Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Tanpa terasa hari yang di nantikanpun akhirnya datang. Saat ini Arin tampak cantik dengan balutan gaun putih gold yang sangat indah dan elegant dengan kilauan mutiara dan berlian putih yang menempel di seluruh gaunnya. Gaun ini memang di rancang oleh desainer terkenal di London kiriman dari orangtua Arin. Beberapa hiasan mutiara tertata cantik di atas kepalanya dan membiarkan rambutnya tergerai indah ke belakang. Arin menatap layar handphone nya menunggu keluarganya menghubungi tetapi sayangnya tak muncul juga.

Ia duduk di depan cermin besar yang memiliki ukiran abstrak yang indah. Ia menatap pantulan dirinya yang tampak cantik dengan balutan gaun itu, wajahya tertutup selayar. Ia akhirnya berusaha menghubungi Mommy nya untuk memastikan kedatangan mereka.

"Hallo Mom,"

"....."

"Begitu yah, sebentar lagi acara pemberkatan pernikahannya."

"....."

"Baiklah, hati-hati Mom." Arin menurunkan handphone dari telingannya dengan helaan nafas, matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis tetapi sekuat tenaga ia tahan.

Sudah sering Arin mendapatkan kenyataan pahit seperti ini, dulu ketika kegiatan kelulusan ia tidak masalah orangtuanya tak datang. Bahkan saat ia melakukan sebuah pertunjukkan di sekolahnya dulu dimana semua orangtua teman-temannya hadir dan hanya Arin sendiri yang tidak kedatangan orangtuanya. Haruskan di hari pernikahannya juga?

Bahkan Daddy nya seakan enggan untuk mengantarnya ke hadapan pria yang akan menjadi suaminya kelak. Haruskah Arin kembali sendirian di hari bahagia ini?

"Pengantin tidak seharusnya menangis." Ucapan itu membuat Arin menoleh ke ambang pintu.

"James," gumamnya mengusap air matanya sendiri. James tersenyum manis ke arahnya dan berjalan mendekatinya. "What happen, Arin?"

"Aku-," gumamnya sedikit terbata-bata. "Dad dan Mom-"

"Sssttt," James memegang kedua tangan Arin dan duduk rengkuh di hadapannya. Jameslah sahabat Ethan yang paling dekat dengannya, ia seperti sosok seorang Kakak untuk Arinka.

"Kau lupa, kau tidak sendirian. Masih ada aku yang akan mengantarmu ke Ethan."

"James?"

"Aku adalah Kakakmu, bukan begitu?" tanya James dengan senyuman khasnya yang begitu mempesona. Arin tersenyum di balik selayarnya.

"Aku tidak tau kalau tidak ada kamu," ucapnya.

"Dan itu tidak akan terjadi, karena aku akan selalu ada di dekatmu sebagai Kakak, yah Kakak."

"Bukan seorang Uncle? Usiamu jauh di atas Ethan," kekeh Arin membuat James memutar bola matanya.

"Jangan mulai," tegurnya membuat Arin terkekeh. James mengusap kedua pipi Arin yang basah.

"Jangan menangis lagi, aku ada bersamamu. Selain aku ada juga Ethan, Rachel dan anggota G-One CIA, mereka adalah keluarga kita." Arin menganggukkan kepalanya.

"Kamu benar, James."

"Sekarang bergegaslah, kita akan menemui pangeranmu yang sejak tadi gelisah karena kamu belum juga keluar," ucap James membuat Arin terkekeh. "Kecuali kau berniat menggodanya dengan membuatnya menunggu lebih lama lagi."

"Tidak, aku takut dia kesini dan membopongku ke depan pendeta," kekeh Arin yang di setujui James.

"Baiklah, ayo." James menyodorkan sebelah tangannya ke hadapan Arin membuatnya langsung menyambutnya. Keduanya beranjak keluar dari dalam ruangan dengan tangan Arin yang masih merangkul lengan James. Keduanya berjalan menggunakan lift dan sampai di lantai dasar gereja dimana tempat pemberkatan mereka akan di lakukan di sana.

Pintu lift terbuka dan red carpet langsung menyambut mereka. Keduanya melangkahkan kaki mereka hingga mereka sampai di sebuah pintu yang terbuka lebar dengan dua orang pria dengan seragam berdiri di sana menyambut mereka berdua dengan memberi hormat. Tak jauh di hadapan mereka, Ranethan berdiri dengan gagahnya menggunakan tuxedo gold yang serupa dengan gaun yang di kenakan Arin.

"Aku titip gadis ini padamu, Ethan." James mengatakannya seraya menyerahkan tangan Arin ke genggaman Ethan saat mereka sudah berdiri berhadapan.

"Itu pasti," ucap Ethan dengan mantap seraya menggenggam erat tangan Arin membuat Arin menoleh padanya dan senyuman mempesona terukir indah di bibirnya.

Tak terasa acara pemberkatan telah selesai di lakukan dan kini Ethan dan Arin telah menjadi sepasang suami dan istri. Setelah melakukan pemberkatan di sebuah Gereja di Boston. Kini mereka melakukan acara pernikahan di salah satu gedung di Boston. Gedung yang sangat mewah dan luas itu sudah di sulap seindah dan seelegant mungkin untuk acara resepsi Ranethan dan Arinka. Beberapa tamu rekan kerja dan teman kuliah Arin silih berdatangan kecuali Jason, Arin tak melihatnya sejak tadi.

Rachel tampak duduk bersama anggota G-one yang tak lain adalah James, Marvin, Vallen, Raymond, dan Tom di sebuah meja VIP yang di sediakan untuk kerabat.

"Arinka,"

"Mom, Dad,," pekiknya sangat bahagia.

Deg

Ethan mematung di tempatnya melihat sosok kedua orangtua Arin yang selama ini belum pernah ia temui.

Kalian semua harus mendapatkan hukuman yang setimpal,, hhha

Jeff jangan lakukan itu. Bunuh aku saja, jangan keluargaku! Lepaskan putriku!

Sayang sekali William, tetapi putrimu terlalu menggiurkan untuk aku lepaskan, hhhaa

Tidakk!!! Tolong aku,, Daddy Mommy tolongggggg....

Sakittttt.....

Jangannnnn!!!!

Tangan Ethan mengepal kuat saat melihat sosok yang selama puluhan tahun ia cari. Jeff...

Dia kini ada di hadapannya tengah berpelukan dengan istrinya.

Istri?

Seketika tatapan Ethan mengarah pada sosok Arin yang tampak bahagia di sampingnya. Nafasnya memburu seketika mengetahui kenyataan ini. Hatinya terasa sakit dan bergejolak seakan lahar panas yang selama ini ia tahan ingin keluar dari dalam sana.

"Ranethan?" panggilan itu menyadarkan Ethan saat pria tua itu menyapanya.

"Ethan, kenalkan ini Daddy," ucap Arin dengan senyuman lebarnya. Tatapan Ethan yang memerah menahan rasa sakit sekaligus emosi bergantian menatap Arin yang tersenyum bahagia juga pria tua di sampingnya. "Dan ini Mommy," tambah Arin terlihat bahagia dari biasanya.

Ethan masih diam dengan berusaha menahan emosinya, kedua tangannya sudah mengepal kuat hingga memutih di sisi tubuhnya.

"Mr. Drummond?" tanya Ethan terdengar kaku, sekuat tenaga ia menahan gejolak di dalam tubuhnya dan berusaha bersikap biasa saja.

"Apa kabar," ucapnya tersenyum.

Senyuman itu tetap sama seperti 17tahun lalu. Senyuman iblis yang sangat ingin Ethan lenyapkan dari muka bumi ini. 10 tahun Ethan berusaha mencari keberadaannya dengan memberantas semua kelompok Mafia yang ada di bawah tanggung jawabnya. Saat hampir mendekati akhir, pria itu muncul sendiri di hadapannya dan sialnya sebagai ayah dari wanita yang sangat Ethan cintai.

Ethan tersenyum kecil dan menjabat tangan mereka berdua dengan berusaha bersikap biasa walau itu sangat menyiksa. Rasanya sesuatu di dalam tubuhnya ingin meledak dan menghancurkan semua yang ada di sini.

Aku bersumpah di depanmu Rachel, aku berjanji akan memusnahkan semua keluarga Jeff. Kalau perlu putri kesayangannya akan mendapatkan perlakuan yang sama seperti Kakak kandung kita!

Aku bersumpah akan memberantas habis mereka semua hingga tak akan ada lagi keturunan!

Tatapan Ethan nyalang menatap ke arah Arin yang tampak bahagia berbincang dengan Mommy nya. Senyuman yang selalu Ethan harapkan dan senyuman indah yang sangat Ethan sukai.

Hatinya membuncak bergemuruh seakan ingin meledak mendapatkan kenyataan baru ini. Kenyataan yang sungguh membuatnya kehilangan akal sehatnya.

Tanpa berkata apapun, Ethan beranjak pergi meninggalkan ruangan menuju ke dalam kamar mandi.

"Arrghhhh!!"

Bug

Bug

Bug

Berkali-kali Ethan meninju dinding hingga tampak sedikit retak dan tangannya yang berdarah. Darah itu merembes dari tangan Ethan dan jatuh ke lantai tetes demi tetes.

Aku bersumpah!

Aku bersumpah!

Aku bersumpah!

"Arghhhh!!"

Bug

Nafasnya masih memburu diiringi keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya. Ternyata musuhnya berada dekat dengannya tanpa Ethan sadari.

Arin?

Apa dia juga hanya berpura-pura mencintainya untuk menipu Ethan supaya tidak menemukan jejak Jeff? Apa Arin menipunya selama ini? Apa cinta itu hanya kepura-puraan?

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel