Bab 12 Mengenai Perasaan
Bab 12 Mengenai Perasaan
Sifa bingung dengan kedatangan Daffa dan Raffa pagi ini.Apa lagi dengan teriakan Raffa yang memanggilnya bunda.
"Gimana Fa?Mau ya sarapan bareng?" Tanya Daffa lagi membuyarkan segala pemikiran Sifa.
"Mm,tapi Sifa sudah masak kak?"
"Afa mau makan macakan unda..."
"Boleh,tapi maaf kak,Sifa cuma masak satu porsi."
"Ya audah untuk kamu dan Raffa saja,Raffa juga makannya pasti tidak banyakkan? "
Sifa menggeleng,"Ya sudah Raffa sayang yok sarapan! Bunda punya nasi goreng loh."
"Yeeyyy..." Sorak Raffa sangat senang.
"Masuk kak,tidak enak di depan di lihatin orang!"
Daffa melihat sekeliling,dan benar saja,hampir semua penghuni kos melihat ke arah mereka.Daffa memasuki kamar kos kecil milik Sifa,ada satu kasur ukuran sedang,sebuah meja berisi buku-buku kuliah Sifa dan sebuah lemari plastik kecil di sebelahnya,ada juga televisi di dinding di depan kasur.
Masuk ke dalam lagi ada dapur kecil dan sebuah kamar mandi langsung dengan toilet di dalamnya,"Kamu tinggal sendiri di sini?" Tanya Daffa.
"Iya kak,kenapa?Kecil yah?"
Lalu Sifa memasuki dapur, tak lama ia kembali membawa nampan berisi sepiring nasi goreng,satu gelas air mineral dan secangkir teh hangat untuk Daffa.
"Maaf kak hanya ada teh,soalnya aku jarang ngopi atau minum susu."
"Its oke."
"Nah Raff,sini bunda suapin."
Raffa sangat antusias menerima suapan dari bundanya hingga tak lama makanan itu hampir tandas oleh Raffa seorang.
"Lho,Raffa kok bundanya tidak di sisain?Tumben kamu makannya banyak."
"Enyak pa..."
"Tidak apa kak,Raffa sudah biasa makan sebanyak ini."
Satu lagi Daffa baru tahu porsi makan Raffa yang berbeda dari pada saat di rumah,"Terus kamu sarapan apa?"
"Nanti gampang kak."
Daffa memandang Sifa penuh arti.Dia ingat tadi pagi Sasa lebih mementingkan perutnya sendiri di banding anaknya.
"Kamu ke kampus jam berapa?"
"Nanti kak jam 10 ada kelasnya."
Di lihatnya jam menunjukan pukul 8 lebih," Ya sudah saya antar yuk!"
"Tidak usah kak,kakak juga pasti harus ke kantor kan?"
"Itu gampang Sifa,lagian Raffa pasti masih mau sama kamu kan?Iya tidak sayang?"
Raffa mengangguk,"Afa macih mau main cama undaa...Afa kanen unda."
Sifa tak ada pilihan lain.Setelah bersiap-siap mereka pun berangkat.
.
.
Di perjalanan Daffa menghentikan mobilnya dekat sebuah taman kota.
"Loh kok berhenti kak?"
"Kamu sarapan dulu."
"Eh tidak usah kak." Tolak Sifa.
"Saya juga belum sarapan Sifa,kamu temani saya."
"Ya,ya sudah." Jawab Sifa pasrah meski jujur ia merasa canggung berada di dekat Daffa," Yuk Raffa,sekalian kita main sebentar di taman."
Mereka jalan memasuki area taman dan berhenti di sebuah kursi taman dekat ayunan bundar.
"Kalian tunggu sini ya!Papa cari sarapan dulu."
Sifa mengangguk sembari memainkan ayunan untuk Raffa.
Tak lama kemudian Daffa kembali dengan membawa 2 kotak putih berisi makanan untuk mereka sarapan,"Cuma ada lontong sayur Fa,tidak apa kan?"
"Eh iya kak" Sifa menerima dengan penuh senyum membuat Daffa terpana sejenak.
Sebelum memulai makan Sifa berdoa dulu sama seperti saat sebelum ia mulai menyuapi Raffa.
"Rafa mau makan lagi?" Tanya Sifa pada Raffa.
Raffa menggeleng,"Macih enyang unda."
"Owh,ya sudah bunda makan ya..." menoleh ke Daffa,"Mari kak."
Dafa tersenyum dan mulai memakan sarapannya.Setelah selesai sarapan Daffa mulai bertanya pada Sifa sambil menemani Raffa main sebelum waktu kuliah Sifa.
"Kamu kuliah ambil jurusan apa Fa?"
"Owh,ekonomi dan bisnis kak."
"Wah,pinter ngitung dong."
"Tidak juga kak kan ada kalkulator."
"Kata ibu kamu dapat beasiswa ya."
"Hemm,dulu sih kalau sekarang sudah tidak."
"Kenapa?"
Sifa hanya tersenyum tidak mungkin kan ia cerita sebab beasiswanya di cabut dulu.
"Berarti kamu bayar sekarang?" Tanya Daffa lagi saat tak mendapat jawaban dari pertanyaan sebelumnya.
"Iya kak,tapi aku lagi cari beasiswa kok."
"Kata ibu kamu mau cari kerja?"
"Ya gitu kak.."
"Sudah dapat?"
"Sudah,tapi cuma hari minggu saja."
"Kerja apa?"
"Jaga stand eskrim kak. "
"Owh.."
"Kak,sudah jam 9 lebih,aku mau ke kampus dulu ya..!"
"Eh biar saya anterin."
Sifa menggeleng,"Biar Sifa naik bis aja kak.."
"Saya antar,saya tidak terima penolakan."
Akhirnya Sifa hanya bisa menurut saja.
........
Di kantor Daffa tengah mengingat kedekatan Raffa dan Sifa.Ia tersenyum mengingat bagaimana gadis itu begitu lembut dan keibuan mengurus Raffa,kemudian Daffa tertawa lirih mengingat polah gadis itu yang begitu absurd jika hanya berdua dengan Daffa.
"Kamu kenapa Daff ? Sudah datang siang eh sekarang ketawa sendiri?"
"Siapa yang ketawa."
"Kamu lah."
"Heh.."
"Cerita sih,kamu seperti sedang jatuh cinta saja."
"Eh..tidak lah,aku bukan pedhofil."
"Cieh...kamu lagi mikirin Sifa ya?"
"Ish..siapa bilang."
"Kamu tadi,padahal tadinya maksud aku si Sasa,secara body dia sekarang,behhhhh..." Ucap Denis sambil mengerakan tangannya bak gelombang ke bawah.
"Entah lah,bingung aku sama Sasa."
"Bingung kenapa?"
"Dia setiap aku minta untuk dekatin anaknya selalu saja ada alasan."
"Lah terus kalau hati kamu sendiri gimana?Masih cinta sama dia?"
"Sepertinya iya,ya seperti yang kamu bilang tadi,aku laki-laki normal bro..."
"Itu sih bukan cinta tapi nafsu."
"Heh,emang cinta itu yang gimana menurut kamu Den?" Tanya Daffa sedikit tertarik dengan pembahasan ini.
"Nih ya,dengerin! Cinta itu ketika kamu merasa nyaman ketika bersama orang itu,kamu akan bahagia ketika melihat bahkan ketika kamu hanya mengingat senyumnya dan kamu akan sesak ketika kamu lihat airmatanya."
Saat itu Daffa tersenyum mengingat wajah ceria Sifa saat bermain dengan Raffa.
"Nah kamu merasakan itu tidak sama Sasa?"
"Entah aku tidak tahu,eh besok jadi kan kita tinjau lokasi di Bekasi?"
"Jadi dong! Sudah mangkrak lama tuh proyek dari pemilik lama,padahal potensi masih bagus banget.Kita harus tinjau ulang apa masalahnya?"
"Oke! Besok kita bareng ke sana,siangan aja ya!"
...........
Malam harinya Daffa menjemput Sasa di lokasi pemotretannya."Sudah selesai?"Tanya Daffa begitu Sasa menghampirinya ke mobil.
"Sudah sayang,maaf kamu lama ya nunggunya?"
"Lumayan tuh habis satu gelas kopi,mau dua gelas malah."
"Ups..sorry.."
"Its oke,mau ke mana kita sekarang?"
"Mmm,makan dulu yuk,laper nih."
"Siap." Jawab Daffa seraya tersenyum.
.
.
Setelah makan malam Sasa mengajak Daffa mempir ke apartmentnya, "Kamu mau minum apa sayang?"
"Apa saja,mungkin teh hangat manis lebih baik."
"Oke..tunggu yah."
Tak lama kemudian Sasa datang membawa 2 gelas teh hangat manis untuk mereka berdua.
"Nih,kamu minum dulu ya sayang,aku mau mandi bentar."
Sasa meninggalkan Daffa untuk bersih-bersih.Hingga 15 menit kemudian Sasa muncul dengan piyama satin tipis selutut tanpa bawahan.
Daffa memandang Sasa penuh arti
"Sayang..." Sapa Daffa parau.
Sasa mendekati Daffa dan duduk di pangkuannya,"Apa kamu masih mencintaiku?" Tanya Sasa dengan sangat lembut.
"Hmmm" Daffa menatap wajah Sasa dalam,mulai dari mata hingga tatapannya tertuju pada bibir berpoles lipstik merah menggoda.
Tanpa basa-basi Daffa langsung meraih bibir itu dengan bibirnya,menyecap,melumatnya dalam dan kasar.
Sasa yang memang dengan sengaja menggoda tentu merasa senang ketika umpannya termakan,dengan senang hati ia membalas ciuman Daffa
Hingga beberapa saat mereka menyudahi ciuman itu.
"Malam ini menginaplah! " Bisik Sasa di depan bibir Daffa.Daffa tersenyum lalu kembali menyatukan bibir mereka dan mengangkat tubuh Sasa seperti koala menuju kamar yang akan menjadi surga dunia mereka.
