Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 4

Khara dan Senia sedang duduk di salah satu meja yang ada di toko kue Devi, mereka berdua memang sering nongkrong took kue tersebut. Sejak keduanya dekat, senia memang sering datang ke took kue itu. Bahkan dia cukup dekat dengan Devi, baginya wanita bongsor itu sama hangatnya seperti khara. Jadi dia sangat mudah untuk akrap.

"Kak Devi" seru senia memanggil kakak khara tersebut, membuat yang di panggil menoleh dan berjalan mendekat.

"Ada apa Nia? Gak biasanya kamu manggil" Tanya Devi sedikit curiga, sedangkan Senia tersenyum penuh arti. Membuat Devi melirik adiknya, khara mengangkat bahunya tidak tau apa-apa.

"Aku boleh gak bawa khara kerumah aku?" Tanya Senia, sontak membuat kedua saudara itu menautkan alis mereka bingung.

"Ngapain?" Tanya khara, Senia nyengir.

"Gak ada, mau ngenalin kamu sama keluarga gue aja. Lagian mereka hari ini lagi ngarayain ultah kakak gue, jadi Lo mau ya gue ajak kerumah gue" jawab Senia dengan nada memohon.

Khara hanya diam dan menatap kakaknya, Devi tersenyum dan mengangguk setuju. Dia pikir itu hal baik untuk Khara, gadis itu sangat jarang berinteraksi dengan orang selain kakaknya lebih tepatnya Khara malas untuk berkenalan atau berbicara dengan orang baru jika orang tersebut tidak memulainya. Bahkan dia kaget saat khara bilang kalau bocah itu punya teman, sekalinya punya teman malah anak orang kaya. Tapi Devi tidak begitu tercengang karena Khara berada di lingkungan di mana orang-orang kaya berkumpul, di antara manusia-manusia sombong itu pasti ada satu yang memiliki hati dan rasa kemanusiaan tinggi seperti Senia.

"Pergi saja sayang, kakak gak papa kok. Kan masih ada pegawai yang lain, lagian hari ini

gak ramai kok" ucap Devi memberikan izin.

Khara menghela nafas berat.

"Yaudah, kita balik dulu kerumah gue bentar. Gue mau ganti baju dulu" ucap khara pasrah.

"No!, Kita pergi sekarang. Lo bisa pinjem baju gue nanti" ujar Senia memaksa.

"Tapi...." Ucap khara terlihat ragu, dia tidak biasa mengenakan pakaian orang lain.

"Udah yok ikut, gak ada tapi-tapian" potong Senia lalu langsung menarik khara pergi, khara menghela nafas pasrah.

Dia mengekori senia masuk ke mobil, kini keduanya sudah di dalam mobil dan senia langsung mengegas mobil tersebut menuju rumahnya. Sesampainya di sana, Senia langsung memasukkan mobilnya ke bagasi lalu turun dari mobil di susul oleh Khara.

Gadis itu melongo saat melihat rumah Senia, begitu megah dan mewah. Dia begitu terpesona dengan keindahan rumah tersebut, Senia terkekeh geli melihat ekspresi Khara.

Dia sudah menebak akan begitu, namun dia tidak berniat lebih tepatnya tidak mood untuk mengejek bocah menyebalkan itu.

Senia berjalan masuk ke rumahnya dengan santai, lain halnya dengan khara yang terlihat kiku dan canggung bahkan saat para pelayan membungkuk hormat padanya dia malah membalasnya. Konyol dan kampungan, itulah yang ada di benak Senia namun di sisi lain tingkah konyol Khara tersebut terlihat lucu, lihat saja wajah cengo khara yang begitu imut dan membuat senia ingin mencakarnya. Bikin gemes.

Senia menuntun khara ke kamarnya, benar saja wajah bodohnya terlihat lagi. Tawa Senia pecah, jujur saja dia tidak sanggup lagi menahan tawanya.

"Hahahaha, astaga khara muka Lo mirip kucing kecebur got hahaha " ujar Senia sambil tertawa terbahak-bahak bahkan perutnya terasa sakit, khara memutar matanya jenah.

"Tau ah, gue gerah. Boleh mandi gak? " Tanya khara acuh, sebisa mungkin senia menghentikan tawanya karena saat ini ekspresi wajah khara sangat tidak enak di lihat.Masam.

"Boleh kok, mandi aja" jawab Senia.

"Mana handuknya?" tanya Khara, tidak mungkin kan dia mandi tanpa handuk bisa-bisa dia telanjang saat keluar dari kamar mandi.

"Ada di dalam kamar mandi, di tarok di lemari kaca" jawab Senia, khara hanya ngangguk lalu masuk ke kamar mandi.

Khara menghela nafas melihat seberapa Besar kamar mandi Senia, hampir setengah dari

kamarnya.

"Dasar orang kaya, apa daya cuman bisa makan tiga kali sehari dan itu udah bersyukur banget" gumam khara merasa miris dengan nasibnya, gadis itu membuka lemari yang kini ada di depannya. Khara begitu bersyukur dan lega, ada banyak handuk di dalam lemari tersebut. Jika saja tidak ada satupun handuk di sana, dia akan telanjang saat keluar

dari kamar mandi.

Khara tidak bisa membayangkan hal itu, dia tidak membayangkan saat Senia tau jika dia memiliki sesuatu yang tidak di miliki oleh kebanyakan bahkan semua wanita. Pasti wanita itu akan berteriak tidak jelas, tidak hanya akan membuat telinganya nyeri dan berdenging tapi juga rahasianya tidak akan jadi sebuah rahasia lagi. Khara juga takut jika Senia akan berpikir jika dia aneh dan menjauhinya, Khara akan siap akan hal itu. Dia tidak berharap banyak tentang hubungan persahabatakan mereka.

Tidak berselang lama khara keluar, wajahnya terlihat segar tidak seperti sebelumnya yang terlihat kusam dan lelah. Khara berdenyit saat melihat kondisi kamar yang kosong, Senia sudah pergi. Wajah gadis itu menjadi datar saat melihat pakaian laknat yang berada di atas kasur. Bagaimana bisa senia menyuruhnya untuk pakai pakaian kurang bahan seperti itu, lebih baik dia telanjang saja dari pada pakai mini dress itu.

Dia melempar sembarang Mini Dress tersebut, dia sama sekali tidak berminat untuk melihat apalagi memakainya, dia lebih tertarik berbaring di ranjang mengistirahatkan

tubuhnya walau pun sekarang dia hanya mengenakan selebar handuk yang menutupi tubuhnya, setidaknya itu lebih baik dari pada memakai mini dress sialan itu, bukan dia

tidak menghargai pemberian Senia hanya saja dia tidak suka dengan Pakaian seperti itu, ayolah dia tidak sefeminim itu. Namun sedetik kemudian dia bangkit dan berjalan menuju lemari kaca milik Senia, persetan dengan Senia.

Dia kedinginan.

Dia harus menemukan pakaian yang pas, dia mengobrak-abrik lemari tersebut serta lemari disebelahnya namun nihil!, Khara tidak bisa menemukan satupun pakaian yang

lebih pantas untuk dia pakai seperti baju kaos atau kemeja ya kemeja laki-laki pun tidak apa-apa tapi sayangnya tidak ada satupun yang dia temukan selain pakaian-pakaian

latnat yang sama seperti mini dress tersebut.

Khara sangat pemilih soal pakaian yang dia pakai, dia tidak suka yang sangat feminim tapi bukan bearti dia tidak memilikinya. Ada tapi hanya beberapa, tidak banyak dan itu

pun pakaian yang benar-benar dia sukai. Tapi Khara tidak menyerah, dia terus mencari di lemari lainnya. Di kamar Senia begitu banyak lemari, dari yang isinya Tas atau sepatu

dan hal lainnya. Setelah cukup lama mencari akhirnya dia menemukan satu pakaian yang pas tapi dia agak ragu karena ukurannya lebih dari ukuran tubuhnya.

"Ah bodo ah pakai aja" gumamnya, lalu memakai kemeja begitu juga celana panjang warna hitam yang dia temukan di lemari itu.

Setelah selesai dia malah mengantuk, jadi dia baringkan tubuhnya kembali ke kasur dan menyelimuti dirinya dengan selimut tebal dan hangat tidak perduli jika rambutnya masih basah, Khara memang tidak begitu mempermasalahkan itu karena baginya itu bukan masalah dan dia tidak biasa mengeringkan rambut menggunakan pengering rambut, dia mengeringkan rambutnya secara alami. Tidak berselang lama dia terlelap. Tanpa terasa kini hari mulai gelap, kini mentari berganti posisi oleh bulan. Sayangnya bulan tidak muncul, bahkan bintang pun enggan untuk muncul. Di karenakan terhalang oleh awan

hitam yang terlihat membungkus langit malam, angina malam berhembus lembut menyapa kulit hingga terasa ke tulang.

Walau pun begitu tidak membuat orang-orang berhenti berdatangan ke rumah megah milik keluarga senia, Pesta sufah di mulai namun Khara belum juga bangun dari tidurnya.

Gadis itu memang begitu jika tidur, tidak ingat dunia.Sedangkan Senia berpikir jika bocah itu sudah berbaur dengan para tamu, padahal Khara

masih ada di kamar. Tidur.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel