Episode 9
“Akbar nanti mau main apa," tanya Ferdi.
"Tentu saja aku ingin bermain basket." Akbar berkata dengan mempraktekkan gerak tangannya yang menunjukkan bahwa dirinya sedang melemparkan bola ke keranjang.
Ferdi tersenyum ketika mendengar penjelasan dari anak laki-laki tersebut.
“Aku juga ingin bermain game, pokoknya aku ingin bermain sepuasnya,” Akbar mengangkat kedua tangannya ke atas.
"Apa tidak mau mandi bola.” Ferdi menawarkan.
Azahra tertawa saat mendengar penawaran yang diberikan oleh Ferdi. Adik laki-lakinya itu begitu tidak mau diajak masuk ke arena mandi bola.
Ferdi memandang Azahra dengan mengerutkan keningnya.
“Tidak, aku tidak mau mandi bola, itu arena bermain anak-anak bayi,” jawab Akbar.
“Abang lihat banyak kok anak-anak seumuran Akbar yang main di arena mandi bola,” jelas Ferdi.
“Aku ini sudah SD bukan anak TK,” protes Akbar.
Azahra hanya tersenyum ketika mendengar adiknya itu berbicara. Azahra duduk di samping Ferdi dengan memangku adiknya.
“Kalau sudah SD pasti sudah besar ya,” ucap Ferdi.
“Tentu saja,” Jawab Akbar dengan gaya bangganya.
“Kalau sudah besar berarti duduknya sudah tidak dipangku Kak Azahra lagi. Akbar mestinya duduk di kursi belakang." Ferdi mengulum senyumnya.
Akbar mengusap wajahnya dengan sangat kasar. "Mengapa aku lupa," sesalnya. Akbar berpindah ke kursi belakang dari tempat duduk di bagian tengah.
Azahra hanya tersenyum ketika mendengar Ferdi mengejain adiknya.
"Berat, pegel juga ternyata," Azahra memijat-mijat pahanya yang terasa pegal karena memangku adiknya yang bertubuh bulat.
Ferdi hanya tersenyum ketika memandang Azahra. Degup jantungnya begitu sangat kuat saat berada berdua dengan Azahra seperti ini. Bahkan ia melupakan anak kecil yang duduk di belakangnya.
Selama di perjalanan menuju ke mall Ferdi tidak ada henti-hentinya tertawa ketika mendengar Akbar bercerita. keberadaan Akbar membuat dirinya tidak terlalu salah tingkah karena Azahra tidak bisa menggombalinya.
Ferdi menghentikan mobilnya di parkiran mall. “Ayo bos kita turun,” Ferdi berkata dengan memutar kepalanya ke kursi belakang di tempat Akbar berada.
“Aku suka tuh,” ucap Akbar. Jalan-jalan ke mall, bermain game yang diinginkannya begitu sangat menyenangkan baginya, mengingat Daddynya tidak pernah memperbolehkan Akbar untuk main di semua arena. Mami dan Daddynya Sudah pasti akan menyuruh Akbar untuk bermain di arena mandi bola saja, dan hal itu begitu sangat tidak disukai oleh Akbar.
Ferdi turun dari mobil dengan menggandeng tangan Akbar. Sedangkan Azahra berjalan di sampingnya.
Wajah Ferdi memerah ketika mendengar kalimat yang dibisikkan oleh azahra di dekat daun telinganya.
Azahra tersenyum malu setengah mengatakan kalimat itu. Azahra menundukkan wajahnya dan berjalan lebih dulu daripada Ferdi.
Ferdi hanya diam berdiri di tempatnya tanpa mampu menggerakkan kakinya apa yang dikatakan oleh Azahra seakan membuat tubuhnya kaku seketika. Jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya. Ferdi hanya berdiri diam memandang Azahra yang menjauh dari tempat dirinya berdiri. Gadis itu terlihat sangat santai setelah mengeluarkan kalimat yang membuat pria itu mengalami gejolak yang luar biasa di dalam hatinya.
“Abang kenapa diam saja, ayo jalan,” ajak Akbar yang menarik tangannya.
“Iya,” jawab Ferdi yang menganggukkan kepalanya. Tatapan matanya masih tertuju dengan sosok gadis cantik yang berjalan di depannya.
Ferdi mempercepat langkah kakinya agar bisa mengejar ketinggalannya. Saat ini Azahra sudah berada 3 meter darinya.
"Jalannya jangan terlalu cepat,” Ferdi sedikit menarik tangan azzahra yang berjalan di depannya.
Azahra memandang ke belakang dan memandang tangan Ferdi yang saat ini melingkar di pergelangan tangannya.
Ferdi melepaskan tangannya secara perlahan-lahan. “Kalau jalannya terlalu cepat nanti Abang nggak bisa jaga,” Ferdi memberikan alasannya.
Azzahra menganggukkan kepalanya. Azahra berpindah posisi berjalan di samping Akbar dengan memegang tangan adik.
"Mau main dulu atau makan dulu,” tanya Ferdi.
“Main dulu nanti setelah main baru makan,” Akbar memutuskan.
“Oke kalau gitu kita ke lantai 4,” jawab Ferdi yang mana Timezone yang akan menjadi tujuan mereka berada di lantai 4.
“Bang boleh main ice skating nggak,” tanya Azahra.
“Aku mau kalau main ice skating.” Akbar ikut meminta.
“Jadi sekarang ini mau main apa,” tanya Ferdi.
“Aku ingin main ice skating saja,” Akbar membatalkan niatnya untuk main basket.
“Boleh kita beli baju dingin dan perlengkapan yang lainnya dulu,” usul Ferdi. Mereka tidak memiliki rencana untuk bermain ice skating, sehingga tidak memiliki persiapan baju hangat.
“Ayo Kak jalannya yang cepat,” Akbar menarik tangan Azahra agar langkah kaki kakaknya itu semakin cepat.
“Iya dek ini udah cepet,” jawab Azahra.
“Bila kita lambat-lambat nanti mainnya nggak puas, belum lagi Dedi nanti akan telepon setiap saat,” omel Akbar.
Ferdi hanya tersenyum saat mendengar apa yang disampaikan oleh Akbar. Ferdi hembuskan nafasnya dengan sangat pelan ketika tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata azzahra. Apa yang dirasakannya saat ini begitu sangat tidak dipahaminya. Selalu ada rasa getaran di dalam hatinya saat menatap mata gadis tersebut.
Ferdi, Azahra dan Akbar masuk ke dalam toko yang menyediakan alat bernama ice skating. Mulai dari sepatu, kaos kaki, kaus tangan, baju dingin, sal. semuanya dibeli Ferdi terlebih dahulu. Pria itu sengaja membeli sepatu yang kualitas terbaik agar adik-adiknya merasa nyaman ketika memakai sepatu tersebut.
Setelah membeli perlengkapan untuk bermain ice skating, mereka langsung menuju penjual tiket dan membeli tiket untuk masuk ke arena tersebut.
“Abang yang pasangin ya,” Ferdi menawarkan kepada Akbar ketika anak laki-laki itu sedang memasang baju dinginnya.
Akbar tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Ferdi memasangkan baju dingin milik Akbar, kemudian sarung tangan, sepatu, dan melilitkan syal di leher anak tersebut. Ia memandang sekilas kearah Azahra yang sedang memasang sepatunya. Dengan cepat Ferdi memandang ke lain arah ketika Azahra memandangnya.
"Rara udah siap Bang,” Azahra memberi tau.
Ferdi menganggukkan kepalanya. Pria itu begitu sangat teliti dalam melakukan segala sesuatu, ia tidak langsung mempercayai apa yang disampaikan oleh Azahra. Ferdi memeriksa segala kelengkapan yang saat ini sudah melekat di tubuh gadis tersebut. Ferdi merapikan sal yang melilit leher Azahra, kemudian memeriksa sarung tangan dan juga sepatu yang dipakai oleh azzahra. "Cara memasang tali sepatu untuk bermain ice skating harus seperti ini,” Ferdi mempraktekkan cara memasang tali sepatu tersebut.
Azahra tersenyum ketika memandang wajah pria itu yang sedang memeriksa perlengkapan yang dipakainya.
“Gimana Bang apa sudah benar Rara pakainya.” Azahra sengaja menggoda pria itu.
“Sudah,” Ferdi menganggukkan kepalanya dan masuk ke ruangan yang luas dengan udara yang dingin bersama dengan kedua adik sepupunya.
“Jangan langsung jalan ya,” Ferdi memegang tangan Azahra dan juga Akbar secara bersamaan agar kedua adik sepupunya tetap di dekatnya. Pria itu seperti seorang ayah yang sedang menjaga kedua anaknya.
“Belajarlah meluncur secara perlahan, kaki sedikit majukan posisi seperti ini.” ucap Ferdi mengajarkan kepada kedua adik sepupunya.
Akbar mengikuti apa yang perintahkan oleh Abang sepupunya.
“Buka tangan lebar di samping badan untuk mendapatkan keseimbangan di atas es.” Ferdi melakukan di pinggir arena, di mana ada pegangan agar lebih mudah untuk berlatih.
“Ayo Dek coba pelan-pelan,” ucap Ferdi yang mengajari Akbar berjalan.
Ferdi memegang tangan Akbar dan membawanya berjalan secara Perlahan-lahan.
Azahra hanya berdiri memegang besi yang ada di pinggirnya.
“Bila Adek sudah merasa terbiasa, kita mulai meluncur mengikuti arah. Buat pemula seperti kita, jangan coba-coba meluncur mundur,” Ferdi menjelaskan kepada Akbar.
Akbar menganggukkan kepalanya. Akbar begitu cepat memahami apa yang diajarkan oleh Ferdi kepadanya.
Dia mengajarkan bagaimana caranya ketika mengatasi tubuh saat meluncur, dengan cara menekukkan lututnya dan menjaga keseimbangan tubuhnya, dan posisi kaki tidak boleh rapat ataupun terlalu renggang, harus sejajar dengan bahu.
“Pantas saja Daddy tidak mau kalau kami ajak ke sini, pasti Daddy tidak bisa mengajari kami seperti ini,” ucap Akbar jam membuat Ferdi tertawa.
Akbar begitu senang ketika mencoba olahraga ice skating seperti ini.
“Sudah ayo kita ke tempat Kak Azahra aja.”
Akbar menganggukkan kepalanya dan dan berjalan ke arah kakaknya yang berdiri sambil memegang besi.
"Adek pegang tangan Abang,” ucapnya yang memberikan tangannya.
Azahra tersenyum dan memegang tangan Ferdi.
“Kita jalan pelan-pelan saja,” ucapnya.
“Iya,” jawab Azahra. Azahra memegang erat tangan Ferdi. Azahra merasa begitu bahagia ketika memegang tangan Abang sepupunya. Ia tersenyum memandang wajah pria tersebut.
“Adik nggak usah takut ikuti Abang,” Ferdi berkata dengan memegang tangan Azahra dan melangkahkan kakinya ke depan.
“Sepertinya meluncur lebih aman,” ucap Azahra yang tidak berani melangkahkan kakinya.
Ferdi berjalan perlahan-lahan dengan memegang tangan Akbar dan juga Azzahra.
“Akbar itu anaknya aktif ya, pinter cepet pandainya. Terus juga mulutnya nggak pernah berhenti ngomong.” Ferdi berkata sambil memandang ke arah Akbar. Ferdi mencari topik yang akan dibicarakannya bersama dengan Azahra agar dirinya tidak terlihat santai.
“Iya Bang, walaupun badannya bulat-bulat gitu tapi lincah,” jawab Azahra yang tersenyum.
"Apa Adek mau Abang dilepasin,” Ferdi bertanya dengan memandang Azahra.
Azahra menggelengkan kepalanya, “takut,” ucapnya.
Ferdi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ferdi berjalan di atas es sambil memegang tangan Azahra.
Ferdi tidak berkata apa-apa Ia hanya menikmati permainannya di atas batu es tersebut.
Wajah Azahra bersemu merah ketika memandang wajah pria yang saat ini begitu sangat dekat dengannya. "Pegangan tangan seperti ini saja sudah buat jantung Rara berdegup dengan sangat hebatnya. Gimana kalau yang lainnya." Azahra berkata di dalam hatinya. Azahra sangat malu ketika membayangkan hal yang lainnya tersebut. "Mengapa ini semua terasa sangat manis.” Azahra berkata di dalam hatinya.
“Gayanya minta main ke sini, rupanya nggak berani jalan sendiri,” ucap Ferdi. Pria itu tersenyum mengejek Azahra. Saat Azahra meminta untuk bermain ice skating, Ferdi beranggapan bahwa Azahra sudah pandai meluncur di atas balok es tersebut.
“Rara sering ke sini sama teman Bang, jadi kalau ke sini kami 3 orang, dan kami saling pegang-pegangan tangan, ada 1 orang yang paling pandai berjalan di atas balok es ini.” Jelas Azahra.
“Yang tadi dibisikin sama abang apa benar,” tanya Ferdi. Ia ingin memastikan apa yang dikatakan oleh Azahra tadi kepadanya.
Azahra hanya tersenyum ketika mendengar pertanyaan pria itu tanpa menjawabnya.
Ferdi memejamkan matanya dan kemudian membukanya ketika pria itu merasakan jantungnya yang seakan mau lepas.
****
