Episode 10
"Apa masih mau main di sini?" tanya Ferdi yang memandang Azahra.
Azahra tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dirinya masih ingin menikmati kebersamaan bersama dengan pria yang saat ini sedang memegang tangannya. "Kalau Daddy tahu pasti marah. Tapi ini ceritanya beda." Azahra berkata dalam hatinya. “Anggap saja dirinya saat ini mencari kesempatan yang ada." Pikirnya. Ia seakan tidak ingin pria itu melepaskan tangannya. Pria itu memegang kedua tangannya dengan posisi pria itu berada di depannya, sehingga azzahra bisa melihat wajah tampan pria itu dengan sangat dekat seperti ini. Senyum pria itu mampu menyejukkan hatinya.
“Abang ajarin ya biar bisa seluncuran seperti Akbar. Lihat tuh Akbar sudah pandai seluncurannya." Ferdi berkata dengan memandang ke arah arah Akbar yang berada di depannya. "Lihat itu dek, Akbar udah dapat cewek.”
Ferdi tersenyum ketika melihat anak laki-laki itu sudah menemukan teman perempuan, dan sekarang Akbar sedang berjalan berdua dengan gadis kecil yang berusia hampir sama dengannya.
Azahra tersenyum memandang adiknya. “Akbar itu orangnya memang aktif dan juga berani. Dia juga pintar merayu cewek,” jawab Azahra.
Ferdi tertawa ketika mendengar jawaban Azahra. “Abang ajarin ya, Abang jagain juga,” Ferdi meyakinkan Azahra.
"Nggak mau, nanti jatuh. Jatuh di atas balok ini sakit Bang. Yang nggak sakit itu hanya jatuh cinta, karena rasanya berbunga-bunga,” Azahra tersenyum memandang wajah pria tersebut.
Ferdi hanya diam tanpa mampu membalas apa yang dikatakan oleh azzahra. Dirinya seakan kehabisan kata-kata.
“Pernah jatuh cinta nggak Bang,” Azahra bertanya dengan sedikit senyum.
“Ya pernah lah,” Ferdi berkata dengan memandang Akbar. Ia tidak mampu menatap wajah Azahra, setiap kali menatap wajah gadis itu ia merasakan degup jantungnya yang semakin kuat. Memegang tangan Gadis itu seperti ini membuat dirinya merasakan sesuatu yang sangat tidak bisa diucapkannya. Ada rasa nyaman dan juga tenang ketika dirinya memegang tangan Azahra seperti ini. Ferdi seakan tidak ingin melepaskan tangan adik sepupunya itu.
Azahra tidak melanjutkan ucapannya, Ia takut bila dirinya akan merasakan sakit di hatinya ketika mendengarkan pria itu menceritakan wanita yang pernah menjadi bagian masa lalunya. "Abang boleh saja menjadikan mantan sebagai kenangan terindah, tapi jangan anggap mantan itu pahlawan yang selalu Abang kenang," ucapnya. Azzahra berkata dengan memandang wajah pria itu.
Ferdi diam ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Azahra. Ditatapnya wajah gadis itu cukup lama. ini Untuk pertama kalinya Ferdi menatap wajah Gadis itu dalam durasi waktu yang cukup lama seperti ini.
Azahra tersenyum ketika pria itu menatap wajahnya.
“Siapa yang bilang mantan itu pahlawan,” Ferdi kemudian berbicara setelah dirinya menatap puas wajah gadis cantik nan imut-imut itu.
“Iya kalau selalu dikenang itu kan biasanya pahlawan Bang. Sudah saatnya Abang move on, sebelum rambut hitamnya jadi putih.” Azahra tersenyum dengan wajah tidak bersalah.
“Abang itu pernah jatuh cinta tapi nggak pernah ngungkapin kata cinta, itu dia masalahnya,” ucapnya.
“Seperti sekarang ya bang,” tanya Azahra.
Wajah pria itu merona merah namun tidak mampu untuk mengelak. Setiap kalimat yang meluncur dari bibir gadis itu membuat Ferdi tidak mampu menjawab.
"Adek kita main yang lain lagi ya,” Ferdi berkata ketika Akbar sudah dekat dengannya. Ferdi mengalihkan pembicaraan ketika Akbar sudah mendekat dengannya.
“Iya Bang aku ingin bermain yang lain,” ucap Akbar.
Ferdi tersenyum lega ketika Akbar mau keluar dari arena permainan ini.
Ferdi membawa Akbar bermain basket, kemudian game motor, serta permainan game lainnya yang diminta oleh anak laki-laki itu. Setelah puas bermain mereka kemudian makan malam disebuah restoran yang dipilih Akbar.
****
Ferdi memandang ke kursi yang ada di bagian belakang. "Udah kecapean main Akbarnya." Ferdi berkata dengan sedikit tersenyum memandang Azahra yang duduk di sampingnya.
“Akbar gak bakalan mau berhenti kalau dianya gak capek. Apalagi jam buka mall nya sudah habis,” Azahra tersenyum ketika mengingat adiknya yang tidak ingin diajak pulang sebelum mall tutup.
“Iya,” jawab Ferdi yang tersenyum. Ferdi diam ketika dirinya tidak tahu harus berkata apa.
Di dalam mobil ini tidak ada yang mereka berbicara, mereka seakan larut dalam lamunannya masing-masing. Azahra yang duduk di samping Ferdi hanya diam sambil memandang wajah pria itu dari samping.
"Jangan lihatin Abang terus,” Ferdi berkata tanpa memandang ke kursi di sebelahnya.
“Masih kangen Bang,” jawab Azahra.
Ferdi hanya diam dan kembali fokus dengan jalan yang ada di depannya. Gadis itu begitu sangat senang menggodanya, namun dirinya tidak boleh merasa bangga dulu, bisa saja gadis itu hanya sekedar bercanda, namun mengingat apa yang dibisikkan oleh Gadis itu wajahnya bersemu merah.
Ferdi memberhentikan mobilnya di depan halaman rumah Azahra.
“Sudah sampai dek,” ucapnya.
“Kenapa sih tadi jalannya nggak dibawa muter-muter Bang,” ucap Azahra.
“Emang kalau dibawa muter-muter kenapa,” tanya Ferdi.
“Biar lambat nyampenya,” Azahra tersenyum malu.
Ferdi tersenyum tipis ketika mendengar jawaban gadis itu. “Kenapa nggak minta seperti itu tadi,” ucapnya.
“Maunya Abang ada inisiatif sendiri. Kalau dekat abang tuh waktu terasa begitu sangat cepat berlalu,” Azahra kembali mengeluarkan gombalannya.
Ferdi tersenyum mendengar ucapan gadis tersebut. Ingin rasanya dirinya juga membalas gombalan gadis itu, namun lidahnya terasa tidak bisa untuk berkata.
Ferdi turun dari dalam mobil dan menggendong Akbar yang sedang tertidur.
Ferdi berjalan bersama dengan Azahra masuk ke dalam rumah.
"Assalamu’alaikum uncle, aunty," sapa Ferdi yang tersenyum memandang Alisa dan juga Attar yang duduk di sofa berukuran besar berwarna hitam.
“Wa’alaikumsalam,” jawab Attar dan juga Alisa.
“Jadi sebelum tutup mall Akbar nggak mau pulang,” Alisa bertanya memandang Ferdi.
“Iya aunty, Akbar nggak mau pulang sebelum mall tutup. Setelah selesai main kami makan dulu.” Jawab Ferdi.
“Kami makan juga di restoran yang diminta Akbar mom," jawab Azahra.
“Aku mau antar Akbar ke kamar dulu,” ucap Ferdi.
“Ayo Bang Rara tunjukin kamarnya Akbar,” jawab Azahra.
Attar memandang putrinya dengan membesarkan matanya.
“Cuma nunjukin kamar dad,” ucap Azahra.
“Apa kamar Akbar masih sama dengan kamarnya yang dulu,” tanya Ferdi.
“Enggak udah beda, kamar yang sekarang di samping kamar yang lama,” jawab Attar.
“Kalau gitu nggak usah dianterin, biar abang yang bawa Akbar sendiri. Masih ingat kamarnya,” ucap Ferdi.
“Nanti nggak bisa buka pintu,” ucap Azahra.
****
