Bab 4 [X]
Mereka makan dengan tenang, namun Citra mengetahui bahwasanya ada sesuatu yang sedang menyentuh bagian bawahnya berulang kali. Dia tahu, laki-laki iblis itu sedang menggerakkan kakinya dan menyentuh bagian intimnya. Citra berusaha untuk tidak terpengaruh oleh kakak iparnya yang sudah gila ini.
“Jadi, apakah kamu tertarik untuk kuliah? Aku bisa bantu kamu daftarkan diri untuk kuliah tahun depan,” komentar Azhar dengan saat dia selesai makan. Citra mencoba untuk berfokus pada pertanyaan yang diajukan dan mengabaikan sensasi akibat sentuhan jari-jari kaki Azhar di vaginanya.
‘Sial! Jadi ini rencana iblis itu!’ pikir Citra seraya membuat dirinya fokus.
“Boleh Kak. Tapi... Ah! Saya tidak terlalu ahli dalam bidang apapun,” jawab Citra menahan desahan yang ingin keluar, namun satu berhasil lolos. Citra mengapitkan pahanya.
“Begitu ya...,” komentar Azhar seperti berpikir. Kakinya terus bergerilya menyentuh Citra. Azhar pun melanjutkan kalimatnya dengan usulan, “bagaimana jika di FTEI kampusku dulu? Jaringanku cukup gampang untuk memasukkanmu ke sana nanti.”
Citra hanya bisa menganggukkan kepalanya. Iblis sialan itu membuatnya sulit untuk berkata-kata. Makanan mereka sudah habis mereka makan. Namun, sentuhan di vaginanya tidak berhenti.
“Kamu sebaiknya mulai belajar tentang teknologi komputer. Aku akan masukkan kamu ke sana,” komentar laki-laki itu lagi. Citra hanya menganggukkan kepalanya, menahan desahan keluar dari mulutnya.
“Cukup Kak! Ah!” akhirnya Citra menyerah berdiam diri. Laki-laki itu tidak akan berhenti dalam waktu dekat jika dia tidak berbicara.
“Oh?” tanya Azhar seraya menatap ke arah Citra. Dia tersenyum sinis dan berdiri dari kursinya. Laki-laki itu mendekati Citra dan menyentuh bagian bawahnya dengan tangan kirinya.
“Basah begini mau sudah?” tanya Azhar lagi dengan senyuman sinisnya. Citra menatap tajam laki-laki iblis itu. Dia tidak bisa lari, jadi dia harus berusaha untuk membayar waktu.
“Kakak! Ini bukan tempat tidur! Kakak mau semua orang lihat!?” jawab Citra ketus. Azhar tertawa.
“Wah, kamu mau seperti itu ya?” tanyanya sinis. Citra menggelengkan kepala.
“Kakak gila!” jawab Citra ketus. Senyum sinis Azhar membuat firasat tidak enak di benar Citra.
“Apa sebaiknya aku sebarkan saja ya foto telanjang ini?” tanya Azhar seraya meraih ponselnya. Dia lalu menunjukkan video citra yang telanjang, serta video hasil rekaman CCTV seks mereka tadi malam. Citra menggeleng lemah. Iblis itu memegang senjata berbahaya.
“Kalau tidak mau ini tersebar, jadilah gadis yang penurut,” ucap Azhar dengan senyuman. Citra hanya bisa menelan ludah, ketakutan.
“Nah, begitu,” komentar Azhar. Dia lalu memutar arah kursi Citra ke kanan dan mendudukkan kepalanya sejajar dengan bagian intim perempuan itu.
“Pakaianmu cukup mengganggu ya,” ucap Azhar seraya memasuki bagian bawah gamis Citra. Dia pun melihat permata milik perempuan itu dan memasukkan tangannya ke sana.
“Kak! Ah! Kak! Bukannya nanti... ah... kedengaran pelayan!?” tanya Citra dengan desahan yang mengganggu otaknya. Azhar hanya tersenyum.
“Dinding ruangan ini meredam suara. Meski kamu teriak, tidak akan ada yang dengar selain aku,” jawab Azhar dengan senyuman jahatnya. Citra akhirnya hanya bisa pasrah. Dia, mau tidak mau, harus mengikuti permainan CEO di depannya ini.
“Ah! Ah!” desahan itu terus lepas dari mulut Citra. Azhar menyentuh bagian-bagian sensitifnya dengan baik. Azhar pun mengeluarkan tangannya dari bagian sensitif Citra. Laki-laki itu tersenyum, sementara Citra merasa tubuhnya meminta lebih.
Gemetar, Citra mencoba menahan sensasi yang menyelimutinya. Azhar tersenyum sinis.
“Ada apa?” tanya Azhar sinis. Citra menggelengkan kepalanya. Dia tidak akan menyerah ke iblis ini. Dia harus bisa bertahan.
“Kamu tidak akan bisa bertahan, Citra,” komentar Azhar seraya menyentuh dua gundukan besar di dada Citra. Bagi Citra, sentuhan itu membuat sesuatu dalam dirinya membara.
“Ah! Mantap Kak!” mulut Citra menentang pikirannya. Citra menyerah. Jika Azhar ingin bermain seperti ini, dia terpaksa melayaninya.
“Terus Kak!” erang Citra. Azhar memasukkan kepalanya dan menjilati vagina Citra yang basah dengan lidahnya. Sementara kedua tangan Azhar bermain di gundukan payudara Citra di balik pakaiannya.
“Cukup sudah,” ucap Azhar yang melepas paksa gamis Citra. Sekarang, tubuh seksi Citra terlihat jelas di hadapan laki-laki itu. Jilbab perempuan itu masih merekat di kepalanya.
“Ah! Kak Azhaaaaar!” erang Citra dengan lolongan panjang.
Citra pun menyemburkan cairannya ke mulut Azhar, yang dilahap dengan senang hati oleh laki-laki itu. Citra menjambak rambut Azhar seraya mengeluarkan cairan itu.
“Tubuhmu sangat menikmatinya,” komentar Azhar, masih menjilati cairan dan vagina Citra. Citra mencoba menggelengkan kepala, namun sentuhan di kedua gundukan besar di dadanya membuat dia tidak bisa memproses perintah itu. Justru, kepalanya mengangguk.
“Sekarang, kamu berdiri,” ucap Azhar memerintah. Sudah kehilangan kendali atas dirinya, Citra mematuhi perintah itu.
“Menarilah!” perintah Azhar. Citra pun mencoba menari, dengan air mengalir dari matanya. Perempuan itu mulai menari dengan gemulai sebisanya. Azhar menonton dari posisinya saat ini.
“Itu susu jangan dianggurin! Sekalian tuh juga vagina!” tegur Azhar. Citra hanya bisa menangis, sementara dia menyentuh dua bagian tubuh itu. Namun, sentuhannya justru membuat sesuatu di dalam dirinya membara.
“Ah!” sensasi itu mengeluarkan desahan dari mulut Citra. Azhar tersenyum sinis.
“Sekarang sini!” perintah Azhar. Citra pun mematuhi perintah itu. Azhar membuka celananya, dan terlihatlah kontol panjang laki-laki itu menjulang. Azhar menunjuk ke kontol itu seraya memberikan perintah selanjutnya.
“Sepongin!” perintahnya. Dengan berat hati, Citra memasukkan kontol itu ke mulutnya. Dia pun menjilati kontol besar itu.
“Ah! Ah! Mantap Citra!” desah Azhar. Menurut Azhar, Citra belajar dengan cepat, untuk seseorang yang baru dua kali melakukan seks. Emutan Citra membuat Azhar semakin mendekati klimaksnya.
“Cukup!” perintah Azhar. Laki-laki itu mengeluarkan kontolnya dari mulut Citra lalu memerintahkan perempuan itu berebah di lantai ruangan itu.
“Tapi-” kalimat bantahan Citra langsung dibantah oleh Azhar.
“Nggak perlu tapi-tapian! Ikuti saja! Lantainya bersih!” balas Azhar ketus. Citra pun mematuhi dan merebahkan dirinya di lantai, siap diperkosa oleh iblis itu. Azhar melepaskan pakaiannya, menampilkan tubuh idealnya di hadapan Citra.
Laki-laki itu lalu meletakkan kontolnya di antara kedua gunung Citra, dan mulai menggesekkannya di sana. Tak lupa, Azhar juga memberikan sentuhan kepada dua gunung itu, dan mencium bibir indah Citra. Setelah ciuman itu dilepas, desahan keluar dari mulut Citra.
“Ah! Ah! Aaaahhh! Mantap Kak!”
Azhar pun beralih ke vagina Citra. Dia mulai dengan memasukkan jari-jarinya ke sana, sementara lidahnya bermain di paha gadis itu. Sebuah sengatan seakan menyambar Citra.
“Ah! Mantap Kak Azhar!”
“Sekarang pintalah kontolku!”
“Kak Azhar! Masukkan kontol kakak dong! Citra pengen kontol!” desah Citra. Dia merutuki kalimat itu, tapi dia hanya bisa pasrah. Azhar tersenyum puas.
“Nah gitu dong,” senyum Azhar sinis.
Laki-laki itu mulai memasukkan kontolnya ke vagina Citra. Tusukan itu membuat Citra meremang. Rasanya, dia mendapatkan sesuatu yang luar biasa.
“Lebih dalam Kak!” teriak Citra refleks. Azhar tersenyum dan mulai menggerakkan kontolnya di vagina Citra, menyentuh titik-titik pentin Citra. Tangan Azhar menyentuh dua bukit favoritnya.
“Ah! Ah! Ah! Kak Azhar!”
“Ah! Citra!”
“Aku pengen keluar Kak!”
“Sama-sama!”
“Kak Azhaaaaaaaarrrrr!”
“Citraaaaaaaa!”
Dan mereka berdua mengeluarkan cairan mereka bersama-sama.
