Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 3

Khara sedang duduk sendirian di salah satu meja kantin sambil menikmati

rotinya dalam diam, dia berusaha untuk tidak melakukan hal yang menonjol

agar tidak di bully lagi. Lebih tepatnya bersikap seperti angin, namun pada

kenyataannya dia tetaplah ada dan selalu jadi cemoohan teman-temannya. Tapi tiba-tiba ada yang duduk di depannya, sontak dia mengdongak melihat siapa yang Sudi duduk dengan dirinya. Pasal selama dia kuliah di kamus ini tak ada yang mau duduk atau berdekatan dengannya, maka dari itu dia selalu duduk di sudut ruangan dan berusaha tidak terlihat. Khara tertegung melihat siapa yang kini di depannya, wanita cantik bak bidadari kini tengah tersenyum padanya. Eh dia tersenyum pada dirinya kan? Pikir khara lalu memalingkan mukanya, dia pikir wanita di depannya tersenyum pada orang lain. Melihat reaksi khara yang acuh membuat wanita itu mendesah kesal, untuk pertama kalinya dia di acuhkan, apalagi yang mengacuhkannya orang seperti Khara. Jelas mereka memiliki kasta yang berbeda.

"Sok banget sih jadi orang" ujar wanita itu kesal.

Khara menautkan alisnya bingung.

"Lo ngomong sama gue?" Tanya khara sambil nunjuk dirinya sendiri, wanita itu memutar matanya jenah.

"Emang disini ada siapa lagi selain Lo? Bego!" Jawab wanita itu datar, khara malah cengengesan.

"Ah maaf, gue pikir Lo ngomong sama orang lain mangkanya gue tanya gitu" ucap khara sedikit merasa bersalah, wanita itu mengangguk paham.

"Gue Senia" ucap wanita itu sambil mengulurkan tangannya, dengan ragu khara menyambut tangan itu.

"Khara" ucap khara sambil tersenyum kiku namun terlihat manis bagi senia.

"Boleh kan gue duduk disini? Soalnya meja pada penuh" tanya Senia, khara hanya diam namun matanya menatap sekeliling. Kondisi kantin memang sangat ramai, semua meja di penuhi oleh mahasiswa-mahasiswi yang berniat mengisi perut.

"Iya boleh kok" jawab khara.

Hening!.

"Lo mahasiswa baru ya?" Tanya khara memecah keheningan, Senia mengangguk.

"Iya, gue baru pindah kemaren." Jawab Senia.

"Pantes" gumam khara, namun masih bisa di dengar oleh Senia.

"Maksudnya?" Tanya Senia bingung, khara menggelengkan kepalanya.

"Gak kok, gak ada" jawab khara sambil tersenyum kecut, lalu membereskan bungkus rotinya dan mengambil botol air mineral miliknya yang sudah kosong dan bangkit dari duduknya.

"Gue udah selesai, jadi gue duluan ya" ucap khara lalu langsung pergi begitu saja meninggalkan Senia yang kini terlihat bingung.

Dia menatap punggung khara yang berjalan menjauh lalu menghilang di balik dinding, entah apa yang membuatnya melakukan hal konyol itu. Tidak berselang lama dia kembali

menyantap makanannya yang kini mulai dingin, tiba-tiba saja ada yang menepuk bahunya. Sontak dia menoleh.

"Lo anak baru ya?" Itulah yang keluar dari mulut orang yang tadi menepuk bahunya. Senia hanya mengangguk saja tanpa berniat menjawab.

"Pantes, seharusnya Lo jangan mau deket-deket sama cewek tadi. Dia itu gembel, Lo mau aja kenalan sama tuh orang. Mana kuliah karena beasiswa lagi iww" ujar orang yang menepuk bahu Senia. Dengan raut wajah jijik sekaligus kesal dia menceritakan hal jelek

tentang khara, mulai dari penampilannya yang mirip gembel, bertingkah sok dan pantas

untuk di kucilkan.

Namun Senia mikir hal sebaliknya, dia merasa penasaran dengan sosok khara. Dia kuat walaupun di terjang badai, dia tangguh walau sering di jatuhkan dan juga misterius.

Malah dia pikir yang gembel itu oarang yang kini menjelek-jelekkan khara, lihat saja lihat saja penampilannya sangat norak. Harusnya dia berkaca sebelum menjelek-jelekan orang lain.

Dasar sampah gumam Senia dalam hati.

"Udah ngomongnya? Kalau udah cus pergi gue mau makan" ucap Senia dingin, orang

tersebut berdecak kesal lalu pergi meninggalkan Senia.

*****

Senia POV

Sejak pertemuan pertama aku dengan khara di kantin, aku jadi tertarik untuk

mengenalnya lebih jauh. Aku sering mengikutinya kemanapun dia pergi, aku juga sering menggali informasi tentang dia sama temen-temen aku di kelas. Walau isinya semua jelek-jelek namun dapat aku simpulkan kalau khara itu salah satu mahasiswa berprestasi, buktinya dia bisa membuat nama kamusnya semakin di kenal oleh dunia. Gimana gak, dia adalah juara satu olimpiade matematika tingkat internasional. Bukan hanya itu dia juga

juara satu olimpiade kimia tingkat kota, dia pribadi yang hangat buktinya saat bersama kakaknya dia selalu tersenyum dan bersikap semua baik-baik saja. Tapi aku yakin dia sangat hancur dan rapuh, bagiku dia terlihat sempurna. Tidak ada celah sedikitpun tapi kenapa anak-anak kampus malah mencela, mencaci maki bahkan membully khara, apa salahnya? Aku merasa jijik dengan tingkah mereka.

Apakah karena khara miskin? Jaman sekarang masih aja bedain orang dari harta, ngaca kali. Khara emang miskin dari segi uang namun dia kaya akan kehangatan, kaya akan kasih sayang. Dan aku ingin merasakan kehangatan itu, aku ingin menjadi temannya.

Maka dari itu sekarang aku lagi berdiri di depannya, sekarang dia lagi makan dengan tenangnya.

"Khara" seruku manggil Namanya, sontak dia mengdongak dan menatapku, dia terlihat

bingung. Mungkin bertanya-tanya kenapa aku memanggilnya dan bagaimana bisa aku

mengetahui Namanya secara kita belum saling mengenal.

Aku menyukai tatapan sendunya selalu bisa membuatku nyaman.

"Ya" jawabnya singkat dengan wajah bodohnya, jujur saja aku ingin ketawa tapi takut

dosa.

Sumpah dia itu lucu banget, gemesin Pengen aku cubit dah pipinya. Walau dia gak tembem tapi itu loh ekspresinya itu yang gak nahan. Gemesin.

"Boleh gue duduk?" Tanya ku, dia cuman ngangguk lalu kembali memakan rotinya lagi.

"Roti lagi? Emang Lo gak bosen makan roti Mulu?" Tanyaku ya aku emang udah lama banget pengen nanya ini. Kenapa dia selalu makan roti dan roti, padahal banyak makanan lain, apa dia gak bosen makan itu-itu mulu.

Dia natap aku bingung lalu menghela nafas pelan.

"Bosen gak bosen, ini yang bisa gue beli" jawabnya dengan wajah sedikit sendu namun sedetik kemudian dia tersenyum kecil, aku menatapnya iba namun aku gak mau dia tau aku kasihan padanya. Aku gak mau dia tersinggung, jadi aku hanya diam dan ber oh ria.

"Khara, gue mau jadi temen Lo boleh?" Tanyaku, dia terlihat tersentak mungkin kaget karena ajakkanku secara gak ada yang mau temenan sama dia tapi aku mau.

Cukup lama dia diam bahkan natapku dengan sangat intens, sedetik kemudian dia menghela nafas.

"Emang Lo mau temenan sama gembel?" Bukannya menjawab dia malah berbalik bertanya, aku menautkan alis mendengat pertanyaannya, sedikit kesel sih tapi aku maklum. Aku menghela nafas pelan, aku paham karena tidak mudah untuk menerima atau percaya sama seseorang setelah apa yang telah dia lalui selama ini.

"Lebih baik temenan sama gembel dari pada temenan sama penjilat" jawabku sambil tersenyum tulus, aku mengatakan hal bener bukan ? dari pada berteman dengan penjilat lebih baik berteman dengan gembel tapi setia kawan.

Aku menggigit bibir bawahku, aku gugup dan takut di tolak. Tapi jangan panggil aku Senia kalau aku gak bisa bikin khara percaya dan yakin dengan niat baikku. Aku akan membuatnya percaya bahwa aku tulus ingin berteman dengannya tanpa ada niat terselubung.

"Oke kita teman" ucap khara lengkap dengan senyum di bibirnya.

Aku cuman diam syok dan kaget, aku pikir akan susah membuatnya percaya tapi ah bocah ini emang selalu sulit di tebak. Apa yang terlihat belum tentu akan dia lakuin, aku tersenyum senang.

"Gue Nerima Lo jadi temen karena gak semua orang itu punya niat gak baik dan tugas gue ngasih kesepakatan untuk seseorang buktiin itu" ucap khara seakan tau apa isi otakku. Aku memeluknya erat, sungguh aku sangat senang.

******

Sejak saat itu khara dan Senia jadi teman, kemana pun khara pergi pasti ada Senia begitu juga sebaliknya. Sejak keduanya menjalin persahabatan, hidup mereka berubah lebih tepatnya hidup khara. Dulunya khara sering di bully kini para bajingan itu akan berpikir dua kali untuk itu, karena pasti akan berurusan dengan Senia.

Perlu kalian tau, Senia itu anak dari orang terkaya kedua di Asia. Bukan cuman itu saja, keluarganya sangat berpengaruh, karena hampir semua keluarganya adalah seorang detektif. Kecuali dirinya dan adiknya yang bungsu, sedangkan ayah ibunya adalah anggota khusus FBI yang menangani kriminal besar. Kedua kakaknya juga mengikuti jejak kedua orangtuanya, namun sayangnya senia tidak tertarik akan hal itu. Dia lebih tertarik jadi seorang dokter atau pengusaha baginya itu lebih aman dan tidak selalu di Bayangi oleh kematian, jujur saja dia belum ingin mati muda karena Reno belum melamarnya dan dia juga belum merasakan malam pertama yang indah.

Reno itu adalah pacarnya, mereka menjalin hubungan sudah satu tahun lebih dan syukurnya tidak ada pertengkaran mereka yang berujung kata putus. Ayolah mereka bukan ABG labil dimana kalau berantem selalu bilang, OKE KITA PUTUS! AKU CAPEK.mereka sudah melewati fase itu, apalagi umur reno bisa di bilang sudah dewasa dan mampu mengimbangi sifat Senia yang kadang kekanak-kanakan.

Sejak berteman dengan khara dia lebih sering tertawa, jujur saja dia sangat susah untuk nyaman dengan orang dan terlihat akrab seperti sekarang. Bisa di bilang Senia itu tipe orang pemilih dalam memilih teman, tak sembarang orang bisa jadi temannya. Ada banyak seleksi yang harus di lalui dan itu dia amati diam-diam, tak banyak yang lolos dan khara adalah yang pertama yang lolos tanpa harus di amati secara seksama.

Karena Senia yakin, khara itu orangnya tidak seperti yang lainnya. Penjilat!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel