Bab 13 Aku Miskin
Bab 13 Aku Miskin
Mu Nuannuan tertegun sejenak, lalu memberikan respons, pemilik suara ini adalah Mu Jiachen.
"Kenapa kamu belum pergi?"
Yang menjawabnya adalah suara telepon yang telah terputus.
Melihat reaksi telepon yang ditutup, ia melingkarkan kepalanya dengan resah dan jongkok di atas tanah.
Mengapa semua orang selalu menyulitkan dirinya?
Xiao Chuhe dan Mu Liyan melahirkannya, namun tidak pernah mencintainya.
Ia dipaksa menikah ke Keluarga Mu, Mu Tingxiao membencinya dan tidak mau berjumpa dengannya.
Ia tidak ingin mencari masalah, Mu Jiachen malah terus merundungnya.
Tetapi, jika tidak menghiraukan perkataan Mu Jiachen, apakah dia benar-benar akan mengatakan pada Mu Tingxiao kalau ia merayunya?
Memikirkan kemungkinan tersebut, Mu Nuannuan menghela napas panjang kemudian berdiri kembali.
Meskipun ia pernah menggunakan hal ini untuk mengancam Xiao Chuhe dan Mu Wanqi , tapi jika Mu Jiachen mengatakan hal yang tidak senonoh, Keluarga Mu pasti tidak akan mengusut kebenarannya, dan akan mengorbankan dirinya demi nama baik Keluarga Mu.
……
Mu Nuannuan tidak pergi membeli makanan yang disebut Mu Jiachen, tapi pergi ke pasar lalu membeli bahan makanan pulang ke rumah.
Ia masuk membuka pintu, melihat sosok tinggi besar Mu Jiachen sedang meringkuk di sofa kecil ukuran satu orang miliknya.
Seorang lelaki tampan memiringkan kepala dan bersandar di punggung sofa, duduk bersilang dengan kedua kaki panjangnya dengan postur bebas serta leluasa, jika bukan karena warna muka pucat pasi, ekspresinya yang tenang dan santai membuat dia tidak terlihat seperti orang yang baru saja terkena luka tembak.
Andaipun begitu, dia tetap tidak pantas berada di ruangan sederhana dan sempit ini.
Bagaimanapun adalah seorang Tuan Muda yang besar di keluarga kaya raya, meskipun sifatnya sedikit buruk, ia tetap memiliki tubuh yang anggun dan menawan.
Ia menaruh belanjaannya di samping, sembari membungkuk mengganti sepatu.
Udara yang sejuk mendadak menjadi pengap.
Ia mendongakkan kepala, kemudian melihat sosok lelaki yang mulanya bersandar di sofa tengah berjalan mendekatinya, menunduk melihat belanjaan yang dibawa olehnya.
Usai melihat belanjaannya, Mu Tingxiao mengerutkan alis dan menatapnya : "Ini makanan yang kamu bawa?"
Mu Nuannuan sudah mengganti sepatu, memalingkan badan lalu mengambil sayur dari belanjaannya, dengan datar berkata : "Membeli makanan matang terlalu mahal, aku miskin."
Mu Tingxiao menilai pakaian yang dikenakannya, kelihatannya sangat murah dan tidak modis.
Istri barunya yang ini benar-benar... Lusuh.
Mu Nuannuan tidak menghiraukanya, lalu membawa sayur ke dapur sebelah ruangan.
……
Satu jam kemudian, Mu Nuannuan menghidangkan makanan yang telah matang.
Mu Tingxiao meletakkan telepon genggam kemudian memandangnya sejenak, lalu melihat makanan yang ia sajikan.
Penampilan makanannya sangat bagus, kelihatannya sangat tawar, cocok untuk orang sakit.
Mu Nuannuan mengambil nasi dan menaruhnya di depan, tidak mempedulikannya lagi.
Tanpa disadari saat ia meliriknya, ia melihat raut muka Mu Jiachen berubah muram setelah memakan beberapa suap, ekspresinya terlihat sedikit sedih.
Mu Nuannuan panik.
Ada apa ini?
Apakah masakannya telah menyinggung Tuan Muda ini?
Mu Tingxiao dengan murung meletakkan sumpit, berdiri lalu berjalan keluar.
Langkahnya stabil, tidak terlihat lemah sedikitpun.
Mu Nuannuan perlahan mengunyah nasinya, tetapi tidak mengikutinya keluar.
Di luar pintu.
Mu Tingxiao dengan resah merogoh kantongnya mencari rokok, setelah sekian lama baru menyadari tidak ada rokok.
Aroma masakan yang familier tadi, mengingatkannya pada sosok Ibu.
Ibu yang lembut dan anggun yang lahir dari keluarga ternama, namun berhati lembut dan bijaksana, gemar memasak nasi serta sup.
Hanya saja, pada akhirnya...
Dia teringat ruang bawah tanah yang lembap dan kotor itu, mengepalkan tangannya lalu menghantam tembok, mengeluarkan suara "Peng" berkali-kali.
Suaranya pun terdengar oleh Mu Nuannuan yang sedang makan di dalam ruangan.
Mu Nuannuan merasa panik, tapi hatinya tetap khawatir, meletakkan mangkuk serta sumpit membuka pintu keluar : "Ada apa? Apa yang terjadi?"
