Bab 4
Yoona dan Raydan Han kini duduk di sebuah sudut cafe yang sepi, terlepas dari keramaian yang terjadi di sekitar mereka. Mereka sudah lama tidak bertemu, dan pertemuan kali ini terasa agak tegang.
"Bagaimana kabarmu, Yoona?" tanya Raydan Han sambil menatap wanita di hadapannya. Yoona menatapnya dengan ekspresi tenang sebelum akhirnya menjawab. "Baik, bagaimana kabarmu, Raydan?"
"Sudah lama kita tidak bertemu. Banyak gosip yang beredar begitu liar tentang kedekatanku dengan anak perdana menteri. Apa kau tidak terganggu?" tanya Raydan Han dengan nada sedikit sinis.
"Bagaimana aku bisa tidak terganggu, kalau kau saja tidak pernah datang menemuiku. Bukannya kita suami istri," balas Yoona dengan nada sinis yang sama. Perbincangan mereka terasa penuh dengan tegang dan kebingungan.
"Apa kau menemuiku hanya untuk menghindari gosip itu?" tanya Yoona dengan ekspresi mengejek.
Raydan Han merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan itu. Mereka saling menatap dengan tatapan tajam, seolah-olah sedang saling menguji satu sama lain.
"Tidak juga, hari ini ulang tahunmu, apa yang kau inginkan?" tanya Raydan Han dengan wajah dingin.
Yoona menatapnya dengan tatapan heran. "Kau ini tidak seperti biasanya. Dan jujur saja, tidak ada apa-apa yang aku inginkan."
Yoona merasa sedih melihat perubahan sikap suaminya. "Kenapa kau selalu dingin seperti ini, Raydan? Apakah menikahiku suatu aib bagimu?"
Raydan Han menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "Seperti yang kau tahu, aku menikahimu karena permintaan ayahmu. Sebulan lagi, kita akan bercerai. Jadi mintalah permintaan dariku selain cinta."
Yoona terdiam, tidak menyangka bahwa pernikahannya dengan Raydan Han hanya akan berlangsung singkat. Dia merasa sedih dan hampa, karena telah menaruh harapan yang besar pada pernikahan mereka.
"Apakah tidak ada cara untuk kita menjaga pernikahan ini, Raydan Han?" tanya Yoona dengan harapan.
Raydan Han menatapnya dengan tatapan tajam. "Tidak ada cara, Yoona. Ini adalah keputusan yang harus aku ambil, demi kepentingan hidupmu dan karierku."
Yoona terdiam menahan tangis tapi tak tertahan juga. Dia merasa seperti hidupnya runtuh dalam sekejap, tanpa ada yang bisa dia lakukan. Perasaannya yang tulus dan cintanya kepada Raydan Han tidak dianggap penting.
"Apakah keputusanku salah sudah memilih menjadi istrimu, Raydan," ucap Yoona sambil menyeka air mata.
Raydan Han hanya menatapnya dengan ekspresi datar, seakan tidak peduli dengan perasaan Yoona. Dia adalah seorang hakim yang tegas dan bersikap adil, meskipun kadang terkesan dingin dan tidak berperasaan.
Mereka duduk diam di cafe itu, dengan perasaan hampa dan penuh kekecewaan. Suasana menjadi tegang dan hening, seolah-olah rahasia kelam mereka terbongkar di tempat itu.
Di luar cafe, ternyata sudah banyak gosip yang beredar tentang pernikahan mereka. Banyak orang mulai bertanya-tanya tentang alasan Raydan Han menikahi Yoona karena balas budi, dan spekulasi yang tak enak mulai tersebar luas.
Raydan Han hanya terdiam dan membiarkan gosip masyarakat mengalir begitu saja. Baginya, yang penting adalah menjaga reputasi dan integritasnya sebagai seorang hakim ketua yang dihormati.
"Aku ingin pelukan darimu dan satu hari saja berada di sisiku menjadi suamiku. Tidak ada yang lain," tiba-tiba Yoona berkata.
Raydan Han terdiam sejenak. Dia tidak pernah mendengar Yoona mengungkapkan keinginannya dengan begitu tulus sebelumnya. Namun, dia tahu bahwa keinginan Yoona akan jauh lebih sulit diwujudkan daripada yang dia bayangkan.
"Baiklah tapi jangan berharap datang keajaiban tentang hubungan kita setelah ini," jawab Raydan Han dengan ekspresi serius.
Yoona tersenyum tipis. Dia tahu bahwa Raydan Han memiliki tembok yang tinggi di hatinya, dan dia tidak pernah berharap bahwa tembok itu akan runtuh dalam satu hari saja. Namun, dia tidak peduli. Yang dia inginkan hanyalah satu hari kebersamaan dengan suaminya, tanpa beban dan tanpa ketegangan.
"Kenapa kau membenciku? Apa begitu hina kah aku menjadi istrimu?" tanya Yoona, mencoba untuk memecahkan kebuntuan di antara mereka.
"Kenapa bertanya kalau kau tahu jawabannya. Berulang kali kubilang, pernikahan ini hanya balas budi dariku," jawab Raydan Han dengan suara yang sedikit kesal.
Yoona merasa hatinya terluka mendengar jawaban itu.
Dia tidak pernah menduga bahwa Raydan merasa seperti itu.
Dia merasa bahwa pernikahan mereka adalah sesuatu yang nyata, bukan hanya balas budi semata. Tapi, semua jauh dari harapannya...
