Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 8

Didepan John dan pria berseragam hitam itu sedang membicarakan sesuatu, Khara tidak mengerti walau dia mendengarnya denga jelas. Beginya terdengar seperti suara nyamuk

yang berdengung di telinga khara, Senia terkekeh melihat raut wajah khara. Senia bersumpah jika wajah Khara terlihat sangat Bodoh dan konyol. Dia tau jika gadis berbatang itu tidak mengerti apa yang di bicarakan ayahnya juga pria utusan pemilik

rumah. Ya, Senia emang tau kalau khara itu memiliki apa yang tidak dimiliki wanita pada umumnya, meski pun begitu tidak mambuat Senia merasa jijik atau menatap aneh khara

baginya khara tetap khara hangat juga sangat pengertian.

Setelah beberapa menit, mereka akhirnya sampai di sebuah ruangan yang luas dan juga mewah, ada meja panjang dan Juga ada beberapa kursi yang tersusun rapi di dekatnya.

Tidak hanya itu ada beberapa orang duduk di kursi-kursi tersebut, Khara begitu terpesona dengan kecantikan dan ketampanan mereka. Apalagi senyuman manis di bibir mereka, membuat siapapun akan lemah. Mereka seperti dewa dewi Yunani, Khara tidak mengerti kenapa mereka begitu memepesona.

Namun ada sesuatu yang membuat khara membeku, tato di tubuh pria tampan yang kini melemparkan tatapan maut pada dirinya. Bahkan dia tidak sadar jika semua keluarga

Senia sudah mengambil posisi dan duduk di beberapa kursi kosong disana. Bukan, bukan karena dia telah jatuh hati pada pandangan pertama pada pria itu, malah Khara ingin muntah melihat wajah genit pria itu walau beberapa detik yang lalu dia sempat terpesona

tapi tidak sekarang, seketika tubuh Khara membeku karena tato itu sama persis dengan miliknya namun hanya saja warnanya berbeda. Punya pria itu warna biru laut dan tatapan naga itu terlihat tenang namun menusuk.

Bukan hanya pria itu namun juga wanita di depannya bahkan dia baru sadar jika semua orang yang terlihat asing namun terasa familiar baginya itu mempunyai tato yang sama

dengannya walau lagi-lagi warnanya berbeda, tapi ada satu diantara mereka yang berbeda tatonya malah ular cobra.

"Khara woy KHARA" pekik Senia tepat di telinganya membuat khara tersentak dan menatap sebal Senia.

"Bisa gak kalau manggil tuh gak pakai teriak, gue gak budek nyet" ucap khara kesal, Senia menatap sinis bocah edan itu.

"Gue udah manggil Lo beberapa kali tapi Lo ngebudek, jadi jangan salahin gue kalau kuping Lo ngilu" ucap Senia datar dan menatap khara tanpa rasa bersalah.

Khara menghela nafas pelan lalu melirik jam tangan murahan yang melingkar indah di pergelangan tangannya.

"Toiletnya dimana? " Tanya khara membuat senia menaikkan alis bingung.

"Ngapain ke toilet enakkan makan-makan disini, Lo kan suka banget makan-makan" jawab Senia , khara melirik makan-makan yang terlihat lezat untuk di santap namun

entah kenapa dia sama sekali tidak berselera untuk memakannya apalagi ada beberapa orang asing yang membuatnya kacau.

"Gak, gue Pengen ngambil whudu. Ini udah waktunya Isa" tolak khara, Senia mengangguk paham.

"Om Daniel, dimana toiletnya?" Tanya Senia dengan suara sedikit keras agar lebih terdengar jelas.

Sontak semua orang menoleh padanya, melupakan pembicaraan yang begitu menarik tadinya. Namun bukannya menjawab Daniel malah melirik salah satu pelayannya dan mengisyaratkan wanita itu untuk mendekat lalu membisikkan sesuatu, pelayan itu hanya mengangguk paham lalu berjalan mendekati khara dan Senia.

"Mari saya antar" ucap pelayan itu dalam bahasa Prancis, tentu saja senia paham namun tidak dengan khara.

"Ah, bukan saya yang mau ke kamar mandi tapi nih bocah" ucap Senia dalam bahasa Prancis sambil nunjuk kearah khara, sedangkan khara menatap keduanya bingung.

Pelayan itu hanya mengangguk paham lalu berbicara pada khara mengunakan bahasa Prancis, sumpah demi apapun khara sama sekali tidak mengerti apa yang di bicarakan pria di depannya. Sudah, dia sudah tidak tahan lagi. Sumpah demi appaun dia ingin

pulang. Yang dia tau jika bibir palayan itu berkomat-kamit mirip Mbah dukun baca Mantra, sedangkan Senia malah terkekeh mengejek bagaimana tidak wajah sahabatnya itu terlihat lucu sekaligus bodoh dan konyol, membuat khara melirik senia tajam.

"Belum cukup gue di pusingin sama bahasa alien ini cowok, Lo malah ikut-ikutan bikin gue kesal" seru khara sinis.

"Hehehe, sorry habis Lo lucu sih." jawab Senia polos, khara memutar matanya malas.

"Udah, Lo ikutin aja ini mas-mas, dia bakal nuntun Lo ke toilet" timbal Senia membuat khara menatap Senia penuh arti.

"Gak usah natap gue gitu, Lo serem sumpah. Dia gak bakal macem-macem sama Lo, kalau pun iya bilang aja sama gue biar gue urus dia" ujar Senia meyakinkan khara, khara

menghela pasrah.

Senia berbicara pada pria itu, mengatakan bahwa temennya tidak bisa bahasa asing dan memintanya untuk tidak lepaskan pandangannya dari khara. Bocah sableng itu tidak

akan segan-segan melakukan hal konyol dan membuatnya dalam masalah apalagi disini bukan Indonesia melainkan Prancis. Tentu saja pelayan itu mengiyakan ucapan Senia, bagaimana bisa dia menolak permintaan anak dari sahabat majikannya. Khara hanya

diam, mengikuti pria itu ke kamar mandi. Sesampainya di sana dia langsung mengambil wudhu, dia butuh ketenangan batin saat ini. Semua hal yang dia lalui membuat kepalanya

hampir pecah karena memikirkan segala hal yang ada, belum lagi ada banyak pertanyaan yang muncul di otaknya.

Disisi lain keluarga John dan Daniel tengah berbincang-bincang sambil menyantap hidangan di depannya.

"Jadi untuk apa kamu meminta hadiah?, Hal apa yang kamu temukan john? Bahkan repot-repot datang ke Prancis" Tanya Daniel bingung, pasalnya sahabat sekaligus penolongnya dari jerat hukum itu bukanlah orang yang mau melakukan hal merepotkan seperti ini,

jika bukan dalam keadaaan terdesak atau berbahaya.

Sedangkan John menatap sahabatnya itu sinis, membuat Bella istrinya terkekeh geli. Lalu menggeleng kepalanya dan meminum air yang ada di gelas kini dia pegang, dua sahabat

itu apa tidak bisa sekali saja tidak bertengkar bahkan hal kecil akan jadi hal besar pikir Bella bingung.

Ya, John dan Daniel itu tidak pernah akur selalu bertengkar namun pertengkaran mereka tidak bertahan lama lalu berbaikan. Walau pun begitu mereka saling menyayangi satu

sama lain dan saling menjaga layaknya saudara.

"Apa kamu tidak senang aku datang?, Cih kamu selalu saja begitu. Seharusnya kamu bersyukur dan memelukku serta mengucapkan terimakasih serta memberikan aku

hadiah" Jawab John sinis, membuat Daniel menatap sahabatnya itu datar.

"Kenapa aku harus berterima kasihlah dan memberikan kamu hadiah?, Ya aku memang tidak suka kamu datang. Sahabat macam apa yang datang tiba-tiba dan membuat kita satu rumah kerepotan" ucap Daniel tak kalah sinis, John malah terkekeh geli membuat Daniel menatap aneh sahabatnya itu.

"Dasar gila" gumamnya, membuat tawa John terhenti.

"Cik, lihat saja apa reaksimu kalau aku bilang aku menemukan black dragon, apa kamu akan masih bersikap tidak menyenangkan begitu?" Tanya John lalu tersenyum meremeh.

Sontak membuat Daniel, istri dan juga ketiga anaknya terdiam serta membeku saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut John, rasanya apa yang keluar dari mulut pria itu mendengung di telinga mereka bahkan otak mereka yang sama cerdasnya tidak bisa

mencernanya dengan cepat.

"Jangan bercanda John, ini udah gak lucu. Bagaimana bisa anakku hidup kembali, kamu tau sendiri bukan kalau mayatnya di temukan di tepi sungai tidak jauh dari mansionku

dulu" jawab Daniel tidak percaya, ya dia sama sekali tidak percaya karena setelah sekian lama dia mencari anaknya namun hasilnya tetap sama.

Sama halnya dengan Daniel, istri pria itu juga menatap tajam John lalu menatap bella bergantian berharap jika ada salah satu dari mereka terkekeh dan tertawa tapi nihil keduanya terlihat serius. Juga ketiga anaknya pun tidak jauh berbeda, Rafael, Bima dan

Asya terlihat tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. Entah telinga mereka yang bermasalah atau memang pria parubaya yang mereka panggil paman itu mengatakan hal yang mustahil, bagaimana bisa orang yang sudah mati bisa hidup kembali.

Apa itu mukjizat Tuhan? Tapi kenapa baru sekarang? Kenapa disaat mereka semua percaya jika sih bungsu sudah tidak ada, kenapa di saat mereka sudah merelakan kepergian sih kecil itu.

"Jika apa yang kamu ucapkan itu benar adanya lalu di mana sih bungsu?" Tanya Angle, istri Daniel.

John tersenyum penuh arti.

"Apa kalian sama sekali gak mengenali anggota keluarga kalian sendiri?" jawab John berbalik bertanya, membuat kelima orang itu menatap John bingung.

"Apa maksudmu?, Sudah jangan bertele-tele. Katakan saja dimana si bungsu. Aku akan mengirimkan orang-orangku untuk menjemputnya" ujar Daniel datar dan tegas, John

masih tersenyum. Membuat Daniel berpikir jika sahabatnya ini sudah gila, ditanya malah senyum-senyum padahal tidak ada hal lucu.

"Kamu gila ya? Kalau gila ngomong biar aku daftarin ke Rumah Sakit Jiwa" timpal Daniel ketus, John memutar matanya malas. Senyum yang tadi menghiasi wajahnya hilang tanpa

bekas.

"Malah ngatain gila nih anak, gak usah jemput tuh anak. Toh kita udah bawa itu anak, kamu pikir aku ngapain jauh-jauh kesini cuman mau bilang kalau aku nemuin anakmu yang kamu sangka udah meninggal itu" ujar John sedikit kesal karena di katain gila, ah kalian juga akan kesal bukan jika di katain gila.

"Jadi?" Tanya Rafael masih tidak mengerti.

John menghela nafas berat.

"Apa kalian sama sekali gak sadar jika ada satu orang yang asing yang kami bawa?" Tanya John, kelima orang itu terdiam namun sedetik kemudian mereka tersentak saat tau siapa

yang di maksud John.

"CIK, otak cerdas kalian sama sekali gak berguna" ejek Kevin entah muncul dari mana, karena sedari tadi hanya ada Senia, bella dan juga John yang duduk bergabung bersama keluarganya The Dragon.

Sontak tatapan membunuh menghujati Kevin, sedangkan kevin malah menyengirkan deretan gigi putihnya membuat ketiga bersaudara memutar mata mereka jenah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel