Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9

Foto masa kecil Yoona. Ya, sembari melihat satu persatu kumpulan foto Yoona di masa lalu, Manager Ji menceritakan hal-hal lucu yang keponakannya itu alami. Sebenarnya bukan kemauan Sehun untuk melihat isi foto didalam album tua itu. Tetapi Bibi Song mendadak meletakkan beberapa album foto ke atas pangkuannya dan memintanya untuk melihat isinya. Sehun bisa saja menolak permintaan Bibi Song, tetapi syukurnya dia masih bisa belaku sopan ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua darinya—kecuali rekan bisnis.

“Aa.. Itu..” raut cerah di wajah Manager Ji dan Bibi Song mendadak berubah suram. Ketika itu Sehun tak sengaja mendapatkan sebuah potongan koran di halaman terakhir album itu. Potongan koran yang berisikan suatu artikel itu membuat wajah Sehun menunjukkan sedikit perubahan ekspresi. Dari pergerakan di garis wajahnya, sepertinya Sehun tampak kaget.

“Ketika berumur 10 tahun. Yoona pernah diculik. Dia diculik tepat setelah sehari ibunya pergi meninggalkannya kepada kami.” Bibi Song berkata dengan sangat pelan, tidak ingin Yoona yang tengah mencuci piring mendengar perkataannya. “kami baru bisa menemukannya setelah sebulan lamanya.” Sehun yang tadinya fokus membaca isi artikel kini sudah menatap Bibi Song tak percaya. Kilat matanya seakan berkata ‘Selama itu?’

“Sudah jangan membahas itu! Jangan sampai Yoona mendengarnya!” sambar Paman Ji merasa resah dengan cerita masa kelam itu. “lagi pula, kenapa koran ini masih ada disini? Bukankah kemarin aku menyuruhmu untuk membuangnya? Bagaimana jika Yoona melihatnya?!”

“Ia maaf.. Aku lupa. Yasudah sini biar aku buang dulu.” Album foto yang ada dipangkuan Sehun sudah diambil alih dengan Bibi Song dan segera mencopot potongan koran itu.

“Aku harap kau tidak menanyakan mengenai hal ini padanya. Aku hanya tidak ingin membuatnya kembali teringat pada masa lalunya itu.” tambah Paman Ji, menatap Sehun memohon. Tapi ekspresi Sehun kini menunjukkan bahwa dirinya masih sangat penasaran dengan cerita lengkapnya. “kekasih ibunya yang menculiknya. Kakakku itu dulunya lumayan nakal dan memiliki banyak lelaki. Kekasihnya itu merasa kesal karena mendadak ditinggal olehnya dan berniat untuk balas dendam dengan cara menculik Yoona. Apa saja yang terjadi selama sebulan itu, kami tidak tahu pasti.” Sehun mengerutkan keningnya. Ia tak paham maksud dari perkataan itu. Sambil terus melirik kearah dapur, Paman Ji melanjutkan. “setelah kami berhasil menemukan Yoona. Selama introgasi, Yoona tidak mengatakan apapun. Dan informasi yang polisi dapatkan hanya dari tersangka. Tentu pernyataan tersangka tidak dapat dipercaya begitu saja.”

“Sejak saat itu, Yoona menjadi lebih tertutup. Hingga sekarang, dia masih sangat tertutup pada kami. Dia tak pernah sekalipun mengeluh pada kami. Apapun yang kami katakan, dia akan mendengarkannya. Apapun yang kami suruh, dia akan mengerjakannya. Terkadang kami sulit menebak apakah dia merasa senang atau tidak. Yoona itu terlalu baik bahkan dia sulit bersikap jujur hanya untuk membuat orang lain merasa nyaman. Sangat sulit menebak jalan pikirannya.” Paman Ji menundukan kepalanya. Merasa bersalah karena berpikir bahwa ia belum cukup baik merawat keponakannya itu.

“Eomma! Sabun cuci piringnya habis!!!” Teriakan Sejeong menyadarkan mereka yang tanpa sadar terhanyut pada cerita masa lalu itu.

“Aa, apa kau mau aku buatkan teh?” tanya Bibi Song sebelum melangkah menuju dapur.

“Tidak perlu, sebentar lagi kami akan pulang.” Tolak Sehun sopan. Tapi perkataannya membuat Bibi Song manyun. Ia merasa belum puas melepas rindu dengan Yoona. “kami harus kerumah ayahku.” Jelas Sehun.

“Ne.. Baiklah. Aku ke dapur dulu.” Sehun hanya mengangguk pelan. Sisa album foto yang masih berada dipangkuannya sudah ia letakan di atas meja di hadapannya.

--

Saat ini mereka sudah berada dirumah ayah Sehun. Kemacetan membuat perjalanan mereka sedikit terhambat sehingga mereka tiba dirumah itu disaat malam menjelang. Dimalam hari biasanya ayah Sehun menghabiskan seluruh waktunya didalam kamar. Menyaksikan siaran televisi yang kebetulan pada saat itu sedang membahas mengenai perayaan Chuseok.

Kebersamaan setiap keluarga tampak di layar. Senyum tipis ikut tergaris di wajah pria tua itu. Membuat Sehun dan Yoona yang baru saja masuk kedalam kamarnya merasa sedih. Tak menyangka, pria tua itu terlihat sangat kesepian. Tapi sayangnya, keinginan Yoona yang berniat untuk berlamaan disana tidak kesampaian. Karena tak lama dari itu Sehun mengajaknya pulang. Mungkin Sehun lebih memahami kondisi ayahnya—yang sepertinya lebih menikmati kesendiriannya.

Suasana Kota Seoul dimalam itu jauh lebih ramai dari biasanya. Banyak anggota keluarga yang keluar bersama untuk sekedar minum di bar atau sekedar jalan-jalan menikmati suasana malam. Padahal saat itu malam sudah sangat larut, namun pemandangan yang tampak dari balik kaca memperlihatkan keramaian yang tak ada putusnya. Tak elak kendaraan di jalanan juga menjadi padat, membuat Sehun tak bisa meningkatkan kecepatan laju mobilnya.

Berbeda dengan kondisi diluar sana. Suasana didalam mobilnya terasa senyap seperti biasa. Sehun hanya memfokuskan dirinya untuk menyetir, sedangkan Yoona? Wanita itu sudah tertidur. Mungkin tidur dimobil sudah menjadi kebiasaannya.

Hari yang melelahkan itu perlahan berhasil menghantarkan mereka kembali kerumah. Sehun memarkirkan mobilnya langsung di area parkir. Kemana Pak Kang? Tanyanya dalam hati. Biasanya sopirnya itu akan menunggu kepulangan mereka. Tentu. Tentu ia ingat itu. Isterinya masih terlelap disampingnya. Tanpa melirik, Sehun keluar dari mobil dan melangkah masuk kedalam rumah.

Sehun menemukan Pak Kang sedang tidur di sofa dibawah tangga. Dirinya yang sudah menaiki anak tangga mendadak menghentikan langkahnya. Gambaran Yoona yang masih terlelap didalam mobil hadir di ingatannya. Entahlah, dirinya bisa saja berlaku seperti biasa. Tidak menghiraukan hal semacam itu. Tetapi, ada sesuatu yang mengganggunya.

Dengan perasaan aneh yang hingga membuatnya keheranan pada dirinya. Sehun menuruni tangga lalu melangkah menghampiri Pak Kang. Kontrol tubuhnya membuatnya mengendus kesal. Ia tidak suka dirinya yang seperti ini. Sebaiknya ia tidak peduli seperti biasa saja. Setelah memutuskannya, Sehun hendak melangkah menaiki tangga, tetapi kakinya tak sengaja menendang sebuah botol minuman yang terletak di lantai disamping sofa—tempat dimana Pak Kang tertidur. Suara berisik dari hantaman botol minuman itu berhasil membangunkan Pak Kang dari tidurnya.

“Astaga! Tuan? Anda sudah pulang?” masih terkantuk Pak Kang berusaha berdiri tegak menghadapnya.

“Kenapa Pak Kang tidur disini?” tanya Sehun dengan nada datar, tetapi ada sedikit unsur perhatian didalamnya.

“Sepertinya saya tertidur selama menunggu Tuan dan Nyonya. Aa, Nyonya sudah masuk kedalam kamarnya?” tanya Pak Kang. Sehun terdiam beberapa detik. Tetap dengan wajah tanpa ekspresi, Sehun berkata.

“Belum.” Lalu memantapkan kakinya untuk kembali melangkah menaiki tangga dan kali ini benar-benar masuk kedalam kamarnya. Perkataannya yang super singkat membuat Pak Kang berpikir sangat lama.

“Belum? Belum? Be....lum?” sesuatu memberinya sinyal, yang membuatnya langsung berlari kecil menuju area parkir. Benar sekali, tepat seperti yang ia duga. Nyonya yang ia cari masih berada didalam mobil. Tertidur seperti biasa, dan Tuan yang sangat ia hormati meninggalkan isterinya seperti biasa. Hanya bisa menggelengkan kepala—tak habis pikir dengan sikap Tuannya—Pak Kang bergegas membangunkan Yoona lalu membantu Yoona melangkah masuk kedalam kamarnya.

-

-

-

-

Continued..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel