Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 6

Dua bulan kemudian……..

Khara menatap datar layar ponsel Senia, antara percaya dan tidak percaya, dia melirik

Senia yang kini berada di sampingnya. Senia tersenyum kecil, setelah sekian lama dia menyimpan rahasia tersebut akhirnya dia mengatakannya pada Khara dan dia merasa sekarang waktu yang tepat. Khara sudah kembali stabil dan tenang.

Khara terdiam membisu, dia tidak bisa berkata-kata saat mengetahui fakta bahwa dia bukan anak kandung orangtuanya, begitu juga Devi bukan kakak kandungnya, serta Tato

di tubuhnya ini bukan hal yang patut di katakan ajaib karena tato ini memang ada karena di buat oleh seseorang tapi siapa? Orang tuanya kandung?. Kenyataan tersebut membuat dia harus berpikir sangat keras, kepalanya terasa nyeri.

Khara meringis saat kepalanya sakit karena terlalu keras berpikir.

Fuck! Semua menjadi menggila dan liontin yang kini ada di tangannya, dia genggam.

Liontin yang berbentuk hati tersebut adalah barang yang dia bawa saat masih kecil dan ini akan membawanya pada keluarga aslinya namun entah kenapa dia merasa sedikit

berat meninggalkan apa yang dia punya. Rumahnya atau lebih tepatnya rumah kakaknya, yang menjadi tempat berlindung juga tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan

tentang dia dan kakaknya. Walau terbilang sederhana namun terasa nyaman dan membuatnya aman, serta toko kue kakaknya juga.

Semua hal yang berkaitan dengan kakaknya tak bisa dia tinggalkan begitu saja.

"Gue gak mau ninggalin rumah sama toko Nia, bagi gue ini rumah gue dan disini tempat gue balik juga tinggal." tolak khara, ya Senia meminta khara untuk tinggal bersamanya.

"Bahkan gue berniat untuk berhenti kuliah dan fokus sama toko" sambung khara, Senia menghela nafas pelan.

"Lo yakin? Oke, kalau Lo gak mau ninggalin rumah sama toko gue maklum tapi buat berhenti kuliah? Apa Lo gak sayang? Hanya tinggal satu tahun lagi khara. Jangan mikir

ego Lo doang tapi pikirin harapan kakak Lo sama Lo, pikirin harapan orang tua Lo sama lo. Walau mereka hanya kakak dan orang tua angkat Lo doang tapi mereka tulus sayang sama lo, Lo mau membuat mereka kecewa?" Ucap Senia panjang lebar, khara hanya diam

dan membenarkan apa yang di katakan senia.

Tapi dia juga tidak bisa membuat bisnis kakaknya hancur begitu saja, dia juga tidak mungkin ninggalin rumahnya. Khara bukan orang yang bisa membagi waktu dengan benar. Sedangkan Senia menatap intens khara, dia mencoba membaca apa yang di pikirkan bocah menyebalkan itu.

"Gue tau Lo gak bisa ninggalin toko sama rumah tapi Lo juga harus mikirin masa depan, Lo boleh tinggal disini tapi gue harap Lo gak nolak kalau gue ngasih Lo bodyguard dan pelayan disini dan soal toko Lo tenang aja. Orang kepercayaan bokap gue bakal ngurus

itu toko bahkan bikin toko itu semakin maju" timpal Senia seakan tau apa isi otaknya, dia memberikan saran yang cukup masuk akal agar Khara tetap kuliah serta tinggal di rumah

kakaknya dengan syarat gadis itu harus di jaga oleh orang-orang orang tua senia.

Khara beridik ngeri membayangkan jika dia di kelilingi oleh pria tinggi besar dan berwajah sangar dan tentu saja sepaket denga para pelayan yang tentunya tinggal bersamanya. Oh good, otak licik senia memang bisa membuat dia mati kutu.

Khara memang tidak suka rumah terlalu ramai dan sempit bahkan terkesan mencolok karena adanya pria-pria besar berseragam serba hitam, khara mendesah pasrah.

"Oke gue ikut kerumah Lo" ucap khara pasrah, dengan terpaksa dia menyetujui permintaan Senia.

Senia tersenyum senang, sedangkan khara memutar matanya jenah melihat wajah Senia yang menyebalkan. Khara beranjak dari duduknya menuju kamarnya membereskan semua barang-barangnya yang akan dia bawa. Singkat cerita kini khara sudah berada di rumah Senia lebih tepatnya di kamarnya, ya kamar yang sangat besar dan luas mungkin dua kali lipat dari kamarnya yang dulu.

Khara menghempas tubuhnya di ranjang empuk dan melempar tas serta kopernya sembarang, dia sangat lelah saat ini. Lelah dengan kenyataan, masalah, beban yang kini

dia hadapi.

Semua terasa memuakkan dan menyebalkan, tak ada satu pun yang baik dalam hidupnya kecuali bertemu dengan senia dan keluarga angkatnya serta teman-temannya masa

kecinya dulu. Sampai detik ini dia belum menerima kenyataan bahwa dia bukan anak kandung kedua orangtuanya dan adik dari kakaknya, sungguh kenyataan ini benar-benar

menamparnya sangat keras hingga membuatnya meringis kesakitan.

Liontin yang kini dia genggam juga tato di tubuhnya adalah satu-satunya yang bisa membuatnya bisa bertemu dengan keluarga aslinya, tapi entah kenapa dia ragu. Jika memikirkan hal itu ada banyak pertanyaan yang muncul, kenapa bisa dia menjadi anak

angkat kedua orang yang dia anggap orangtuanya?. Apa dia dibuang? Jika iya dia tak dinginkan kenapa dia harus kembali?, Kalau bukan? kenapa mereka tidak mencari dirinya?. Kenapa mereka membiarkan dirinya diasuh oleh orang lain? Ahhh semua benar-benar memusingkan.

Khara menutup matanya melupakan semua hal yang kini memenuhi otaknya, mungkin dengan tidur dia merasa lebih baik dan terbangun besok pagi lalu semua kembali ke semula. Ya, dia berharap jika semua ini adalah mimpi semata.

*****

Keesokannya....

Khara membuka matanya perlahan karena merasa cahaya matahari menerpa tepat di wajahnya, dia menghela napas berat melihat sekilingnya yang terasa asing. Namun tentu saja dia tau dimana dirinya sekarang, dia benci mengakui bahwa semuanya bukanlah mimpi padahal semalam dia sangat berharap jika semuanya adalah mimpi belakang

namun sekarang? Pada kenyataannya semuanya memang harus dia hadapi dan dia terima.

Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarnya, dengan malas dia beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu kamar. Dia membuka pintu itu dengan malas, terlihat seorang wanita bertubuh mungil namun lebih tinggi gadis itu dan berdiri di

depannya dengan senyum di bibirnya.

"Ada apa? " Tanya khara khas orang bangun tidur.

"Nona Senia menyuruh anda untuk ke bawah untuk sarapan" jawab wanita itu, khara hanya ngangguk.

"Iya, tapi saya harus mandi dulu sebentar. Kamu duluan saja ke bawah dan terima kasih" ucap khara ramah sambil tersenyum.

Khara pun masuk k edalam lagi dan menutup pintu kamarnya, dia langsung bergegas masuk ke kamar mandi dan membasuh tubuhnya. Tidak berselang lama di keluar lalu langsung mengganti pakaiannya, sekarang dia mengenakan baju kaos panjang warna biru polos dan celana training. Pakaian yang di kenakannya sangat sederhana namun

terlihat begitu menawan jika di kenakan oleh Khara walau pakaian tersebut bukan pakaian mahal dan bermerek, rambut panjangnya dia urai hingga menutupi leher jenjangnya.

Serta kacamata baca yang bertengger di hidungnya, sebenarnya khara itu cantik dan menarik namun dia saja yang malas merawat diri dan berpenampilan mencolok. Setelah

selesai mengganti pakaiannya, dia bergegas keluar dari kamar dan berlari kecil saat menuruni tangga yang cukup membuatnya lelah, beruntung sudah ada satu pelayan yang menunggu di bawah jika tidak mungkin dia akan kebingungan mencari dimana letak meja makan.

Khara berjalan mengekori pelayan tersebut, pelayan itu memang di tugaskan untuk menuntunya ke meja makan. Terlihat dari kejauhan Senia melambaikan tangannya dan

tersenyum manis, khara hanya tersenyum tipis sambil berjalan mendekati sahabatnya itu.

"Kok Lo lama Amet sih? gue udah laper nih nunggu Lo" keluh Senia dengan wajah kesal.

"Ah maaf, aku gak tau kalau kalian nunggu aku" ucap khara sedikit merasa bersalah.

Tanpa banyak bicara khara duduk di antara enam orang yang terasa asing bagi khara tentu sama tidak termasuk senia, mereka tersenyum pada khara dengan kiku khara

membalas dengan senyum terbaiknya.

"Khara kenalin pria yang ada ditengah itu bokap gue, yang di samping dia itu nyokap gue, di samping nya lagi itu kakak gue nomor satu juga istrinya di sampingnya. Yang di depan

Lo ini adalah kakak gue nomor dua dia juga udah nikah tapi suaminya lagi dinas keluar kota, yang di sebelah gue ini adalah kakak gue yang nomor tiga. Sedangkan yang bungsu lagi nginep dirumah kakek gue" ucap Senia memperkenalkan keluarganya pada khara.

"Dan buat kalian semua kenalin ini khara dia sahabat aku, mulai sekarang dia bakal tinggal disini mi Pi gak papa kan."timpal Senia memperkenalkan khara pada keluarganya.

"Tentu saja sayang, khara selamat datang di istana kami. Saya harap kamu betah ya, anggap saja rumah sendiri" ucap ibu Senia lembut lengkap dengan senyum hangat di wajahnya.

Sedangkan ayah Senia menatap intens khara membuatnya tertunduk kiku, apa ada yang salah dengannya? Apa beliau tidak suka padanya? Tanya khara dalam hati. Khara hanya mengangguk merespon apa yang di ucapkan mereka, dia bingung sekaligus sedikit ciut

karena tatapan ayah Sabahatnya. Senia yang sadar jika ayahnya berulah dan membuat temannya takut langsung melirik ibunya agar menegur ayahnya.

"Sayang, kamu bikin anak orang takut tau" bisik Bella yab nama ibu Senia adalah bella, membuat suaminya tersentak kaget.

"Benarkah?" Tanya John, wajahnya berubah sendu, dia sedikit merasa bersalah.

Sebenarnya dia tidak bermaksud begitu, dia hanya ingin melihat dengan jelas kalung di leher khara juga ukiran di dada gagis itu.

"Iya, kamu kenapa natap dia gitu banget?" Tanya Bella penasaran sekaligus bingung.

"Aku hanya penasaran dengan kalung di lehernya, aku merasa seperti pernah

melihatnya" jawab John, Bella mengangguk paham.

"Maafpin om ya udah bikin kamu takut" ujar John meminta maaf lalu tersenyum hangat pada khara, khara hanya tersenyum lalu mengangguk.

"Kalau gitu ayo kita sarapan, aku sudah lapar" ucap Kevin kakak pertama Senia.

Lalu di iyakan oleh mereka, semua orang terlihat sibuk dengan makanan mereka namuntidak dengan John yang masih saja menatap kalung di leher khara.

Sadar akan tingkah ayahnya Senia memberanikan diri untuk bertanya, dia penasaran kenapa ayahnya melihat Khara sampai seperti itu. Jujur saja dia sudah berpikir yang tidak-tidak namun Senia tidak mungkin mengatakan apa yang kini dia pikirkan tapi dia

akan bertanya kenapa ayahnya bertingkah aneh seperti itu.

"Kenapa papi natap khara begitu?" Tanya Senia membuat John tersentak dan menoleh pada putri ketiganya itu.

"Gak, papi hanya penasaran dengan kalung yang di pakai temanmu." Jawab John seadanya.

"Apa ayah kenal dengan kalung itu?" Tanya Senia antusias, John menaikkan alisnya sebelah.

"Sepertinya begitu, papi kayak pernah liat kalung itu" jawab John.

"Sepertinya papiku bisa menjadi petunjuk di mana keluarga Lo berada khara" ucap Senia senang karena sudah menemukan titik terang, sedangkan khara menatap semua ragu.

"Entahlah Senia, gue sedikit gak yakin" gumam khara ragu.

"Kamu sedang mencari keluarga kamu?" Tanya Sinta menyela pembicaraan kedua bocah itu, Sinta adalah kakak kedua Senia. Khara hanya mengangguk.

"Iya kak, selama ini dia terpisah sama keluarga aslinya yang selama ini yang merawat dia adalah keluarga angkatnya. Sayangnya mereka semua sudah meninggal dunia, hanya ada

kalung dan tato di tubuhnya yang jadi petunjuk dimana keluarganya berada" jelas Senia

"Tato?" bea John

"Iya pi" jawab Senia.

"Boleh om melihatnya?" Tanya John, khara hanya diam lalu melirik senia juga sedang menatapnya.

Sontak membuat istri, anak dan menantunya melongo mendengar pertanyaan John. Senia menatap tanyam ayahnya tersebut, otaknya sudah di penuhi hal-hal yang negative begitu juga yang lainnya sedangkan Khara, gadis itu tidak tau harus bersikap apa. Serius nih,

harus di kasih liat piker Khara ragu.

"Papi gila ya, masa anak orang papi suruh terlanjang dan di depan kita lagi" protes Senia tidak terima.

"Papi kan nyuruh dia perlihatkan tatonya saja sayang gak nyuruh dia telanjang" bantah John, dia tidak bermaksud apapun selain ingin melihat tato yang Khara miliki namun jika

benar apa yang dia pikirkan maka apa yang Senia katakan benar adanya. Namun jujur bukan itu niatnya.

"Tapi om tatonya memenuhi tubuh saya" ucap khara pelan, wajahnya memerah karena malu.

"Tapi kalau memang mau lihat saya akan perlihatkan" timpal khara membuat semua orang membulatkan mata mereka tidak percaya.

"Lo gila ya khara" pekik Senia.

"Gue gak segila itu kali, gue pakek tantop dan celana pendek. Lagi pula mungkin saja bokap Lo tau sesuatu" ucap khara terlihat tenang, dia menjelaskan jika dia menggunakan

pakaian dalam yang masih bisa menutupi tubuhnya walau tidak sepenuhnya.

Tanpa ragu khara melepas baju kaos panjang dan celana training miliknya, sontak semua orang kaget melihat tato naga melingkar di tubuh khara.

"Berbalik" ucap Kevin tanpa sadar, khara menuruti perintah kevin dan memutar tubuhnya. Terpampang jelas tulisan besar yang memenuhi punggung khara.

"Black Dragon" gumam mereka kecuali Senia, dia sama sekali tidak mengerti dengan situasi yang terjadi sekarang.

Apa ada yang spesial dari tato khara baginya itu mengerikan, lihatlah mulut naga yang ada di dada khara, seakan-akan ingin menelan kepala gadis menyebalkan itu.

"Kevin, kamu cepat kabari om Daniel dan bilang sama dia siapkan hadiah untuk kita. Sinta kamu suruh Bayu untuk memesan tiket kita ke Prancis dan untuk kalian berkemaslah

begitu juga kamu khara. Saya ingin 20 menit lagi kalian semua sudah ada di mobil dengan barang-barang kalian" perintah John.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel