#Chapter2
Alisa pun terperanjat dan terbelalak kaget melihat pemandangan di depannya. Meskipun masih tertutup sarung, ia pun tahu bahwa ada sesuatu di dalamnya yang sudah tegang mengeras. Memang Alisa menjaga diri dari perkara-perkara yang dilarang, yang dia pernah dengar dari kajian, tetapi bukan berarti Alisa tidak pernah melihat otong asli seperti apa. Sudah menjadi hal kewajaran diusia Alisa untuk penasaran terhadap hal-hal berbau laki-laki. Sehingga ia juga pernah sekali-sekali menonton vide0 p0rno di laptopnya.
Hamdan yang mengetahui mata indah Alisa tengah menatap otong tegangnya berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya meskipun dia juga menikmati apa yang terjadi pada Alisa. Kelihatannya Alisa belum menyadari kalau Hamdan pun sesekali mencuri pandang pada tingkah laku Alisa. Alisa tanpa sadar nafasnya mulai terengah-engah tanpa sedetikpun berkedip dari pemandangan di depannya. Tangannya yang tadi mengelus punggung, kini beralih meraba-raba dan meremas bobanya. Hamdan pun semakin menikmati pemandangan itu sehingga dia melambatkan pekerjaan membereskan lemari.
Nafas Alisa pun makin terdengar berat dan mulai terdengar desahan-desahan kecil. Ketika Hamdan melirik, ternyata tangan kiri Alisa mulai memainkan pangkal pahanya dengan tangan kirinya. Sesekali Alisa merem melek merasakan kenikmatan yang jarang dia rasakan. Alisa pernah meraskan hal yang sama ketika menonton vide0 p0rno di laptopnya. Tapi yang ini berbeda karena otong yang biasa dia lihat di laptop, kini ada di depannya hanya tertutup sarung saja. Desakan birahi yang sudah mulai memasuki tubuh Alisa pun tak bisa ia tutupi dengan pakaian syar’inya.
Hamdan pun masih bertingkah seakan dia tidak tahu apa yang dilakukan Alisa. Merasa aman, Alisa pun memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh meskipun di dalam hatinya berkecamuk hawa nafsu yang mengg0da. Tapi birahi kuat yang menguasainya lebih ia pilih untuk dituruti. Akhirnya Alisa pun menarik gamis hitamnya ke atas hingga pangkal paha, sehingga terlihat CD warna pink muda yang sudah mulai basah. Alisa pun mulai memasukkan tangan kirinya ke dalam CD nya, ingin merasakan sensasi yang lebih.
Hamdan sesekali melirik ke arah Alisa yang kini menampilkan paha putih mulusnya tanpa cela yang hanya tertutup kaos kaki hitam sebetis. Bagian yang begitu dilindungi oleh akhwat, kini terpampang indah di hadapan Hamdan. Alisa pun seperti sudah kehilangan kesadaran dan mulai menggesek-gesekkan jarinya di serabinya yang mulai membasahi celana dalamnya. Jilbab biru navynya pun mulai terlihat kusut karena remasan liar dari tangan kanannya dibarengi dengan desahan-desahan yang mulai keluar dari mulutnya.
Aksi Alisa pun semakin liar dengan rem-asan dan permainan tangan kirinya memuaskan bagian bawah tubuhnya. Hamdan pun semakin tak kuasa menahan birahi yang menerpa dirinya.
Hamdan : ehm.. pengen banget kah ukhti?
Mendengar pertanyaan Hamdan, sontak membuat Alisa terperanjat dan langsung menghentikan permainannya. Ia segera merapikan semua pakaiannya dan menunduk malu. Alisa pun tidak berani menatap Hamdan. Ternyata selama ini dia melihat apa yang Alisa lakukan.
Hamdan pun tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Dengan otong yang masih tegak berdiri, ia segera turun dari kursi dan memberanikan diri duduk di ranjang di samping Alisa. Alisa sebenarnya ingin mencegah supaya Hamdan tidak dekat-dekat dengannya, tapi sudah terlanjur basah ketahuan sehingga Alisa pun hanya terdiam ketika Hamdan duduk tepat disampingnya.
Hamdan : hemm.. gak papa kok ukh.. ana juga tau kalau akhwat juga manusia yang punya nafsu dan syahwat.
Hamdan berusaha meenangkan Alisa supaya tidak merasa bersalah.
Hamdan : sebenarnya sejak daritadi ana juga nafsu melihat ukhti main kayak gitu. Nih lihat jadi tegang kan otong ana
Alisa sedikit menaikkan kepalanya sambil masih mencuri pandang ke arah otong Hamdan yang tegak menjulang didalam sarungnya. Begitu banyak rasa berkecamuk di dalam diri Alisa, namun ia juga ingin sekali merasakan otong asli seorang ikhwan.
Hamdan : ana janji gak akan cerita ke Ummu Zaskia. Kalau ukhti mau lanjut lagi pun ga masalah buat ana.
Alisa : beneran akhi? Ana malu banget
Hamdan : ga perlu malu ukh.. ana tau kok kalau seumuran kita memang sudah waktunya mengetahui hal-hal seperti ini.
Hamdan pun memberanikan diri untuk merangkul pundak Alisa. Alisa pun terlihat seperti mengiyakan saja ketika tangan kiri Hamdan merangkul pundak kiri Alisa dan menariknya ke arahnya. Kemudian Hamdan memberanikan diri untuk menarik tangan kanan Alisa untuk memegang otongnya.
Dalam diri Alisa masih berkecamuk antara rasa bersalah dan birahi yang tak tertuntaskan. Kajian-kajian yang pernah ia ikuti tak mampu membendung hasrat birahinya untuk merasakan otong laki-laki yang bukan mahromnya. Alisa masih seperti menahan tangannya dari ajakan tangan Hamdan.
Hamdan : gak papa kok ukh.. toh ga ada siapa-siapa
Mendengar hal itu, Alisa pun terdiam sejenak, kemudian memberanikan diri untuk menggenggam otong yang selama ini hanya menjadi fantasinya.
Alisa : tapi ana malu akhi
Hamdan : malu sama siapa lho? Kan hanya ada ukhti sama ana. Toh ana juga pengen kok.. Sambil Hamdan tertawa kecil.
Alisa pun kini mulai meraba-raba otong besar hamdan yang masih terbalut sarung. Hamdan yang merasa mendapatkan sinyal hijau mulai memberanikan diri untuk berbuat lebih jauh. Kini dagu Alisa ia pegang dan diarahkan ke arah wajahnya. Hamdan pun mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah Alisa yang tertutup cadar. Alisa memejamkan matanya pasrah dengan apa yang terjadi selanjutnya. Kemudian Hamdan pun melahap bibir Alisa dari balik cadarnya. Awalnya Alisa hanya terdiam, tapi beberapa saat iapun mulai membalas ciuman dari Hamdan. Cadar hitam yang membatasi bibir mereka pun mulai basah oleh li-ur birahi keduanya. Hamdan pun menghentikan ciumannya. Alisa membuka matanya dan menatap Hamdan dengan mata indahnya.
Hamdan : ana buka sedikit ya cadarnya ukh? Biar enakan
Alisa hanya menganggukkan kepala. Hamdan pun terkejut melihat kecantikan bibir tipis merah Alisa dengan kulit putih merona alaminya.
Hamdan : cantiknya ukhti ini. Puji Hamdan tertegun melihat harta karun di balik cadar itu
Alisa hanya tertunduk malu meski dalam hatinya ia merasa senang dengan pujian itu karena ini pertama kalinya ia dipuji kecantikannya oleh Ikhwan. Hamdan langsung saja melumat ganas bibir Alisa dan disambut dengan ciuman ganas juga oleh Alisa. Lidah mereka pun saling menyeruak masuk ke mulut pasangannya seolah ingin menjelajahinya. Tangan Alisa pun makin mantab menggenggam otong Hamdan. Tangan kanan Hamdan kini mulai meremas boba Alisa dari dalam gamisnya. Terasa kenyal dan besar hingga tangan Hamdan yang besar itu pun tak bisa mencakup semuanya. Hamdan pun menghentikan ciumannya sejenak.
Hamdan : ukhti.. boleh ana buka bajunya?
Alisa yang tengah terbakar birahi pun mengiyakan.
Alisa : panggil ana Alisa aja akhi.. he’mh boleh
Hamdan : panggil ana Hamdan saja Alisa
