Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Shock

"Laki-laki sama perempuan memang di campur dalam satu kelas?" tanya Alyssa lagi.

"Iyalah, Lyssa. Kelas tanpa anak cowok tuh emang tentram, tapi keberadaan mereka juga menyenangkan kok, aku malah nggak ngebayangin kalo sekelas isinya cewek semua. Pasti garing banget."

Alyssa speechless.

"Ketua OSIS di sini namanya Darma, anak kelas XI IPA 2. Dia nggak keren-keren banget sih, tapi banyak yang naksir dia, mungkin karena jabatan ketua Osisnya kali yah. Wakil OSIS-nya tuh si Debo. Aku juga nggak ngerti kok bisa dia jadi wakilnya Darma. Mereka nggak deket tapi udah saling gaet jadi partner." Via kembali menjelaskan tanpa diminta.

"Sama halnya di sekolah-sekolah lain, di sekolah ini juga ada gengster! Namanya Riki, Puri, Jaka dan banyak lagi, aku lupa namanya. Nyebelin banget tau nggak sih, mereka suka gangguin orang-orang tak berdosa! Mereka ini anak asuh dari mantan gangster yang udah lulus tahun kemarin. Riki diangkat jadi ketua preman karena dia yang paling jago berkelahi. Tau nggak, Lyssa? Bagas pernah dibuat nangis sama Riki and Geng!" dengan semangat empat lima Via mengajari Alyssa track record sekolah tercintanya.

"Selain gangster ngeselin kayak Riki, di sini juga ada akademikus yang keren parah. Harta Fahrezi, si jenius yang memenangkan olimpiade Fisika tingkat Nasional dan masuk nominasi lima puluh besar sebagai peserta Olimpiade Fisika se-ASIA tenggara! Keren, kan?!" Alyssa mendengarkan dengan tenang. Ada rasa ingin tahu lebih tentang sekolah barunya.

Bahkan dia berharap Via akan menceritakan semuanya, dan membuat dirinya tidak menyesal masuk di sekolah ini serta bisa segera melupakan kesedihannya dipindah paksa dari pesantren tercintanya.

Pergantian jam sudah lewat sepuluh menit. Pak Jamal guru biologi tak kunjung datang, anak-anak ini mulai semerawut mengembangkan diri, seperti halnya anak-anak bangku tengah yang membentuk lingkaran menyanyikan lagu-lagu hits seperti lagu Virgoun Surat Kecil Untuk Strala, sambil bernyanyi mereka membuat music dengan menggebrak-gebrak meja dan bertepuk tangan yang menurut mereka melodinya cocok dengan lagu yang dinyanyikan. Padahal sama sekali tidak masuk.

Ada yang duduk tenang dengan buku yang dibacanya, Duwi gadis paling pandai di kelas serta paling pelit. Dia akan datang pas dengan bell berbunyi ketika banyak PR. Dia sangat benci jika PR-nya dicontek. Banyak yang tidak menyukai Duwi. Bagi teman-teman, kepintaran Duwi ini sangat tidak bermanfaat karena tidak memberi mereka contekan.

Tok-tok-tok seseorang mengetuk papan tulis dengan penghapus menghasilkan bunyi yang cukup membuat seisi kelas menghentikan aktivitas dan memperhatikan orang yang berdiri di depan. Mengetok papan tulis adalah trik Debo untuk mendapat perhatian dari teman-temannya, jika sudah begini berarti Debo memiliki pengumuman untuk di sampaikan.

"Hari ini Pak Jamal nggak bisa masuk kelas-," kalimat Debo terpotong akibat hysteria anak buahnya menyambut berita akan ada jam kosong karena guru biologi mereka absen.

Debo menulis sesuatu di whiteboard. Setelah hysteria mereda barulah dia menjelaskan bahwa Pak Jamal meninggalkan pesan untuk mengerjakan tugas pada halaman yang Debo catat di papan tulis. Walaupun tahu ada tugas tetap saja mereka kembali pada kegiatan pengembangan diri mereka. tugas yang dibawa Debo bisa mereka kerjakan di rumah.

"Pak Jamal emang sering nggak masuk, Lyssa. Karena beliau ini menjabat sebagai wakil kepala sekolah, jadi sering diajak kepala sekolah keluar kota." Ujar Via, kembali menjelaskan tanpa diminta.

"Kacau, emang keadaan kelas kalo lagi jam kosong tuh kacau," Via meracau, dia terlihat frustasi melihat teman sekelasnya membuat kegaduhan.

Seseorang mendekati meja Alyssa dan Via. Cowok berkulit hitam manis menyapa Via dengan senyum lebar.

"Apa kau?" ketus Via menjawab sapaan cowok tadi.

Lelaki itu menatap Via lalu melirik-lirik Alyssa dengan sengaja. Tentu saja Via mengerti maksud lelaki itu, dia ingin Via mengenalkannya pada Alyssa.

"Alyssa, ini lho Bagas yang pernah nangis gara-gara diancam sama Riki and Geng," ujar Via sengaja menggoda Bagas. Bagas membulatkan matanya menatap Via benci. Tega sekali temannya ini membuka aib pada siswa baru.

Bagas terkesiap mendengar ucapan Via. "Kampret! Sumpah jangan percaya, cewek gila dasar," cerca Bagas yang mendadak malu karena mendapati Alyssa menatapnya sekilas.

"Aku nggak bohong, kan? Ada saksinya kok-," Via mengedarkan pandangannya lalu berteriak memanggil satu nama, "Debo! Sini deh," seru Via. Debo asik ngobrol dengan Satria seputar lomba basket yang disiarkan televisi swasta kemarin.

Debo beranjak mendekati Via.

"Apaan," ucapnya berdiri di dekat meja Via.

"Kamu liat sendiri kan, waktu itu Bagas nangis gara-gara diancem sama Riki and Geng?" Via masih memperkuat ucapannya tadi.

Debo mengangguk padahal Bagas telah menembaknya dengan kode-kode supaya tidak membeberkan aib pada teman barunya ini.

"Iya bener, sampek nggak mau ke kantin dua hari gara-gara takut sama Riki." Debo membuka aib kedua Bagas. Terlihat sudah bahwa Bagas adalah cowok yang mudah ketakutan. Tidak berani menghadapi mereka yang lebih kuat dari dirinya. walau begitu Bagas suka sok jagoan dengan sedikit menggertak lawan.

Dan gara-gara Bagas juga, Debo sampai kehilangan jatah lapangan Basket selama seminggu. Dia bernegosiasi dengan Riki supaya melupakan masalahnya dengan Bagas. Riki yang gemar bermain basket pun setuju dengan tawaran Debo membiarkan Riki and geng menggunakan lapangan basket selama seminggu. Walaupun gemar bermain basket, Riki tidak pernah mau masuk tim basket, dia lebih suka bermain basket ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, menyalahi aturan. Memang, selain basket hobi Riki adalah membuat guru marah. Kerap kali Riki and geng mengganggu jadwal latihan tim basket dengan ikut bermain di lapangan basket mengacaukan latihan tim. Aksi Riki ini tentu saja mendapat hukuman dari pelatih tim basket, Pak Amir. Serta menimbulkan gesekan panas yang kerap tercipta ketika dua kubu ini bertemu. Tim Basket legal yang di pimpin Debo dan geng basket ilegal yang dipelopori Riki.

Bagas terbakar emosi. Bisa-bisanya kedua sahabatnya ini bersekongkol menurunkan nilai jualnya pada gadis-gadis. Bagas melompat ke arah Debo, mengetuk-ngetuk kepala Debo, tangan kanannya mencekal leher Debo. Aksi yang hanya bisa Bagas lakukan pada Debo, tidak berani dia lakukan pada orang lain.

Alyssa kaget. Dia mengira akan terjadi perkelahian antara Bagas dan ketua kelasnya. "Tenang aja, Alyssa. Mereka nggak berantem kok, biasalah para cowok-cowok rempong kalo disatuan emang suka gitu," ujar Via santai dan berhasil meredakan kegelisahan di hati Alyssa.

Alyssa memandangi satu persatu kegiatan teman-temannya. Hanya dua orang yang tidak ribut. Lelaki yang duduk di pojok kelas dan Duwi si gadis pintar yang Via kleim sebagai orang paling pelit. Selebihnya sedang asik membuat kegaduhan. Dia jadi ingat ketika ada jam kosong di pesantren akan dia gunakan untuk menghafal Al-Quran. Tapi kali ini, Alyssa mencoba menghafal nama-nama teman sekelasnya. Serta mengingat-ingat ucapan Via tentang sifat-sifat teman-temannya.

"Alyssa. kamu mau ikut eskul apa?" Via memulai percakapan kembali.

"Ada apa saja?"

"Banyak. Basket, Volly, Futsal, Karate, cheer leader, apa lagi ya? Lupa aku, nanti biar si Debo yang ngasih tau kamu macem-macem eskul. Dia tau banyak tentang eskull."

Alyssa hanya mengangguk kecil. Dia kembali ingat pesantren, eskul yang dia ikuti adalah kajian hadits. Kitab-kitab tebal berisi hadis berbagai perawi dia kaji bersama seorang ustadzah cantik. Tapi sekarang eskull yang dia dengar semua berhubungan dengan olahraga.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel