Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 002

Tasya berdiri di pintu keluar guna mengucapkan terima kasih kepada semua penumpang yang hendak turun dari pesawat.

Paramugari cantik ini mengucapkan terimakasih dan memberikan senyuman manis kepada setiap penumpang yang hendak turun, hal itu memang sudah menjadi pekerjaannya.

Tiba saat Bryan hendak turun, laki laki kejam itu melirik tajam ke arah Tasya, membuat semua antek-anteknya yaitu 1 asisten dan 4 Bodyguardnya heran mengapa tuannya menjeda langkah kaki nya di depan pintu keluar pesawat.

Tasya sedikit takut dengan tatapan tajam Bryan walupun matanya tertutup kacamata hitam, ketajamannya tetap sangat jelas, namun ia tetap memberikan senyuman manis dan ucapan Terimakasih yang tulus kepadanya.

Saat turun, para Bodyguard sedang mengantre koper tuannya sedangkan Willy manajer sekaligus asistennya menemani Bryan duduk di ruang tunggu.

Bryan duduk dengan meletakkan kaki kanan di atas kaki kirinya, sembari melamunkan penolakan Tasya, tatapan nya datar lurus ke arah depan dan sesekali menyeringai licik.

"Tuan, anda tidak apa-apa?" Tanya Willy, sembari melambaikan tangan tetap di depan wajah atasannya.

"Apakah aku terlihat jelek?" Tanya Bryan dengan ketus kepada asistennya, tatapannya penuh selidik pada arah asisten yang duduk di sampingnya itu.

"Kenapa tiba-tiba Anda bertanya seperti itu tuan?" pastinya hal itu membuat Willy heran kenapa tiba tiba tidak ada angin tidak ada hujan pikirnya.

"Jawab saja, apa aku terlihat jelek!" Bryan mencekam asistennya dengan nada tinggi.

"Tidak tuan, anda sangat tampan, ketampanan anda tiada Tara sangat Paripurna ditambah tubuh atletis anda dan Irish bola mata anda yang berwarna biru menyala sangat menawan" berbagai pujian yang di lontarkan oleh Willy, bukan semata mata karna takut. Tapi memang itu faktanya, Bryan memang sangat lah tampan.

"Lalu kenapa pramugari cantik itu menolak ku?!" salah satu alisnya terangkat.

"Mungkin karena dia belum melihat mata indahmu tuan" ucap Willy dengan asal agar tidak dibentak.

"Benarkah begitu!" Bryan tampak tidak yakin dengan penuturan asistennya.

"I-ya tuan" jawab Willy ketakutan.

*

Kembali lagi dengan Tasya yang sedang dalam perjalanan menuju hotel dikota New York Amerika serikat, tempat di mana dia akan beristirahat.

Silvi salah memesankan kamar, Karena Tasya tidak memberitahunya kalau ia ingin kamar hotel individu, agar dirinya dapat bermalam dengan Daren, sang kapten.

"Sil, kok cardlock nya cuman satu?" tanya Tasya, kedua matanya menyorot pada tangan Silvi yang memegang cardlock kamar hotel mereka.

"Emangnya ada berapa Sya?" Silvi balik bertanya.

"Bukannya seharusnya dua," ucap Tasya dengan kening yang mengkerut bingung.

"Kan aku mesannya Double bed Tasya," ucap Silvi santai, karna Tasya tidak memberitahu dari awal bahwa dia ingin kamar yang sendiri.

"Aduhh, iya udah deh, tidak apa apa," balas Tasya yang merasa amat berat.

Silvi di buat bingung, apa dirinya berbuat salah pada temannya itu. Mengapa tiba tiba merajuk seakan tidak ingin satu kamar dengannya.

"Emangnya kenapa Sya, kamu gak mau sekamar sama aku?" tanya Silvi penasaran, matanya menyorot tajam menunggu jawaban dari Tasya.

"Bukan kaya gitu Sil, tapi aku ada janji sama Daren malam ini, kamu tau lah.." jawab Tasya santai sembari memutar bola matanya dengan malas.

"Aduh.. kamu sih gak bilang tau gitu kan aku pisah tadi, jadi gimana dong!?" Silvi merasa tidak enak, dan mencoba mencari solusi.

"Udah lah gak apa-apa, nanti aku aja yang jelasin sama Daren, ini salah aku kok lupa ngasih tau kamu," ucap Tasya setelah mendapatkan solusi yang aman.

Mereka berdua pun menuju kamar hotel yang Silvi pesan,  dan Tasya juga menelfon Daren guna memberitahunya bahwa dia tidak menggunakan kamar individu dan berharap Daren yang mengalah.

Panggilan tersambung..

"Halo sayang, maafin aku yah nanti malam kayaknya gak bisa, soalnya aku salah pesen kamar aku pesen Double bed, jadi aku berdua sama Silvia, atau kamu aja yang pisah sama Rangga," ucap Tasya yang merasa tidak enak ia melirik ke arah Silvi yang tengah mengemas kopernya.

"Ya udah sayang.. tenang aja nanti aku bilang sama Rangga buat pisah aja, biar kita bisa bermalam berdua," jawab Daren yang tersenyum lebar di sebrang sana.

"Oke deh kalok gitu, bye sayang..." balas Tasya dengan kegirangannya.

"Oke sayang sampai jumpa nanti malem ya.. Emmuach.." balas Daren.

Panggilan berakhir..

"Gimana aman?" Tanya Silvi.

"Aman kok," ucap Tasya dengan tersenyum senang.

"Aku mandi duluan ya Sil, aku harus bersih-bersih dandan yang cantik, biar Daren terpikat sama aku seterusnya dan karna aku butuh Daren banget Sil," ucap Tasya lalu segera menuju kamar mandi.

"Iya deh iya... aku paham," Balas Silvi sembari tersenyum kecil.

.

.

Di sisi lain Daren bertemu dengan Rangga, lalu memberitahu kepada Rangga untuk pisah kamar, Rangga yang juga menjadi saksi perselingkuhan temannya itu, sering kali memperingati temannya.

Namun Daren telah termakan cinta, tak mau mendengarkan ucapan Rangga, dia menutup telinga dan tak peduli, yang penting dia bisa selalu bersama Tasya.

Beruntungnya Rangga mau untuk pisah kamar, karna tidak ada gunanya memperingati Daren yang sudah di butakan oleh cinta.

Daren mengirim pesan kepada Tasya.

[Sayang.. nanti langsung ke kamar 358 ya.. jangan lama-lama] chat Daren.

[Iya aku baru selesai mandi, sebentar lagi aku kesana!] Balas Tasya buru buru menyelesaikan make up nya.

Tasya pun segera menuju kamar Daren, dengan mengenakan mantel hitam serta masker agar tidak ketahuan tim lain. Hal itu sudah biasa di lakukannya, beruntungnya tidak ada yang menyadari hubungan mereka sampai detik ini, kecuali Silvi temannya dan Rangga temannya Daren.

Tok tok tok

Tasya mengetuk pintu kamar Daren, dengan cepat sang kapten membukanya. Karna dia pun telah menunggunya sejak tadi, hingga tidak sabaran.

Saat Tasya masuk dia langsung disambut oleh ciuman mesra Daren. Berpagut dua bibir dan saling bertukar saliva yang manis.

Mereka berciuman dengan penuh semangat melanjutkan ciuman di toilet sebelum mereka take off.

Daren benar benar melumat bibir seksi Tasya dengan penuh gair*h, sehingga mengeluarkan suara cecapan yang keras, saking nikmatnya bibir seksi Tasya.

Begitu juga Tasya membalas ciuman itu dengan penuh cinta, sembari tangannya mengusap tengkuk leher laki - laki tersebut.

Seperti tujuan awal mereka bertemu malam ini ialah untuk memadu kasih, Daren sangat menyukai tubuh gadis itu. Sejak dulu laki - laki ini hanya menikmati tubuh Tasya terus menerus tanpa ada kepastian, sedangkan Tasya terlalu amat bodoh memberikan barang berharganya setelah tahu apa yang laki - laki itu perbuat padanya.

Bagi Tasya, hanya Daren yang pantas menjadi miliknya, maka dari itu dia memberikan tubuhnya terus menerus berharap Daren yang sudah mengambil kesuciannya ini akan bertangggung jawab padanya. Entah sampai kapan Tasya akan seperti ini, hingga sekarang seolah tidak ada kata menyerah sebelum Daren benar - benar bertanggung jawab dan mau menikahinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel