Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6. Semuanya telah terjadi

Kali ini tak bisa ku elak lagi. Semuanya telah terjadi.

***

Aku dan Tuan Azka berhadapan, tapi Tuan Azka mengambil semua alih tubuhku, dadaku di remas dan di hisap bergantian Tuan Azka.

Bagaiamana lagi aku menolak? Gerakan cepat dan memaksa Tuan Azka menggila.

Pakaianku? Dalamanku? Entah sudah di mana. Tiba tiba aku merasakan tubuhku melayang di bawa Tuan Azka.

Dia membawaku di ranjang tempat tidurnya dan melemparku ke sana.

Untung rajang ini teramat empuk, aku tak begitu merasakan sakit karena di lempar ke tempat tidur. Tapi apa yang akan terjadi setelah ini yang akan membuatku sakit.

Tuan Azka tampak sedang membuka pakaian yang di kenakannya. Semuanya! Tak ada yang di tinggalkannya! Kini ia tampil tanpa sehelai benang pun di hadapanku.

Oohhh astaga! Apa itu! Kenapa besar sekali!

Mataku membulat sempurna, "Tuan? Aku belum ..."

Mana sempat aku menceritakan kisahku. Tuan Azka langsung naik ke atas rajang juga dan menindihku layaknya aku ini gulingnya.

Tak tertinggal satu pun inci tubuhku. Semuanya di jamah dan di hisap dengan bibirnya.

Aku merasakan kedua gunungku mengembang dan mengencang. Tapi justru Tuan Azka malah semakin senang menyentuhnya dan menjilatinya sesuka hati.

Rasanya sebenarnya nikmat dan membuat gairahku terpanggil. Tapi mengingat kondisi dan situasi aku dan Tuan Azka membuatku takut untuk melakukan ini.

Semakin aku melawan, semakin Tuan Azka suka. Ia memuji muji aku dan tubuhku yang menerima sentuhannya.

"Aku di terima di sekolah yang paling luar biasa kak"

"Makasih kakak! Kakak hebat banget!"

"Aku akan belajar dengan giat kak, biar nanti aku bisa nantu Kakak cari uang!"

Semua ucapan adikku membuatku semakin pasrah di apakan saja oleh Tuan Azka.

Dadaku di remas, leherku di cupang, di bagian dadaku lebih banyak lagi cupang dari bibir Tuan Azka.

Lalu Tuan Azka lebih turun lagi ke perutku.

Di sana Tuan Azka juga menitipkan bekas merona merah dari bibirnya. Aku tak tau seperti apa cara Tuan Azka membuatnya tapi di mana mana setelah di kecupnya sedikit keras, muncullah bekas itu.

Aku mendesah, aku merengek, aku merintih tak ada gunanya. Tuan Azka sangat menyukainya.

Tuan Azka menghentikan aksinya, ia beristirahat di atas dadaku.

"Tuan?" panggilku.

"Haaaa?"

"Capek Tuan?" Aku mengusap rambut Tuan Azka yang berantakan.

Tuan Azka mengubah posisi wajahnya dan menatapku. Ia mengangguk pelan.

"Kalau aku udah capek. Semuanya juga hilang Mel." Ungkapnya.

"Oooooo" Aku menganguk paham.

"Elus aku Mel. Elus kepalaku. Enak" Pintanya sangat magnetis.

Aku tak menolak. Ku elus kepalanya lagi, wajah Tuan Azka menempel sempurna di dadaku. Berat rasanya tubuh kekar Tuan Azka berbaring di atasku.

Napas Tuan Azka semakin halus dan kembali normal.

"Tuan? Tuan? Bangun Tuan. Be-berat"

Tuan Azka sepertinya terkejut karena aku membangunkannya, karena aku sendiri tak akan bisa tidur jika ada yang menindihku seperti ini.

"Ooohhh maaf Mel" Tuan Azka langsung turun dari tubuhku.

Ia berbaring di sampingku. Ia melingkarkan tangannya di atas perutku. Hanya seperti itu? Tak ada lebih? Oohh syukurlah.

Aku kira aku akan di buka paksa dan di minta melayani Tuan Azka dengan bagian lain yang ada di tubuhku.

Aku akhirnya bisa terlelap dengan tenang setelah Tuan Azka benar benar terlelap.

Rasanya sangat lelah setelah sport jantung di buat Tuan Azka.

Aku terlewat tidur hingga pukul 1 dini hari. Aku melewatkan beberapa pekerjaanku di luar kamar ini. Dapur pun sepertinya masih berantakan sisa siang tadi aku memasak.

Aku baru duduk di tepi tempat tidur, mengumpulkan niat untuk keluar dari kamar ini.

Ceklek, tiba tiba saja pintu kamar terbuka lebar.

Kulihat Nyonya Lisa berdiri di ambang pintu.

Aku menatap Nyonya Lisa, begitu pula sebaliknya, Nyonya Lisa menatapku yang tak menggunakan satu helai pun di tepi tempat tidur suaminya.

Tatapan sepertinya sedikit terkejut kerena melihatku seperti ini bersama suaminya di dalam sebuah kamar.

"Nyonya?" Aku pun ketakutan. Aku takut Nyonya Lisa akan marah padaku karena menghabiskan malam dengan Tuan Azka, suaminya.

"Gak apa apa, gak apa apa Mel! Di sana aja! Di sana! Jangan bergerak. Nanti Azka bangun"

"Nyonya, aku gak bermaksud ..."

"Ssstttt! Nanti aja Mel. Kamu tidur aja di situ sama Azka. Itu akan lebih baik Mel. Aku cuma ngecek keadaan Azka, bagus kalau kamu temani dia"

"Nyonya?!" Aku melongo melihat Nyonya Lisa malah menutup rapat lagi pintu kamar ini.

Aku seperti seorang jalang yang ketahuan bercinta dengan seorang suami wanita lain. Apa apaan aku ini!

Aku tak peduli dengan perintah Nyonya Lisa, aku segera keluar dari kamar ini dan meninggalkan pria yang tak menggunakan sehelai benang pun juga.

***

Pagi pagi sekali aku sudah datang menghadap Nyonya Lisa. Ia terlihat tenang bahkan bahagia tak ada rasa kesal atau marahnya padaku.

"Nyonya, aku minta maaf. Aku dan Tuan Azka gak ngapa ngapain kok"

"Aduh Mel. Kamu tuh aaahh! Udah aku bilang berkali kali! Aku gak masalah kamu dan Azka melakukan apapun. Kamu pasti udah tau kondisi Azka 'kan? Dia itu butuh seorang seperti kamu Mel. Seorang yang selalu ada untuk dia."

"Aku rasa, aku malah seperti jalang Nyonya" Aku menundukkan kepalaku di depan Nyonya Lisa.

"Ck! Oh yaa aku udah beli skincare yang cocok untuk kamu Mel. Ini sesuai banget sama kulit kamu. Aku jamin kamu bakal suka. Kalau stoknya abis, bilang aja, aku bakal beliin kamu lagi Mel. Kamu tuh butuh sedikit perawatan Mel"

"Nyonya?"

Nyonya Lisa malah menyibukan dirinya dengan asik dengan memberikan penjelasan tentang skincare skincare yang di belinya untukku. Ia tak ingin membahas lagi tentang aku dan Tuan Azka.

Seperti masa bodoh, tapi aku yang tersiksa dengan semua ini. Apa mungkin karena ini asisten rumah tangga sebelumnya pergi bahkan di sebut kabur dari rumah ini. Apa mungkin karena tak tahan dengan tingkah Nyonya Lisa atau karena kelainan Tuan Azka?

Aku kembali mengerjakan pekerjaanku di dapur. Memasak, mencuci dan menyetrika semua tugasku. Aku berusaha menyibukan diri agar tak terbayang aku dan Tuan Azka yang ketahuan Nyonya Lisa berduaan semalam.

Sore berikutnya, Nyonya Lisa terlihat terburu buru, sudah rapi dengan sanggul pramugarinya.

"Mel, aku berangkat dulu yaa. Penerbangan Indo ke Jerman. Mungkin balik ke besok hari. Tolong jaga Azka yaa"

"Nyonya?" aku sedikit merengek.

"Ck! Gak apa Azka gak akan telan kamu hidup hidup."

"Tapi, itunya besar Nyonya!" Batinku.

"Jangan lupa pake skincare yang aku kasih itu yaa. Kamu pasti suka hasilnya Mel. Jangan ragu jangan segan! Papay" Nyonya Lisa melambaikan tangannya tanpa beban.

Ia terlihat santai dan berlenggang tanpa rasa takut meninggalkan suaminya dengan gadis lain di rumah ini.

Apa ada istri seperti itu di dunia ini? Aku bisa menyebutkan ada, yaitu Nyonya Lisa.

Aku kembali ke kamarku, rasa dag dig dug menunggu pagi esok dan berharap Nyonyaku kembali dari pekerjaannya.

Tapi rupanya rasanya lama sekali.

"Melda?" Panggil Tuan Azka membuatku terlonjak.

###

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel