Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Penjelasan Via

Suara desas-desus para siswa mengepul mengganggu ketenangan telinga. Mereka tak percaya bahwa yang selama ini mereka sebut jilbab dan kerudung bukan satu benda yang sama.

Perlu ditegaskan lagi bahwa kerudung adalah penutup kepala yang terjulur dari kepala sampai bagian dada, sedang jilbab adalah pakaian yang terjulur ke seluruh tubuh kecuali bagian tertentu yang bukan aurat seperti muka dan telapak tangan.

Begitu jauhnya ajaran islam di masyarakat hingga tak memahami hal kecil yang sesungguhnya berakibat fatal atau dosa. Akibat dari ucapan Alyssa tadi sontak membuat murid lain ternganga. Mereka kagum masih ada remaja seperti Alyssa. Terlihat Bu Fatin merenung entah apa yang ada dalam pikirannya.

"Emang nggak gerah ya, Alyssa?"

"Awal-awal memakai memang gerah, tidak nyaman tapi jika niat memakai ini karena cinta pada Allah. Semuanya jadi ringan."

Mereka terlihat mengangguk. Bisik-bisik tak jelas kembali terdengar riuh di telinga.

"Ada yang mau bertanya lagi?" tanya Bu Fatin.

Hampir seluruh siswa mengacungkan tangan. Antusias kedatangan Alyssa di kelas ini sangat baik, entah apa yang akan mereka pertanyakan, seputar kehidupan Alyssa? tentang aturan-aturan agama? Atau hanya untuk mengulur waktu supaya pelajaran matematika segera berakhir? Alyssa sampai bengong melihat antusias teman-temannya.

Bu Fatin ikutan terpana dengan reaksi siswanya. Biasanya jika ia bertanya ada pertanyaan atau tidak semua siswa ini diam seribu bahasa membuatnya bingung entah mereka memahami pelajaran seutuhnya atau tidak paham sama sekali sehingga tidak tau hendak bertanya apa.

"Untuk saat ini cukup dulu ya perkenalan dari Alyssa, sekarang kita masuk pada pelajaran. Kalian bisa berbincang-bincang dengan Alyssa saat jam istirahat atau bisa main-main ke rumah Alyssa," ucap Bu Fatin.

Kelas XI IPA 1 kembali riuh dengan seruan kecewa karena Bu Fatin menghentikan perkenalan dan memilih melanjutkan pelajaran.

Bu Fatin mulai melenggang di depan kelas. Menulis materi kemudian menjelaskan dengan detail maksud dari angka-angka yang ia tulis. Bu Fatin memiliki gaya mengajar yang khas. Dia memakai spidol warna-warni. Spidol merah untuk menulis rumus, spidol hitam untuk menulis jawaban soal, spidol hijau untuk menulis keterangan-keterangan.

Terbukti tulisan warna warni di papan mengundang perhatian siswanya untuk memperhatikan penjelasan guru muda ini.

"Alyssa," panggil Via, dia menyikut lengan Alyssa dengan lengannya.

Alyssa menoleh pada Via.

"Bu Fatin ini guru paling ramah se-SMA Safir, pernah jadi guru favorite juga. selain cantik, baik dan ramah, Bu Fatin juga nggak pelit nilai. Serius! Nilaiku aja bagus-bagus, padahal aku sering remedy." Via menjelaskan dengan suara lirih supaya tidak terdengar oleh bu Fatin.

Alyssa mengangguk paham.

"Di sini yang paling pinter itung-itungan tuh si ketua kelas, ada juga Denis terus di Duwi, yang jadi langganan contekan itu si ketua kelas dia baik banget mau ngasih contekan. Kalo Denis sama Duwi nggak bisa diarepin. Tapi, walaupun ketua kelas, Debo itu orangnya rese terus gila juga." Via terus menjelaskan tanpa Alyssa minta. Tangan Via mencatat rumus sedangkan mulutnya terus bercerita seputar kelas XI IPA 1.

Alyssa masih setia mendengarkan. Walaupun sulit baginya membagi telinga pada dua objek sekaligus. Ingin sekali Alyssa meyuruh Via berhenti cerita karena dia ingin mendengarkan penjelasan Bu Fatin dengan tenang. Via terus bercerita, menyebut satu per satu nama teman-teman kemudian menceritakan sikap dan sifat mereka.

"Dia yang duduk di pojok kelas itu namanya Denis. Walaupun dia duduk di pojokan, dia nggak nakal kok. tapi dia kuper alias kurang pergaulan, di kelas ini hampir nggak ada yang akrab sama dia. Nggak asik banget kan tuh anak."

Bu Fatin melihat tingkah Via yang mengajak Alyssa berbicara. Tidak seperti guru lain yang akan melempar spidol atau penghapus pada anak yang tidak konsentrasi, Bu Fatin lebih suka menegur dengan tenang dan santai, walaupun begitu tegurannya tetap di dengar dan di patuhi oleh siswanya seperti saat ini.

"Via, sudah ngobrolnya? Nanti ibu sediakan tempat buat kamu bercerita pada Alyssa," kata Bu Fatin. Raut wajah penuh senyum itu tidak menakutkan tapi memaksa untuk mendengarkan apa yang dimau. Via jadi tak kuasa melawan Bu Fatin, dia mulai tenang dan kembali mendengarkan dengan serius. Walaupun masih banyak informasi yang harus dia sampaikan pada siswa baru di sampingnya.

Jam kedua sesuai dengan jadwal tertulis adalah pelajaran Biologi. Alarm pergantian jam berdering di masing-masing soundsistem yang terpasang di pojok atap kelas. Via menggeliat merileks-kan otot-otot yang kaku karena terlalu lama duduk. Alyssa masih berkutat dengan buku paket matematika, selagi guru Biologi belum datang dia mencoba memahami kembali apa yang di jelaskan guru berkerudung tadi.

Via menggeser bangkunya supaya lebih dekat dengan Alyssa. dia berniat menjelaskan lebih detail tentang teman sekelasnya supaya Alyssa bisa beradaptasi dengan cepat dan tidak terlalu canggung untuk bersosialisasi terutama dengan Via.

"Alyssa. kamu boleh tanya apapun tentang sekolah ini ke aku, bakal aku jawab. Aku tau banyak, lho," ujar Via sambil memandangi Alyssa yang membaca buku. Alyssa menutup buku paketnya lalu mengalihkan pandangan pada Via si gadis periang yang menjadi teman sebangkunya.

Alyssa berpikir sejenak, "Siapa yang mengatur tempat duduk di sini, Via?" pertanyaan pertama dari Alyssa.

"Nggak ada. Bebas kok, mau duduk dimana juga guru nggak bakal peduli, tapi Bu Fatin nggak suka kalo kita pindah-pindah tempat. Emangnya kenapa? Kamu mau pindah tempat? Nggak ada tempat lain kecuali di sono," celoteh Via menjawab pertanyaan Alyssa. dia membawa pandangan Alyssa pada tempat duduk kosong di belakang dan paling pojok. tempat duduk cowok bernama Denis yang Via sebut pendiam.

Alyssa buru-buru menggeleng.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel