Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Awal Mula

Hana duduk menghadap cermin setelah mengganti pakaiannya lebih dulu. Mengenakan gaun minim bahan merk ternama berwarna merah cerah, serta berbelahan dada rendah, cukup membuktikan jika lekuk tubuhnya memang sangat indah.

Menonjolkan kaki jenjang serta dada besar yang mampu membuat siapapun yang memandangnya akan gigit jari untuk pria, dan iri hati untuk wanita. Pakaian seperti ini jelas sengaja Amira kemas untuknya.

Hana mulai mengaplikasikan riasan pada wajahnya. Bulu mata lentik, hidung mancung serta bibir tipis, tidak ada satupun yang luput dari perhatiannya. Semua terlapisi make up dengan sempurna.

Riasan ringan namun tampak memukau saat menempel pada wajahnya. Apa lagi, di tambah lipstik merah yang dia yakini mampu membangkitkan birahi lawan jenisnya.

Hana menyisir rambutnya sekali lagi. Membiarkan rambut panjangnya tergerai begitu saja. Rambut lurus berwarna pirang ini membuat penampilannya cukup mencolok.

Tidak lupa, Hana juga memakai softlens sebagai akhiran. Membuat manik matanya berwarna biru. Sangat kontras dengan rambut pirangnya. Namun, justru membuatnya semakin cantik dan mempesona.

Sekarang, Hana sudah selesai. Dia mengawasi penampilannya sekali lagi. Namun, sedetik kemudian dia tersenyum puas. Penyamaran yang sempurna untuk pekerjaan pertamanya.

Tidak sia sia dia mewarnai rambutnya terlebih dahulu sebelum datang ke Manila. Juga lensa kotak yang membuat penampilannya berbeda, bahkan sulit untuk di kenali.

Semua ini tentu akan membuat identitasnya semakin samar dan sulit untuk terlacak jika kemungkinan terburuk si klien akan mencari tau tentang identitasnya.

Hana beranjak. Memakai heels berwarna senada dan segera melangkahkan kaki keluar dari kamar. Dia menghela nafas panjang setelah melihat Bos Deni tengah sibuk berkutat dengan hp di tangannya. Dia mencoba tidak peduli dengan mendudukan dirinya di sofa di samping Bos Deni.

"Kenapa?"

Bos Deni melirik Hana sekilas. "Kamu gugup??" Tambahnya.

"Iya, Bos." Jawab Hana dengan suara bergetar. Juga telapak tangan yang di basahi keringat.

"Santai saja. Kamu sudah belajar banyak dari Amira. Jadi.. seharusnya tidak ada masalah."

Suara Bos Deni terdengar cukup meyakinkan. Dia berusaha untuk meringankan gejala gugup yang sering sang pemula rasakan untuk pertama kalinya. Normal dan wajar jika gadis itu gugup, apa lagi saat harus melepaskan yang berharga untuk orang asing demi uang.

Lain halnya jika hubungan seks di lakukan dengan cinta. Suasana, sensasi serta ketakutannya jelas berbeda seratus delapan puluh derajat antara paksaan dan suka rela.

Hana mengangguk. Meski sejujurnya dia merasa takut, tapi dia mencoba bersikap biasa saja. Bagaimanapun, ini adalah sisi yang salah. Sisi yang seharusnya tidak dia pijak, namun dia tidak berada pada posisi dimana dia bisa memilih sesuka hati. Dia di batasi, dan.. tidak berdaya.

"Masih ada waktu untuk mundur."

Seakan tau apa yang menjadi keraguan Hana, Bos Deni mencoba menawarkan dua pilihan. Antara mundur atau melanjutkan. Gagal dan tidak akan berakhir baik jika gadis ini masih saja ragu dengan keputusannya. Meski dia yakin seratus persen jika gadis ini tidak akan mundur begitu saja.

Gadis ini tidak cukup bodoh untuk melepas dua ratus lima puluh juta dengan mudah. Bagaimanapun, jumlah itu adalah nominal yang banyak. Mengingat jika tidak banyak orang yang rela mengeluarkan uang sebanyak itu untuk sebuah keperawanan, maka katakanlah jika Hana cukup beruntung.

Hana menggelengkan kepala. Sudah sejauh ini, dia tidak mungkin mundur. Dia tidak bisa kabur saat uang uang itu sudah melambai padanya. Katakanlah jika dia mata duitan. Tetapi.. siapa peduli??

Ini adalah hidupnya, dan ini adalah pilihannya. Jadi.. tidak ada yang perlu di sesali.

Bos Deni tersenyum simpul. Dugaannya benar. Tentu saja Hana tidak akan mundur. Sekalipun Hana ingin, dia juga akan menahannya. Namun untungnya, gadis itu masih berpegang pada pendiriannya sejak awal.

"Tetapi.. ini tidak terikat kan, Bos??" Ucap Hana terbata. Karena ini adalah final dari keraguannya. Merupakan hal yang paling dia takutkan dari begitu banyaknya hal menakutkan di dunia ini. Dia takut tidak bisa keluar dari lingkaran setan saat sudah memasukinya.

Bukan tanpa alasan. Hana hanya tidak ingin terjerat pada lingkup kehidupan malam yang sering membelenggu para gadis dengan iming iming kehidupan mewah yang tanpa sadar justru membuat mereka semakin terpuruk dalam kecanduan dengan kehidupan semacam itu.

"Tenang saja, seperti yang kamu mau. Ini hanya freelance. Kembali ke perjanjian awal. Kamu bantu aku menemani dia sekali ini saja. Kamu mendapatkan bayaran dan kamu pergi setelahnya. Tidak ada yang ke dua, dan tidak ada lain kali. Kecuali.. kalau kamu yang memintanya. Dan.. aku janji tidak akan ada ikatan apapun yang akan memberatkanmu setelah ini berakhir."

"Tapi..."

Hana ragu untuk melanjutkan. Lidahnya kelu. Dia seperti kehilangan kata kata yang telah di rangkainya selama beberapa hari terakhir.

Bos Deni menaikan sebelah alisnya. "Amira??"

Adalah nama yang Bos Deni yakini ingin Hana sebutkan. Apa lagi setelah melihat gelagat canggung gadis ini yang membuatnya merasa perlu untuk menjelaskan sesuatu.

Bos Deni menatap Hana lekat. "Kamu tidak tau, alasan kenapa aku menjerat Amira sampai tiga tahun lamanya??"

Hana tersentak. Tidak tau harus menanggapi apa. Dia memilih bungkam dengan seribu tanda tanya di hati. Dia merasa jika ini bukan urusannya. Namun, tidak tau kenapa tiba tiba Bos Deni mau menceritakan permasalahan dengan Amira kepadanya.

"Amira miskin, tidak mempunyai apapun. Dia hanya memiliki modal tubuh seksi dan wajah cantik. Sudah.. itu saja. Kamu juga tau sendiri jika Amira yatim piatu. Kalau aku tidak menjeratnya, apa kamu pikir dia masih bisa bertahan hidup??" Bos Deni menghisap sekali lagi rokoknya sebelum menjejalkan puntung rokoknya ke asbak.

"Kamu tidak tau seperti apa keadaannya saat aku menemukan dia di Bandung? Dia depresi, Na. Hampir gila. Tidak bisa membeli makanan, tidak bisa membayar kost setelah dia keluar dari Panti. Jadi.. aku rasa, dia tidak mempunyai pilihan lain selain menjual keperawanannya kepadaku dan menjadi simpananku setelah itu."

Bos Deni menjelaskan dengan satu tarikan nafas. Dia merasa lega, merasa jika bebannya bisa berkurang dengan membagi cerita pengalaman hidupnya kepada orang lain.

Hana mengangguk. Sekarang dia mengerti. Sejauh ini, dia bisa mencerna setiap kata demi kata yang Bos Deni ucapkan.

Intinya adalah, Bos Deni tidak seburuk seperti yang sering Amira ceritakan padanya. Dan.. kehidupan Amira juga tidak serumit yang dia bayangkan. Karena pada nyatanya.. Amira tidak berhubungan dengan banyak pria seperti dugaannya, melainkan hanya melakukan itu dengan Bos Deni seorang.

Tunggu tunggu tunggu.. jadi Amira berstatus sebagai simpanan di sini? "Memangnya bos mempunyai Istri?" Hana memberanikan diri untuk bertanya.

Bos Deni meringis. "Ya.. tidak. Aku mana punya Istri." Ucapnya seraya menunjukan wajah tanpa dosanya yang menjijikan.

Hana tersenyum masam. Bisa bisanya orang gila ini mengatakan kata 'simpanan' dengan gamblang sementara orang tua itu saja tidak mempunyai Istri? Bukankah kata itu membuat seakan Amira mempunyai Ayah gula yang memeliharanya?

Hana bergidik ngeri. Kehidupan seperti itu membuatnya mual. Membayangkan Amira harus hidup berdampingan dengan pria seperti itu benar benar sebuah mimpi buruk. Sehari bersama Bos Deni saja membuatnya hampir gila, apa lagi selama tiga tahun??

Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat. Ada sekitar seribu sembilan puluh lima hari yang harus di lalui bersama pria hidung belang. Dia sungguh tidak ingin menjalani kisah kelam seperti Amira di sepanjang hidupnya.

"Sudah, tidak usah di pikirkan. Setengah jam lagi akan ada orang yang menjemputmu. Kamu harus ikut dengannya dan aku akan kembali ke Indonesia. Kalau kamu memiliki masalah, silahkan kamu menghubungiku.Bagaimanapun, kamu adalah tanggung jawabku. Jadi.. aku tidak akan membiarkanmu dalam kesulitan. Sementara tugasku sudah selesai untuk mengantarmu sampai di sini. Kedepannya.. kamu urus diri kamu sendiri dengan baik. Pasport, dan segala kelengkapan untuk kembali ke Indonesia ada di koper."

"Iya, bos. Aku mengerti."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel