Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

"Hai Mom,"

"...."

"Aku baik-baik saja,"

"....."

"Semuanya sudah di siapkan. Mom, Dad dan Jeremy pasti akan datang kan pekan ini ke acara pernikahanku?"

"....."

"Aku sangat berharap kalian datang,"

"....."

"Tidak Mom, kami hanya melakukan pemberkatan di Gereja yang ada di Boston dan acara kecil-kecilan setelahnya."

"......"

"Ya,"

"Hai sayang," sapa Etha mengecup pipi Arin yang sedang duduk di sebuah sofa. "Siapa?" bisik Ethan.

"Mom, kau mau berbicara dengannya?" tanya Arin yang di angguki Ethan. Ia mengambil Iphone Arin dan mulai berbicara.

"Hai Miss. Drummond."

"...."

"Ya, kami baik-baik saja di sini. Putri kesayangan anda pun begitu sehat dan sangat bahagia."

"....."

"Ya, kami menunggu kedatangan anda. Apalagi ini pertemuan pertama kita."

"....."

"Ya, terima kasih."

"...."

"Oke, sampai jumpa." Ethan menutup sambungan telponnya dan langsung merebahkan kepalanya di atas pangkuan Arin.

"Apa mereka akan datang?" tanya Arin.

"Pasti, sayang." Ethan menampilkan senyumannya pada Arin yang mengusap kepala Ethan.

"Sudah 5 tahun aku tak bertemu dengan mereka," ucap Arin.

"Kau sangat merindukannya?"

"Ya sangat, aku begitu merindukan mereka. Kami terbiasa hidup berjauhan dan mengurusi kesibukan masing-masing," ucap Arin tersenyum miris karena selama ini dia selalu hidup sebatang kara. Mungkin saat Senior high class, kalau ia tak bertemu Rachel. Saat ini dia akan tetap menjadi seorang gadis yang terpuruk dalam kesepian dan kesendirian. Tetapi syukurlah semuanya berubah setelah ia mengenal Rachel dan juga Ethan. Pria yang sangat dia cintai.

"Kamu tidak akan pernah merasakan kesepian lagi, Arin." Ethan berucap seraya mengusap pipi Arin. Arin tersenyum kecil.

"Selama ada kamu di sisiku, aku tak akan pernah merasakan kesepian," ucap Arin tersenyum manis hingga memperlihatkan lesung pipinya. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Arin.

"Sudah lebih baik," ucapnya.

"Kamu tidak ke markas?" tanya Arin.

"Tidak, sekarang bukan tugasku. Jerry dan Vallen sedang melakukan penyelidikan tentang keberadaan Gerald."

"Aku berharap mereka semua segera ketemu. Dan kita bisa menikmati hidup dengan damai," ucap Arin membuat Ethan bangun dari rebahannya dan menatap ke arah Arin.

"Maafkan aku, Arin. Karena aku, kamu jadi terlibat dalam masalah ini," ucap Ethan dengan tatapan penuh penyesalan.

"Tidak Ethan, jangan katakan itu. Aku senang seperti ini, asal aku bisa selalu berada di dekatmu dan bersamamu," ucapnya membuat Ethan tersenyum lebar dan mengecup bibir Arin dengan lembut.

"Aku mencintaimu, Arin."

***

"Apa yang sedang kau pikirkan Arin?" tanya Rachel saat ini mereka berdua tengah duduk di kantin kampus. Arin tampak merenung mengaduk minumannya tanpa minat untuk meneguknya.

"Aku hanya berpikir, apa saat pernikahan nanti Dad akan mengantarku ke Ethan? Apa dia akan memberikan berkatnya padaku," gumam Arin.

"Itu sudah pasti, Arin. Kau tau, semua Ayah pasti akan sangat bahagia bisa mengantar putri kesayangannya pada pria yang putrinya cintai."

"Kamu tidak mengenal Daddy." Terdengar helaan nafas dari Arin. "Selama 22 tahun aku hidup, aku belum pernah merasakan pelukannya bahkan belaian tangannya. Dia memang baik, selalu menuruti keinginanku dan memenuhi kebutuhanku."

"Tapi aku tidak pernah merasakan kasih sayangnya dan juga perhatiannya. Dulu hanya Mommy yang selalu datang menemaniku saat ada acara kelulusan atau kegiatan sekola lainnya itupun saat aku duduk di Junior High School, setelahnya aku benar-benar hidup sebatang kara walaupun tak pernah kekurangan harta."

"Tetapi kamu masih beruntung, Rin. Kamu tau kan aku bahkan tidak mengingat wajah kedua orangtuaku. Aku hanya mendengarnya dari Bang Ethan. Kamu masih jauh beruntung dari aku, Rin. Seenggaknya kamu masih bisa melihat dan memeluk mereka berbeda dengan aku. Aku hanya memiliki bang Ethan." Rachel mengatakannya dengan senyuman miris.

"Dan ada aku juga yang akan menemani kamu, Rachel. Aku janji tidak akan merebut Ethan dari kamu, kamu akan memiliki 2 orang keluarga sekarang," ucap Arin yang di angguki Rachel.

"Jangan pernah meninggalkan bang Ethan. Sudah sering dia hidup dengan penuh kebencian dan dendam. Tetapi bersamamu dia bisa berbahagia dan lebih menikmati hidup."

"Itu sudah pasti," kekeh Arin.

"Ternyata kalian ada di sini, aku mencari kalian sejak tadi." Jason datang dan mengambil duduk di dekat Arin.

"Habis darimana?" tanya Arin.

"Tadi di ajakin main basket sama Mike." Arin menganggukan kepalanya sedangkan Rachel tampak acuh saja menikmati makanannya.

Rachel memang di kenal sebagai cewek galak yang sangat jutek. Dia sedikit tomboy. Tetapi dia sangatlah baik, dan begitu penyayang. Walau dari luar terlihat bak penyihir jahat tetapi hatinya seputih Snow White.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel