Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 Sifa dan Sasa

Bab 13 Sifa dan Sasa

Pagi itu Sifa datang sangat pagi ke rumah Daffa,"Di mana Raffa bi?"Tanya Sifa begitu memasuki rumah dan bertemu dengan bi Siti.

"Di kamarnya non..."

Sifa naik ke lantai 2 dan langsung masuk ke kamar Raffa.

"Raffa"Lirih Sifa memanggil nama Raffa karena di lihatnya Raffa masih tidur.

"Maaf mbak Sifa,Mia jadi ngerepotin mbak."

Subuh tadi Mia menelpon Sifa lantaran Raffa dari semalam menangis memanggil papa dan bundanya.

"Tidak apa mbak,biar tak usah di bangunin,mbak Mia temani Raffa ya !Saya mau lihat ibu"

Sifa keluar kamar Raffa dan menuju kamar bu Sukma.

Tok..tok..tok..

Setelah mendapat jawaban masuk Sifa baru memberanikan diri untuk memasuki kamar bu Sukma.

"Ke sini nak!"

Sifa mendekat ke arah bu Sukma yang tengah duduk di kursi rodanya,"Ibu sedang apa?"

"Tidak sedang melakukan apapun Sifa."

"Ibu sehat kan?Maaf Sifa lama tidak mampir,lagi banyak tugas kuliah."

"Iya tidak apa,ibu mengerti,harusnya ibu yang minta maaf selalu merepotkan kamu."

"Ibu...." Sifa menggenggam tangan bu Sukma.

"Harusnya perempuan itu bisa mengambil hati anaknya,bukan malah sibuk menguasai bapaknya." Ujar bu Sukma sambil membenarkan letak kacamatanya.

Sifa mengelus punggung bu Sukma karena bu Sukma berbicara dengan nada sedikit tinggi.

"Semalaman Raffa rewel,ibu coba telpon Daffa tapi tidak di angkat-angkat,sekalinya di angkat yang jawab perempuan itu." Ujar bu Sukma lagi dengan nada kesal.

"Mana bilang Daffa sibuk tidak boleh di ganggu,eh waktu ibu mau telpon lagi malah sudah tidak aktif sampai sekarang"

"Sabar bu,sekarangkan sudah ada Sifa,Sifa akan jaga ibu sama Raffa."

"Makasih nak,andai kamu saja yang jadi anak ibu."

"Ibu,memang ibu tidak anggap Sifa anak?Padahal Sifa selalu menganggap ibu seperti ibu sifa sendiri loh. " Ujar Sifa sendu.

"Eh,bukan seperti itu maksud ibu nak..."

"Hehe,iya ibu Sifa ngerti kok.."lalu Sifa melihat jam di tangannya pukul

6.30 dan melihat ke arah jendela di mana matahari sudah menampakan sinarnya.

"Bu,kita keluar yuk,Sifa antar ibu ke halaman belakang supaya ibu dapat berjemur."

"Iya nak.."

Sifa mengantar bu Sukma berjemur sinar matahari pagi di halaman belakang,lalu ke dapur membantu bi Siti membuat sarapan.

...........

Sementara pagi itu di apartemen Sasa

Daffa terbangun dari tidurnya.Ia masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Shit..."Daffa langsung terduduk ketika melihat Sasa tidur di sampingnya dalam keadaan polos sama seperti dirinya.

"Enghhh,kenapa sih sayang?" Tanya Sasa dengan suara seraknya.

"Apa yang kita lakukan Sa?"

"Bercinta apa lagi!"

Daffa menggeleng mengingat apa yang terjadi semalam,"Kau,apa yang kau campur ke dalam teh milikku semalam?" Tanya Daffa mengingat ia tiba-tiba merasa bergairah setelah meminum teh buatan Sasa untuknya.

"Apa hanya sedikit penambah semangat saja,sudah lah sayang toh kita sama-sama menikmatinya semalamkan?"

Daffa meremas rambutnya menyesali apa yang terjadi semalam,"Bagaimana kalau kamu hamil lagi sebelum kita menikah?"

"Owh,aku kira apa sayang?Ya sudah kamu secepatnya nikahin aku."

Daffa meremas rambut kepalanya lagi,"Sorry untuk saat ini aku belum bisa nikahin kamu."

"Kenapa sih?Kamu masih cinta aku kan?Aku cinta kamu,apa lagi yang kamu pikirkan?"

"Raffa Sa,kamu tidak mikirin Raffa apa?"

"Ck..Raffa itu anak aku,mau tidak mau dia harus terima kalau aku nikah sama kamu."

"Tidak segampang itu Sasa,harusnya kamu ambil hati Raffa supaya mau dekat sama kamu,supaya dia tidak ketergantungan sama Sifa,emang kamu tidak lihat bagaimana Raffa dekat sama Sifa?"

"Kamu itu kebanyakan mikir sayang,santai saja,kalau Raffa dekat sama Sifa bagus dong.Kita bayar saja Sifa buat jadi babysisternya Raffa,Raffa ada teman,aku juga bebas."

Deg..

Daffa kaget dengan jawaban Sasa yang terdengar menyepelekan putranya.Daffa bangkit lalu meraih pakaiannya yang berserakan di lantai lalu melesat ke kamar mandi.

5 menit kemudian Daffa keluar,

"Aku mau pulang,sore nanti aku mau ke Paris,sebaiknya kamu ke rumah dekati Raffa."

"Apa yang?Ke Paris?Aku ikut yah..yah.."Rengek Sasa.

"Tidak bisa Sa,aku ke sana untuk bekerja bukan senang-senang."

"Ya sekalian sayang,selesai kamu kerja kita kan bisa jalan-jalan."

"Sa,kalau kamu mau kita nikah,kamu ikuti mau aku,buatlah Raffa dekat sama kamu."

"Daf,kenapa sih kamu itu bikin ribet?mau bagaimanapun Raffa anak kita dia pasti nerima aku."

Tanpa menjawab Daffa pergi meninggalkan Sasa yang terlihat kesal.

..........

Sifa tengah bermain dengan Raffa di taman belakang,Sifa menuntun Raffa menaiki sepeda barunya.

"Unda..pegang..angan lepas."

"Iya sayang,bunda pegang kok,ayok..Raffa pasti bisa.."

Sementara bu Sukma tersenyum melihat bagaimana Sifa terengah-engah mengajari Raffa naik sepeda.

"Kenapa bu?Kelihatannya senang banget."Tanya Daffa yang baru saja pulang.

"Lihat itu anakmu sama Sifa..."

Daffa melihat ke arah Raffa yang tengah belajar sepeda bersama Sifa,Daffa ikut tersenyum.

Bu Sukma melihat ke arah Daffa yang ikut tersenyum," Ibu sangat berharap Sifa jadi menantu ibu Daf.."

Daffa reflek melihat ke arah ibunya yang tengah memandang Sifa.

"Dia gadis baik,cantik,dan jelas sayang dan mengerti Raffa.."

"Tapi bu..Raffa punya Sasa."

"Ibu tau perempuan itu memang yang mengandung 9 bulan dan melahirkan Raffa,tapi Sifa lah yang membesarkan Raffa sejak Raffa berusia 10hari hingga saat ini,bahkan Sifa lebih tahu tentang Raffa di banding ibu dan kamu apa lagi perempuan itu yang hanya mau mendekati kamu bukan anak kalian."

"Bu...Daffa.."

"Apa kamu tahu jika semalam ibu menelfonmu berkali-kali?"

Daffa sudah mengecek ponselnya tadi dan ia tahu jika semalam ibunya menelfon berkali-kali,tapi sepertinya Sasa menonaktifkan ponselnya semalam,"Maaf bu hape Daffa lowbat."

"Habis batre apa sengaja perempuan itu matikan?"

"Bu..."

"Papa...."Raffa berlari ke arah Daffa

"Siang sayang..."Daffa langsung menggendong Raffa

"Papa dali mana cih..napa cemalam dak uyang?"

"Papa kerja sayang."

"Pa..afa bica naik cepeda,tadi di ajalin unda.."

"Wah..anak papa pinter yah.." Gemas Daffa mengacak rambut Raffa.

"Iya dong...anak unda..iya kan unda?"

"Iya pasti,siapa dulu bundanya..."

"Unda cifa..."Sorak Raffa riang.

"Papa anti ita bayapan yah..afa pati menang.."

"Siap..."

"Kamu tidak kuliah Fa?"Tanya Daffa.

"Ijin kak.."

"Kenapa?"

"Tadi pagi ibu yang telpon,kamu kan tidak tahu kalau semalam Raffa nangis terus cari kamu sama Sifa.."Ujar bu Sukma.

"Maaf bu,Daffa sibuk."

"Iya sibuk sama perempuan itu sampai mengabaikan anak sendiri.."

Mengetahui pembahasan yang terlihat tak baik Sifa menggendong Raffa masuk ke dalam rumah.

"Kamu lihat Daf,Sifa rela ijin kuliah demi Raffa,sedang perempuan itu?Yang dia cari itu cuma kamu atau mungkin uang kamu.Bukankah dulu dia nolak kamu dan Raffa karena kamu belum sesukses sekarang?Dan lihat begitu dia tahu kamu sukses,dia mendekati kamu lagi"

"Bu,mau bagaimanapun Sasa ibu kandung Raffa,Dia tetap ibu terbaik untuk Raffa dan Raffa pasti lebih butuh orang tua kandungnya bu!"

"Apa kamu tidak bisa lihat perbedaan antara Sifa dan perempuan itu Daf? Sifa jelas lebih baik."

Lalu bu Sukma memutar kursi rodanya meninggalkan Daffa yang terdiam memikirkan kata-kata bu Sukma.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel