh dan berakibat koma.
Ceklek
Suara pintu terbuka dari luar.
"Bu..."panggil Daffa yang baru tiba setelah menempuh perjalanan udara lebih dari 15jam.
"Ini Daffa bu..."Daffa meraih tangan ibunya lalu mengecupnya.
"Maafin Daffa bu,tidak bisa selalu di samping ibu."
Sifa hanya diam melihat itu,Sifa jadi teringat bundanya,tanpa di sadari air mata Sifa mengalir ke pipinya.
Daffa mengalihkan pandangannya pada seseorang di seberang ranjang yang tengah menghapus airmata di pipinya,"Kenapa ibu bisa seperti ini Fa?"
"Sifa tidak tahu kak,Sifa di jemput Ujang untuk ke sini."
Ceklek
Denis masuk ruang inap bu Sukma,
"Katanya,bi Siti menemukan ibu dengan kursi roda yang sudah terjatuh di samping Sasa."
Daffa nampak mengernyitkan dahinya,"Lebih baik kamu tanya sama pacarmu yang malah kabur sampai sekarang."
Daffa lalu meraih ponselnya untuk menghubungi Sasa,namun berapa kali panggilan wanita itu tak kunjung mengangkat panggilannya.
.........
Daffa dan Denis tengah berada di kantin rumah sakit sembari menikmati secangkir kopi.
"Kamu tidak curiga apa sama Sasa Daf?"
"Maksud kamu?"
"Ya jelas dari cerita bi Siti,kalau Sasa ada di tempat kejadian saat ibu jatuh,dan lagi kenapa dia malah kabur terus tidak bisa di hubungi."
"Aku tidak mau berburuk sangka Den.."
"Terserah sih ya,logika saja, bagaimana ibu jatuh sementara itu di ruang keluarga,lantainya rata Daf.."
"Entahlah Den,aku pusing."
"And see,siapa sekarang yang ada buat ibumu?Sifa kan?Dia juga yang selalu ada buat anakmu.."
"Maksud kamu apa ngomong seperti itu?"
"Ya kali aja hati kamu tergerak dengan itu."
Daffa hanya diam tak lagi merespon ucapan Denis,yang ia firirkan sekarang adalah keadaan ibunya yang belum sadarkan diri.
..........
Daffa POV
Aku terus merenung akan ucapan Denis tadi,apa iya Sasa yang mendorong ibu?Sayang sekali aku belum memasang cctv di dalam rumahku.
Jika benar Sasa yang mendorong ibu,kenapa?setahu aku Sasa bukan perempuan kasar.
Ah sudahlah,sekarang yang terpenting keadaan ibu.
Ini sudah hari ke 3 ibu belum sadarkan diri.Dan lagi-lagi gadis baik hati itu yang selalu ada untuk ibu dan anakku.
Ku lihat ia tengah tidur meringkuk duduk di kursi samping ranjang ibuku.Tangannya terus menggenggam tangan ibuku.Sesayang itukah ia pada ibu dan anakku?
Ku dekati ia,terlihat wajah lelahnya.
Cantik,ya aku akui ia memang dan sederhana,selain cantik,dia juga baik,pintar dan terlihat tulus.
Kemarin ibu sempat menyarankan aku agar menikahinya.Tapi aku menolak,tak ada cinta di antara kami.
Dan lagi bagiku,aku dan Sasa yang jelas orangtua kandung putraku adalah pilihan terbaik.
Bukankah seorang anak pasti menginginkan hidup dengan orang tua kandungnya.
Aku tau Sasa tak sebaik Sifa,tapi aku yakin ia akan berubah suatu hari nanti,aku hanya perlu memberinya kesempatan.Dan terpenting kami saling mencintai.
Kulihat Sifa mulai tak nyaman dengan posisi tidurnya.Perlahan aku meraih tubuhnya.
"Enghhh..."Ku gendong tubuhnya yang ringan dan ku pindahkan ia pada sofa panjang di ruang rawat ibu.
Beruntung ia tak sampai terbangun,aku bertanya-tanya siapa sebenarnya gadis ini?Kenapa ia begitu baik pada keluargaku.
Jika benar yang Sasa katakan jika ia hanya inginkan hartaku,apa buktinya?
Bahkan gadis ini sudah merawat Raffa sejak aku titipkan Raffa pada ibu,dan jelas waktu itu aku belum sukses seperti sekarang.
Ah sudahlah,lebih baik aku ikut istirahat.
.
.
Pagi harinya kulihat Sifa tengah gelisah
"Kamu kenapa Fa?"
"Eh..mm..tidak apa kak."
Matanya jelas mengatakan kalau ia gelisah,"Apa ada masalah?Jujur saja."
Sifa terlihat ragu,"Mm..itu kak,siang nanti Sifa ada ujian."
"Owh,ya sudah berangkatlah."
"Tapi ibu..."
"Tidak usah khawatir soal ibu,ada suster atau nanti saya minta bi Siti untuk jaga ibu."
"Iya kak."
..........
Setelah kedatangan bi Siti akhirnya Sifa pulang ke kosannya di antar Daffa.
"Kak,makasih ya udah anterin Sifa.."
"Ya sudah kamu siap-siap sana! Saya tunggu."
"Eh..maksudnya?"
"Saya antar kamu ke kampus Sifa."
"Ih,tidak perlu kak,Sifa bisa sendiri."
"Sudah tidak ada penolakan,saya antar kamu ke kampus,nanti juga saya jemput pulangnya.."
"Eh..tidak usah kak,ngerepot.."
"Sifaaaa,aku ngelakuin ini buat ibu.."Geram Daffa karena gadis ini suka sekali menolaknya.
"Eh,ya udah kak,sebentar Sifa siap-siap,kak Daffa mau nunggu di mobil apa ke dalam?"
"Dalam saja ya,sama kamu buatkan saya minum,haus nih."
"Eh..i.iya kak.."
Biarkanlah Sifa mau mikir apa,aku cuma penasaran sama dia,kenapa dia bisa baik sekali dengan keluargaku.
"Nih kak es sirup nya,cuaca panas cocoknya minum es."
"Thanks Fa.."
Untuk ukuran kosnya aku bisa lihat cukup nyaman dan lengkap.
"Sifa siap-siap dulu kak.."
Aku lihat Sifa mengambil baju lalu berlalu ke kamar mandi.
Aku duduk di karpet kecil depan kasurnya.Mau gimana lagi tak ada sofa di sini.Mau duduk di depan tidak ada terasnya.
Suara ponsel Sifa mengalihkan Daffa dari kegiatannya memindai kamar kos Sifa.
Beberapa kali ponsel itu berbunyi Daffa terpaksa melihatnya takut ada yang penting, namun dering itu berhenti saat Daffa mengambil ponsel itu .
Tertera nama Adam di sana hingga nada pesan dan menampilkan sebuah pesan yang terbaca sebagian.
From Adam:
Sayang kenapa tidak ada kab....
Siapa Adam?Kenapa memanggil sayang?Ah mungkin kekasih Sifa,wajar Sifa gadis cantik dan menarik walau ia sederhana.
Daffa pov end
Sifa keluar dari kamar mandi sudah siap dengan dress navy selutut dengan lengan pendek yang menampilkan lengan putih mulusnya
Sementara rambut sepunggungnya ia gerai bebas tanpa accecoris.
"Maaf lama ya kak?"
Daffa masih terbengong melihat penampilan Sifa yang berbeda dari biasanya,kali ini baju Sifa terlihat bermerek.
"Kamu beda banget hari ini?mau ketemu pacar ya?"
"Pacar?"Tanya Sifa bingung.
"Kamu cantik.."Puji Daffa tanpa sadar.
"Owh,pasti karena bajunya,hihi maaf kak soalnya Sifa tidak sempat nyuci baju biasanya,jadi kakak jangan mesum gitu ngeliatnya."Canda Sifa.
"A..apa,ngaco kamu mana mungkin saya tertarik sama bocah kecil seperti kamu." Gugup Adam mengalihkan pandangannya.
"Ish,siapa yang bocah?Awas ya Sifa sumpahin jatuh cinta sama Sifa loh."
"Kalau jatuh cinta beneran gimana?"Goda Daffa.
"Ish,sori ya kak,Sifa tidak mau sama om om apa lagi mesum seperti kakak."
"Siapa yang om om,dan siapa juga yang bakal tertarik sama kamu,ngimpi."
Daffa merasa turun harga dirinya karena tolakan Sifa,padahal dirinya tak mengatakan kalau ia tertarik pada gadis itu hanya sempat terpesona sebentar tadi.Meski Daffa akui kadang dirinya memikirkan pada kebaikan gadis itu. Tapi Daffa yakin jika itu hanya sebatas rasa kagum dan rasa terimakasih akan kebaikan gadis itu pada anak dan ibunya selama ini.
Bagi Daffa kehadiran Sifa seperti malaikat.Seperti yang di ceritakan ibunya jika Sifa selalu ada ketika di butuhkan. Dan Daffa menyadarinya sekarang, gadis itu selalu ada untuk keluarganya.
