Bab 1 Ujian Akhir
Dipagi hari yang cerah, tampak seorang gadis tengah menyisir rambut nya, mengoles kan lipstik berwarna merah muda di bibirnya. Perlahan dia mengambil bedak padat dengan warna senada dengan kulit putih nya dan mengoleskan nya tipis-tipis di wajah nya.
“Sempurna,”ucapnya.
Dia tengah memandang dirinya di cermin. Ia menggunakan seragam putih abu dengan panjang di atas lutut dan baju berlogo OSIS yang ngepas di tubuhnya.
Dia adalah Almira Natasya anak tunggal dari seorang bos perkebunan teh terbesar di kota Bandung.
Almira berjalan menuruni anak tangga menuju lantai bawah untuk segera sarapan bersama kedua orang tuanya.
“Selamat pagi Mah, Pah,” sapa Almira kepada kedua orang tuanya.
“Pagi juga sayang,”sahut Mamah dan Papah nya.
“Ehh anak Mamah cantik banget,” puji Mamahnya sembari tersenyum ke arah Almira, tapi tangan nya sibuk dengan roti di tangan nya.
“Makasih Mah,” ucap Almira yang langsung terduduk di samping Papah nya.
“Iya dong cantik siapa dulu Mamah nya!” timpal papah nya Almira dibarengi dengan mengedipkan sebelah mata ke arah mamah nya.
Semuanya tertawa bahagia.
Selesai sarapan Almira dan Papah pamit untuk segera berangkat.
Keduanya nya berjalan beriringan keluar dari dalam rumah. Di dalam mobil Almira dan papah nya sedikit berbincang tentang pendidikan Almira selanjutnya.
“Mira kamu mau lanjut kuliah ke universitas mana?” tanya Papah nya.
“Aku sih terserah papah aja, asal masih disini jangan sampe ke luar negeri,” jawab Almira.
“Oke nanti Papah atur ya! Kalau kamu ngak cocok dengan pilihan papah bilang ya, supaya papah cari yang sesuai dengan keinginan kamu.”
“Oh iya, kenapa kamu nggak mau kuliah keluar negeri? Padahal kan lebih bagus disana, bukan disini ngak bagus tapi siapa tahu kamu mau nyari pengalaman baru!”tanya papah nya penasaran.
“Oke Pah.”
“Emm bukanya gak mau keluar negeri, aku sih mau mau aja di luar negeri. Tapi untuk sekarang aku nggak mau aja jauh dari Mamah,” jawab Amira.
“Yasudah Papah nurut aja, apapun yang kamu inginkan,” sahut Papah nya sembari tersenyum hangat.
Almira dan Papah nya terdiam papah fokus menyetir kembali. Almira sibuk dengan ponsel nya dan tangan sebelah nya lagi memainkan sebuah gelang.
Tiba-tiba mobil yang ditumpangi Almira melewati jalan berlubang dan sedikit bergoyang. Seketika gelang yang di mainkan Almira terjatuh.
Almira menunduk untuk mengambil nya, saat wajah nya membungkuk kebawah tiba-tiba matanya melihat sebuah lipstik dia pun memungut nya bersamaan dengan gelang nya yang terjatuh.
“Kamu ngapain?” tanya papah nya, melihat sekilas ke arah Almira.
“Aku mau ambil gelang ku yang terjatuh,” sahut Almira seraya berusaha mengambil gelang dan lipstik tersebut.
“Pah ini lipstik siapa?” tanya Almira sembari menggoyang-goyangkan lipstik di tangan nya.
Pak Sulaiman melirik sekilas, lalu kembali fokus ke jalanan di depannya.
“Ohh i-itu, pasti punya Mamah lah siapa lagi,” Sahut Papah nya sedikit terbata.
“Emm iya ya, haha. Kenapa aku tidak kepikiran. Kenapa Papah terlihat gugup, jangan bilang ini punya selingkuhan Papah?” tuduh Almira.
"Nggak lah sayang. Papah hanya kaget aja kamu nanya tiba-tiba, Papah kan lagi fokus nyetir,” elak Pak Sulaiman berusaha untuk terlihat tenang.
Amira tersenyum.“Ohh iya Pah ini lipstik buat aku aja, nanti aku yang bilang sama mamah lipstik nya aku minta,” ujar Almira sembari memasukan lipstik nya ke dalam tas.
Tapi sebelum lipstik itu mendarat di tas nya tiba-tiba Papah nya menyambar lipstik tersebut.
“Kenapa di ambil Pah?” Protes Almira.
”Ini kotor sayang, kalau mau nanti papah beliin yang baru yang sama persis seperti ini.”
“Tapi aku mau nya itu Pah.”Rengek Almira.
“Jangan sayang ini kotor udah berhari-hari dibawah sana, pasti udah kena debu dan bakteri,” Papar Pak Sulaiman memberi alasan.
“Yaudah lah, gak jadi. Gak usah beli yang baru juga pah.” Almira badmood dan mengalah.
“Jangan marah dong cantik nya Papah,” bujuk Pak Sulaiman.
Almira hanya diam, hingga ia sampai di sekolah nya.
“Sudah sampai tuan putri, semangat belajarnya kesayangan Papah,” ujar Pak Sulaiman setelah mobilnya berhenti di depan gerbang sekolahnya Almira.
“Oke Pah, Assalamualaikum?” Almira mencium punggung tangan Papah dan mengucapkan salam lalu keluar dari mobil.
”Waallaikumsalam.”
Papah melambaikan tangan nya dan melaju pergi meninggalkan gedung sekolah Almira.
Almira masuk ke dalam gedung sekolah nya dan disambut oleh sahabat nya Salwa Salsabila.
“Almira sini!” panggil Salwa dengan melambaikan tangan nya.
Almira tersenyum dan berlari kecil menghampiri Salwa yang tengah duduk di koridor sekolah sambil membaca buku.
“Beda ya kalau orang pinter mah dimana pun selalu belajar,” Canda Almira.
“Yey gak gitu juga, aku lupa semalam gak belajar, karena bantuin mamah nyetrika baju para pelanggan. Oh ya hari ini kan hari terakhir kita ujian ya kan?” Salwa balik ber tanya.
“Iya juga haha. Dan aku lupa nggak belajar,” jawab Almira seraya terawa.
“Belajar sebelum bel aja. Yuk ke kelas kayanya bel sebentar lagi berbunyi,” ajak Salwa sembari menuntun tangan Almira untuk segera mengikuti nya.
Almira mengikuti langkah Salwa menuju kelas nya.
Sampai di kelas mereka langsung duduk di kursi masing-masing. Saat tengah asyik berbincang tiba-tiba datang tiga orang cowok yang langsung menuju ke arah Almira. Dia adalah Adam Bryan sang ketua, Reno dan Dafa.
“Selamat pagi bidadari ku!”Sapa Bryan sembari duduk diatas meja Almira dan mencolek dagu nya.
Almira memalingkan wajahnya dan mendegus kesal.
“Bryan turun!” bentak Almira sembari mencubit pinggang Bryan.
“Aduduhhh sakit, santai dong jangan galak gitu.” Bryan meringis sembari turun dari meja Almira.
“Makannya jangan iseung jadi orang.” gerutu Almira.
“Ampun deh tuan putri,” ucap Bryan sembari menangkupkan kedua tangannya.
Almira memutar bola matanya jengah dan kembali mengajak mengobrol Salwa. Tetapi orang yang diajak nya ngobrol tengah menatap Bryan dengan mata berbinar.
“Sa, sa, Salwa!” panggil Almira.
Tapi yang punya nama tersebut tidak menyadari nya, dia masih terpesona dengan cowok di hadapan nya.
“Salwaaaa!” teriak Almira ditelinga nya.
“Apaa? aduh gak usah teriak ditelinga ku juga kali!” protes Salwa seraya menggosok kuping nya.
“Habis kamu ngak nyahut sih di panggil-panggil dari tadi juga!” cetus Almira kesal.
“Hehe maaf, Ra,” jawab Salwa sembari cengengesan.
Almira hanya geleng-geleng kepala melihat kalakuan Salwa.
“Apa sih yang menarik dari seorang Adam Bryan di mata kamu?”Di mataku sih, Bryan adalah orang paling menyebalkan di dunia ini!” tanya Almira.
Belum sempat Salwa menjawab, bel masuk pun berbunyi. Semua siswa berhamburan masuk kedalam kelas nya masing-masing.
Beberapa saat kemudian datang lah pak Arif untuk membagi kan soal ujian. Bersama dengan seorang pengawas ujian.
Semua murid fokus dengan lembar soalnya masing-masing. Tiba-tiba Bryan melempar kan kertas ke arah Almira, tapi dia sama sekali tidak ingin merespon nya.
Bryan memanggil nama Almira dengan suara pelan.
“Mira! Almira!” bisiknya sangat pelan tapi Almira bisa mendengar nya dengan jelas karena posisi bangku nya tepat di samping Almira.
Tapi tiba-tiba pengawas menegur nya, Almira tersenyum meledek. Bryan hanya mendengus kesal.
120 menit berlalu waktu ujian telah berakhir para siswa dan siswi semua berhamburan keluar, karena waktu ujian telah selesai.
Almira dan Salwa berjalan berdampingan di koridor sekolah.
“Ra mau ke kantin dulu ngak?” tanya Salwa.
“Emm boleh deh gue lagi pengen bakso,” sahut Almira.
Mereka berdua berjalan bersama menuju kantin sekolah. Sesampainya di sana mereka langsung duduk di meja paling pojok.
“Sa kamu mau apa?” tanya Almira.
“Seblak aja deh minum nya es jeruk,” jawab Salwa.
“Oke.”
“Ra tunggu, biar aku aja yang pesen, kamu duduk aja,” pinta Salwa.
“Gak usah, kamu duduk aja disitu!” tolak Almira.
Almira segera melangkah pergi menuju ibu kantin dan memesan makanan nya. Setelah dicatat, Almira balik lagi ke meja.
“Sa, nyalon yuk?” ajak Almira.
“Boleh, tapi liat dulu isi dompet nya ya, haha,” jawab Salwa sembari terawa.
“Dih segitu nya, tenang aja aku yang bayarin deh,” tawar Almira.
“Emm ngak deh Ra, gak enak masa kamu traktir aku terus, udah kapan-kapan aja ya!”tolak Salwa.
“Gak papa ayo lah Sa?!”Almira sedikit merengek.
“Ngak Ra, aku temenin aja gimana?” tawar Salwa.
“Ngak mau, aku pengen nya kamu ikut nyalon juga,” rengek Almira.
“Yaudah.” Pada akhirnya Salwa yang mengalah.
Makanan yang mereka dipesan datang, Almira dan Salwa segera menyantap nya.
Setelah selesai Almira dan Salwa pergi ke kasir dan membayar makanan yang mereka makan. Setelah itu mereka melangkah keluar dari kantin.
Almira berniat pulang saja karena ujian telah selesai dan semua murid di bebaskan mau pulang kapanpun. Mau nginep juga gak papa kalau mau.
Almira memesan taxi untuk segera pulang ke rumah, kalau mau Almira bisa menelpon supir mamahnya tapi dia malas.
“Bye Sa, nanti gue jemput ya dirumah?!” ucap Almira sembari melambaikan tangan nya.
”Oke,” sahut Salwa sambil mengacungkan jempol nya.
Almira langsung masuk ke dalam taxi, perlahan taxi tersebut melaju meninggalkan area sekolah.
Diperjalanan Almira teringat dengan lipstik yang ditemukan di mobil Papah nya.
“Aku curiga tentang lipstik itu, soalnya seingat ku mamah tidak memiliki lipstik dari mereka itu. Kalau begitu terus lipstik itu punya siapa?”batin Almira bertanya-tanya.
