Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Episode 8

“Mau ke mana,” Andi bertanya kepada putranya ketika pria itu sedang makan bersama dengan istrinya.

“Mau jalan,” jawab Ferdi.

“Belum sampai sehari di rumah udah mau pergi, bukannya ikut makan malam di sini,” ucap Indah.

“Kalau seandainya aku duduk di sini makan malam, yang ada aku tuh bakalan diomelin ma,” jawab Ferdi.

“Diomelin kenapa?" Indah pura-pura tidak tau.

“Karena belum dapat calon istri,” jawabnya.

“Kalau kami tidak sibuk mengingatkan kamu seperti ini, ya kamu nggak nikah-nikah nanti. Mulut Kami ini sudah capek memberitahu. Bila seandainya pohon, mungkin daunnya sudah rimbun, seperti itulah kami berbicara mengingatkan, menawarkan, dan meminta kamu untuk menikah. Bila kamu tidak bisa mencari istri kami carikan,” tutur Andi. Andi tidak mengerti mengapa dirinya selalu mengalami hal seperti ini. Dulu adiknya begitu tidak mau disuruh menikah dengan berbagai alasan, sekarang putranya juga melakukan hal yang sama.

Ferdi diam dan mengusap wajahnya.

“Dulu aku mau nikah tapi calon istrinya masih kecil,” jawab Ferdi asal memberi alasan.

“Selalu saja seperti itu kalau ditanyain, alasannya Azahra masih kecil, Azahra masih SD, sekarang Azahra sudah jadi mahasiswa itu,” Andi memancing putranya.

Wajah Ferdi bersemu merah ketika mendengar apa yang disampaikan oleh Papanya. Namun pria itu tidak mampu menajwab ucapan Papanya tersebut.

“Bila kamu ingin sama Azahra banyak-banyaklah berdo’a,” saran Indah.

“Kenapa ma,” tanya Ferdi.

“Berdo’a supaya uncle kamu mau menerima kamu,” Indah tertawa memandang putranya.

“Ya Mau lah ma, uncle sayang sama aku,” jawab Ferdi dengan sangat tegas.

Indah tersenyum ketika mendengar jawaban putranya. Sikap tegas putranya tetap terlihat ketika sedang berbicara seperti ini.

“Udah dulu ma, ini sudah nelpon,” Ferdi berkata ketika ponselnya berdering.

“Mau Keluar dengan siapa,” Tanya Andi.

“Akbar,” Jawa Ferdi.

“Akbar atau kakaknya,” tanya Indah.

“Dua-duanya,” Ferdi sedikit tersenyum.

Indah mengambil ponsel putranya yang belum terangkat. Tanpa permisi Indah menggeser ikon berwarna hijau ke atas.

“Halo assalamu’alaikum,” Indah mengangkat sambungan video call tersebut.

“Wa’alaikumsalam tante,” Azahra tersenyum memandang wajah tante Indahnya.

“Ini anak gadis ngapain nelpon-nelpon anak tante?" Indah bertanya dengan tersenyum.

Azahra tersenyum saat mendengar ucapan tantenya tersebut. "Tadi Bang Ferdi udah janji mau bawa Akbar jalan-jalan, ini Akbar nya udah sibuk nanya Tante,” jawab Azahra.

"Halo Tante mana Abang Ferdy, Aku ingin berbicara dengannya,” ucap Akbar yang memandang layar ponsel kakaknya. Akbar mengambil ponsel tersebut karena mendengar yang menjawab sambungan telepon itu adalah tante Indahnya.

“Ini mau jalan-jalan kemana,” tanya Indah.

“Ke mall,” jawab Akbar gembira.

“Kalau ke mall lebih enak sama Daddy,” ucap Indah.

“Dengan Deddy tidak enak banyak sekali aturannya. Sangat tidak bebas,” jawab Akbar.

Indah tertawa saat mendengar ucapan keponakannya. Sifat posesif adik iparnya itu tidak hanya berlaku untuk istrinya, namun juga untuk anak-anaknya.

“Apa bang Ferdi sudah siap tante,” tanya Azahra.

“Udah ini,” ucap Indah.

Ferdi mengambil ponsel miliknya dan memandang layar ponsel tersebut. Wajah Azahra beserta Akbar memenuhi layar ponselnya. "Abang langsung berangkat,” ucapnya.

“Ya sudah kalau begitu Kami tunggu, dah, Assalamu’alaikum, da… da… tante, da… da... om,” ucap Azzahra dan juga Akbar.

“Da… da… wa’alaikumsalam hati-hati,” ucap Indah.

“Kalian hati-hati ya, Akbar jangan terlalu aktif nanti di sana. Nurut sama Abang Ferdi. Ingat itu Daddy kalian marah kalau terjadi apa-apa,” Andi mengingatkan anak laki-laki yang aktif tersebut.

“Tentu Om aku hanya ingin bermain bola basket dengan Abang Ferdi,” jelas Akbar. Akbar begitu sangat menyukai game bola basket di Timezone. Ia juga sudah tidak sabar main game motor dan lainnya.

“Keponakan om yang cantik dan tampan hati-hati ya. Assalamu’alaikum,” ucap Andi yang di jawab wa’alaikumsalam oleh Azahra beserta adiknya.

“Mama sudah menduga keluar pasti dengan Azahra,” ucap Indah. Bila putranya sedang bertugas di Jakarta atau sedang berada di Jakarta seperti ini, maka putranya hanya akan jalan-jalan bersama dengan Azahra.

“Namanya juga kangen Ma. Aku kangen Azahra dan juga Akbar,” jawab Ferdi yang memasukkan ponsel ke dalam saku celananya.

“Kalau memang serius sama azahra cepetan dilamar, jangan nanti dapat sama yang lain pula seperti mamanya,” Andi mengingatkan putranya.

Mendengar ucapan papanya wajah Ferdi memerah seketika. Ferdi tidak menyangka Papanya akan berkata seperti ini.

“Patah hati sama Mamanya, kan masih ada anaknya,” indah ikut berbicara.

“Papa Mama bicara apa sih,” Ferdi tersenyum dan kemudian pergi.

****

Ferdi memandang Azahra, Akbar, uncle dan aunty nya yang sedang duduk di teras depan. "Sering ketemu sama Uncle dan aunty. Tapi nggak pernah ngerasain jantung berdebar-debar gini,” Ferdi berkata di dalam hatinya, tangannya berada di dadanya. “Apa seperti ini rasanya bila akan berjumpa dengan calon mertua." Tanpa sadar kalimat itu lolos dari bibirnya.

“Ya ampun apa yang sedang aku pikirkan,” Ferdi sedikit menepuk keningnya.

Dari tempat mobilnya terparkir Ferdy dapat melihat Azahra dengan jelas. Gadis itu begitu cantik dengan memakai long dress berwarna pink, dengan bunganya berwarna merah. Azahra semakin cantik dengan jilbab berwarna merah. Ferdi memandang Azahra yang sudah berdiri bersama dengan Akbar, terlihat kedua kakak-beradik itu sudah tidak sabar menunggu kedatangannya. Setelah degup jantungnya mulai stabil pria itu turun dari atas mobilnya.

Ferdi tersenyum dan berjalan menuju teras rumah unclenya.

“Assalamu’alaikum uncle, aunty, Azahra, Akbar,” Ferdi menyapa anggota keluarga uncle nya satu persatu.

“Wa’alaikumsalam.” Jawab Attar beserta istrinya.

“Uncle," Ferdi menyalami tangan omnya. Ferdi tersenyum dan sedikit menganggukkan kepalanya ketika menyapa Alisa. Ferdi tidak pernah bersalaman dengan tantenya itu, karena sudah pasti omnya sangat tidak menyukai hal tersebut.

“Baru nyampe di sini Kenapa udah ngajak ini anak-anak jalan-jalan,” tanya Attar. Pria itu sangat tidak enak hati kepada keponakannya. Attar tahu Ferdi pasti sangat lelah setelah melakukan perjalanan jauh.

"Nggak apa-apa uncle namanya juga kangen,” jawab Ferdi. Pria itu menundukkan tubuhnya dan menggendong tubuh bulat milik akbar. “Ternyata berat badannya,” ucap Ferdi yang tersenyum memandang Akbar.

“Makannya banyak,” Jawab Alisa.

“Bukankah mommy yang meminta agar aku banyak makan supaya memiliki tenaga yang banyak untuk menendang bola,” jawab Akbar.

Ferdi tertawa ketika mendengar jawaban Akbar. “Jadi ingat waktu Azahra masih umur segini. Badannya seperti ini, jawabannya juga sama seperti yang Akbar bilang, mommy dan Daddy nya suka menyuruhnya makan banyak,” ucap Ferdi yang tersenyum.

Azahra tersenyum ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Ferdi. Dirinya seakan tidak percaya bahwa pria itu ternyata masih mengingat ucapan-ucapan yang dulu sering dikatakannya.

“Jadi ini anak-anak kecilnya kuat makan pada nyalahin Mommy sama Daddy,” Attar tersenyum memandang putra dan juga putrinya.

“Memang seperti itu,” jawab azahra dan juga Akbar secara serentak.

“Kalau mau jalan-jalan berangkat sekarang, nanti makin malam,” Alisa mengingatkan.

“Akbar nanti di sana jangan terlalu aktif ya,” ucap Alisa.

“Bener-bener dijagain ini, soalnya kelewatan aktif,” ucap Attar.

“Iya Om, aman,” jawab Ferdi.

“Dad mom kami berangkat dulu,” Azahra tersenyum ketika menyalami tangan mommynya. Azahra kemudian menyalami tangan Daddy nya. Begitu juga dengan Akbar.

Attar selalu mengajarkan kedua anaknya untuk sopan santun kepada orang tua, terutama mencium punggung tangan kedua orang tuanya bila akan bepergian.

“Nanti Adik dijagain,” Attar menasehati Azahra.

“Iya dad,” ucap Azahra.

“Kami berangkat dulu, assalamu’alaikum,” pamit Ferdi, Azahra, dan juga Akbar.

“Wa'alaikumsalam,” Attar tersenyum dan melambaikan tangannya, begitu juga dengan Alyssa. Selama ini hanya Ferdi yang diperbolehkannya membawa putrinya dan juga Akbar. Attar percaya bahwa keponakannya itu bisa menjaga anak-anaknya.

Ferdi berjalan menuju mobilnya yang terparkir. " Akbar mau duduk di depan atau di belakang,” Ferdi menawarkan.

"Aku mau di depan dengan Kak Rara,” pinta Akbar.

“Oke boleh,” jawab Ferdi.

Azahra tersenyum dan mengusap kepala adiknya. Azahra membuka pintu mobilnya dan masuk terlebih dahulu. "Sini Dek,” Azahra menepuk pahanya.

Ferdi memasukkan Akbar ke dalam mobil dan memposisikan anak itu di atas pangkuan kakaknya. Ferdi kemudian menutup pintu mobil setelah posisi duduk kakak beradik itu benar.

****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel