Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Siapa?

Diperjalanan, Almira terus memikirkan lipstik yang dia temukan di kolong kursi mobil papah nya.

“Pas nanti sampai di rumah, aku harus segera menanyakan nya kepada mamah,” gumam Almira dalam hati.

“Sudah sampai Non.” Suara supir taksi menyadarkan nya dari lamunan.

“Ehm iya, ini uang nya pak. Terimakasih,” ucap Almira sembari menyodorkan uang kepada supir taksi tersebut, dia lalu membuka pintu mobil dan turun dari taksi. Setelah itu Almira kembali menutup pintu mobil nya.

Almira memencet bel rumahnya. Dua kali dia menekan bel rumah, baru setelah itu asisten rumah tangga nya muncul dan membuka kan gerbang nya.

“Maaf Non lama, saya tadi lagi di belakang,” ucap asisten tersebut.

“Nggak papa kok Mbak, terimakasih,” sahut Almira sambil berjalan masuk melewati asisten nya setelah pintu gerbang terbuka.

Almira menghentikan langkah nya, lalu kembali membalikan tubuh ku ke arah Mbak Minah, yang tengah mengunci pintu gerbang.

“Ohh iya, mamah ada dirumah nggak Mbak?”tanya Almira.

“Nggak ada Non, Nyonya kan kalau jam segini masih diluar. Paling pulang nanti sehabis Dzuhur,” sahut Mbak Minah.

“Oh gitu, yaudah deh aku masuk dulu,” ucap Almira sembari melangkah pergi masuk ke dalam rumah nya.

Sesampai nya di dalam, Almira langsung menuju kulkas dan mengambil satu botol minuman dan langsung meneguk nya.

Setelah dirasa hilang dahaga nya, dia meletakan kembali botol yang masih ada sisa setengah nya di kulkas untuk dia minum nanti sisa nya. Sayangkan kalau dibuang, mubazir. Makannya dia kembali menyimpan nya di dalam kulkas.

Setelah itu Almira berjalan menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar nya. Sampai di kamar dia meletakan tas sekolah nya di atas meja belajar.

Almira melepas sepatu nya, lalu dia menyimpan nya di rak sepatu yang tersusun rapih. Kemudian ia menyalakan AC nya. Walaupun Bandung tak sepanas Jakarta, tapi tetap saja terasa gerah dikala panas terik seperti ini.

Setalah itu, Almira meraih ponsel nya berniat untuk menghubungi mamah nya, dia hendak minta izin untuk pergi. Tapi, beberapa kali dia menghubungi nya tidak satupun panggilan nya diangkat oleh mamah nya.

“IIsh Mamah kemana sih? Sibuk banget apa sampai aku nelpon berkali kali nggak diangkat,” gerutu Almira dengan kesal.

Setalah dirasa telpon nya tidak diangkat juga, Almira kembali meletakan ponsel nya. Lalu dia langsung bergegas untuk mandi. Karena, hari ini dia akan jalan-jalan seharian dengan sahabat nya Salwa.

Selesai mandi Almira mengeringkan rambut nya dengan hairdayer. Lalu setelah itu dia mengambil celana jens yang sedikit ketat berwarna biru, degan atasan kaos crop berbahan katun berwarna putih.

Setelah selesai berpakaian, Almira langsung duduk di meja rias nya. Dia menyisir rambut nya, lalu setelah itu dia mengoleskan skincare dan make up lainnya.

Almira hanya mengoles make up tipis tipis saja, supaya wajah tidak terlalu pucat. Almira sebenarnya tidak terlalu lihai dalam bermake-up, tapi kalau hanya sekedar memakai cushion dan lipstik saja dia bisa. Almira tidak terlalu suka bermake-up tebal. Setelah selesai dengan wajah nya, dia mengoleskan lipstik berwarna nude. Dan selesai.

Almira mengambil dompet dan tas selempang kecil di dalam lemari kaca milik nya. Dia memilih tas berwarna putih dengan bertalikan rantai. Setelah itu dia megambil sendal pentopel tanpa hak berwarna senada dengan celana nya, lalu segera menggunakan nya.

Almira meraih ponsel  nya dan memasukan nya ke dalam tas. Dia kembali meraih jam tangan di atas meja dan menggunakannya. Setalah dirasa selesai Almira  berkaca sebentar dan bergaya.

“Selesai,” gumam nya sambil berkaca dan tersenyum memandangi diri nya sendiri di cermin.

Almira berjalan keluar kamar sembari bersenandung ria. Saat menuruni tangga dia berpapasan dengan mamah nya yang baru datang.

"Mau kemana sayang tumben udah rapih?" Tanya mamah sembari mengulas senyum di bibir nya.

“Salon. Dah mamah aku berangkat ya!”sahut Almira. Kemudian ia langsung berpamitan dengan Mamah nya.

“Hati hati dijalan sayang!”pesan Mamah nya.

“Iya, Mah.” sahut Almira cepat sembari berjalan pergi keluar.

Almira menyuruh supir mamah untuk mengantar nya menjemput Salwa di kosan nya.

Sesampainya di kosan Salwa Almira segera turun, dia segera berjalan menuju pintu kosan Salwa.

Tok!

Tok!

Tok!

“Sa! Salwa! Jadi pergi nggak?”panggil Almira dari depan pintu kosan Salwa.

Kreek!

Pintu kosan Salwa terbuka, muncullah seorang ibu yang kira-kira berumur 45 tahun.

“Eeh Neng Mira, masuk dulu neng. Salwa nya lagi siap siap dulu,” sapa ibu nya Salwa mempersilahkan Almira untuk masuk.

“Terimakasih Bu, tapi aku nunggu disini saja. Lagian aku nggak lama hanya menjemput Salwa saja,” sahut Almira sembari tersenyum ramah.

“Oh iya, tunggu sebentar ya!”

Almira menganggukkan kepala nya, dia bersandar pada mobil. Tidak menunggu lama Salwa telah muncul dari pintu kosan.

“Maaf ya lama,”ucap Salwa sembari berjalan ke arah Almira.

“It's oke santai aja!” sahut Almira seraya tersenyum manis.

“Yaudah yuk berangkat,” ajak Salwa.

“Tunggul! Kamu ke salon pake kerudung?” tanya Almira sembari mengkerut kan kening nya.

Memang sehari-harinya Salwa selalu menggunakan kerudung, mau itu ke sekolah, atau sekedar main keluar rumah, selalu saja pakai kerudung. Jadi tidak asing lagi jika dia juga pergi menggunakannya.

“Iya, kenapa?”tanya Salwa sembari mengerutkan kening nya.

"

“Kan mau nyalon,” sahut Almira jengah.

“Aku nggak jadi ikut nyalon lah, percuma juga nyalon aku kan pake kerudung,” Sahut Salwa seraya nyengir memperlihatkan deretan gigi nya.

“Emm gak papa dong Sa. Kenapa sih nggak lepasin aja kerudung nya, temenin gue ayolah. Supaya rambut Lo sehat kalau diberi vitamin,”Rengek Almira sembari bergelayut di tangan Salwa.

“Mamah gak akan ngizinin, ra.”

“Ini juga aku mau nemenin kamu, tapi aku mau pijat aja ya!” sambung Salwa.

“Hmm, oke deh terserah,”sahut Almira merasa bete.

“Ra, jangan marah dong please!” rengek Salwa memohon.

“Nggak cuma bete sama kesel aja. Pokonya nanti di sana lepas kerudungnya ya!” pinta Almira.

“Iya. Ya udah, yuk berangkat nanti kesorean,” ajak Salwa.

“Yuk.”

Almira dan Salwa segera masuk ke dalam mobil.

“Pak antar ke salon langganan ya!”pinta Almira setelah berada di dalam mobil.

”Baik, Non.”

Mobil yang mereka berdua tumpangi melaju ke arah Anata salon, tempat Almira dan mamah nya langganan nyalon disana.

Akhirnya, mobil yang Almira dan Salwa tumpangi telah sampai di parkiran salon. Mereka berdua segera turun dari mobil.

“Pak, bapak pulang aja gak usah nunggu aku. Aku pulang nya mau naik taksi aja, jadi gak usah di jemput,” ujar Almira kepada supir pribadi Mamah nya.

“Baik Non, saya pulang dulu,”pamit supir tersebut.

Almira mengangguk, lalu dia langsung menarik lengan Salwa untuk segera masuk.

Sampai di dalam salon dia langsung mendaftar, setelah itu dia duduk di ruang tunggu.

Tidak berapa lama mereka langsung mendapatkan giliran. Almira hanya perawan rambut saja. Begitu pun dengan Salwa.

Setelah selesai, Almira langsung membayar dan berjalan pergi keluar bersama Salwa.

“Mampir ke supermarket depan yuk?” ajak Almira kepada Salwa.

“Boleh deh,” sahut Salwa tanpa protes dan penolakan lagi.

Salwa orang nya tidak enakan, jadi setiap Almira traktir atau ditawarin hal lain dia selalu menolak terlebih dahulu. Walaupun pada akhirnya Almira akan tetap memaksa nya untuk menerima nya. Sebab, Almira tidak menerima penolakan dalam bentuk apapun.

Almira dan Salwa berjalan bergandengan menuju supermarket.

Didalam supermarket mereka berdua hanya memilih beberapa cemilan untuk dibeli, saat sedang di dekat rak coklat Almira melihat sekelebat orang yang terlihat mirip dengan Papahnya. Tapi saat dia mengangkat wajah nya ingin melihat lebih jelas dia tidak melihat siapapun.

“Ahh mungkin hanya perasaan ku saja,”batin Almira.

Almira berjalan kembali untuk memilih es krim, telinga nya menangkap suara yang mirip sekali dengan Papahnya, suara tersebut berasal dari rak sebelah.

Tapi saat Almira melangkah untuk melihat nya, lagi lagi dia tidak menemukan siapa pun.

Almira langsung kembali fokus pada belanjaan nya, karena dia berpikir itu hanya perasaan nya saja.

Setalah cukup membeli cemilan, Almira dan Salwa langsung berjalan menuju kasir.

“Jadi 42,700 kak,” ujar kasir tersebut.

“Ini uangnya kak, sisanya sumbangkan aja,” ucap Almira sembari menyodorkan uang lima puluh ribu rupiah.

Almira dan Salwa berjalan melangkah keluar, saat dia mengedarkan padangan nya, dia melihat sesosok orang yang mirip dengan papah nya masuk ke sebuah mobil.

Saat Almira melangkah kan kaki hendak menghampirinya, dia terlambat mobil tersebut telah melaju pergi.

Salwa berlari kecil mengejar Almira.

“Ada apa? Kamu terlihat aneh sejak tadi?” tanya Salwa.

Almira segera menceritakan nya apa yang dia lihat barusan.

“Itu hanya perasaan mu saja, Ra. Aku beneran nggak liat Papah mu, tuh,” ujar Salwa menenangkan Almira.

“Kita mau kemana lagi. Pulang?”tanya Salwa mengalihkan pembicaraan.

“Kita makan dulu,” sahut Almira sembari menggenggam tangan Salwa.

Salwa mengangguk, lalu berjalan mengikuti langkah Almira menuju sebuah warung makan.

“Aku masih penasaran dengan orang yang tadi aku lihat. Jika itu benar Papah, lalu siapa wanita yang bersamanya tadi?” batin Almira terus saja bertanya tanya.

Pertanyaan itu terus saja berkecamuk di pikiran nya saat ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel