Chapter 2
Seperti biasa khara duduk termenung di kelas sambil memerhatikan dosen yang menjelaskan materi di depan, namun tiba-tiba terdengar suara ricuh dari luar kelas membuat dosen berhenti menerangkan materinya. Awalnya khara sama sekali tak perduli namun tiba-tiba saja terdengar suara yang sangat dia kenal, tanpa banyak bicara khara keluar dari kelas. Tubuhnya membeku saat melihat wanita yang dia sayangi di cemoohan, khara menggenggam tangannya sendiri hingga buku-buku jarinya memutih.
Matanya menatap tajam para bajingan yang kini menertawakan kakaknya ya, wanita itu adalah kakaknya. Tapi mau apa dia kesini jika ingin bicara bisa nunggu khara pulang atau chat dia, dunia sekarang sudah modern jadi tidak perlu lagi capek-capek mengeluarkan tenaga. Tanpa sadar jika kini khara sudah ada di dekat kakaknya memeluk tubuh bongsor itu, yab kakaknya itu memiliki tubuh yang berisi lain halnya dengan khara pendek dan
kurus.
"Jangan ganggu kakak gue, kalian boleh ganggu gue sepuas kalian tapi gue mohon jangan kakak gue" seru khara dengan nada memohon, membuat para bajingan itu tertawa meremeh.
"Dasar loser kakak sama adik sama aja, gembel!" ucap salah satu bajingan itu, khara hanya diam.
Dia tidak mau semua bertambah panjang, sedangkan para bajingan itu pergi meninggalkan khara dan kakaknya yang kini terisak.
"Udah kakak jangan nangis lagi, jelek tau. Nanti bang jali gak mau lagi loh sama kakak" ucap khara sedikit bercanda agar kakaknya tidak sedih lagi.
"Dasar, kenapa kamu gak cerita kalau kamu di bully sama temen-temen kamu. Kalau gini ceritanya kakak bisa ngurus semuanya agar kamu keluar dari kampus ini dan kuliah di tempat yang lebih baik" ucap kakaknya lirih, khara menggelengkan kepalanya menolak.
"Gak kak, aku masih betah disini lagian ini permintaan mamak. Lagi pula mereka gak berbuat hal lebih sama aku jadi kakak gak usah khawatir" jawab khara berbohong, ya khara bohong tentang mereka tidak melakukan hal lebih padanya.
Pada kenyataannya mereka melakukan hal yang lebih menyakitkan dari pada menyakiti fisik, mereka merobek bahkan mencabut paksa jantung khara dengan segala penghinaan dan juga cemoohan. Sedangkan para dosen dan rektor malah membutakan mata mereka, mereka tidak mau mengambil resiko pasalnya yang jadi otak dari semua penderitaan khara adalah anak pemilik kamus serta orang yang dulu membuatnya puasa seharian.
Sebenarnya apa salahnya sehingga mereka melakukan hal keji itu bahkan sampai membuat kakaknya menangis, sial jika saja dia punya kekuasaan untuk melawan keangkuhan dan kesombongan mereka. Mungkin mareka sudah binasa, persetanan dengan dosa. Mereka sudah keterlaluan, suatu saat nanti pasti khara bisa membalas semuanya.
"Kakak ngapain disini?" tanya khara lembut.
"Kakak mau jemput kamu, kebetulan yang mesen kue kakak rumahnya daerah sini jadi sekalian aja jemput kamu. Tapi...."Jawab Devi
"Ah kakak lagi kesambet apa sih, kok jadi baik gini sih. Mana bela-belain jemput aku lagi, hiks jadi terharu" potong khara lengkap dengan nada dramatis, dia sengaja memotong ucapan Devi karena dia sudah tau apa yang selanjutnya.
Jadi dia tak ingin kakaknya sedih, cukup dia saja yang memendam semuanya. Cukup dia merasakan sakit jangan kakaknya, dia tak mau berbagi sedikitpun rasa sakit itu pada wanita yang dia sayangi dan dia cintai. Sedangkan Devi memutar matanya malas untuk sejenak dia lupa apa yang dia alami beberapa menit yang lalu, itu semua berkat sikap menyebalkan khara yang selalu membuat Devi lebih baik.
"Jadi kapan kamu selesai kuliah?" Tanya Devi.
"Ini udah selesai kok, tadi dosennya udah keluar jadi kuy kita pulang" jawab khara bohong, ya dia bohong lagi padahal dia masih ada satu jam lagi.
Bolos sekali tidak akan membuat dia bodoh bukan ?
Khara bangkit lalu lari menuju kelasnya, mengambil tas miliknya mengacuhkan temen sekelasnya juga dosen yang mengajar. Saat ini suasana hatinya sedang buruk, jelas terlihat dari raut wajahnya yang datar namun terkesan dingin. Tatapannya juga menakutkan, siapapun yang menatapnya lama mungkin akan tenggelam dalam amarah
yang kini membakar jiwanya namun sebisa mungkin khara selalu terlihat tenang.
Dia masih cukup waras untuk tidak mengamuk, lagi pula kakaknya menunggu dirinya. Dengan senyum palsu khara keluar dari kelas dan menghampiri kakaknya.
"Yuk kak pulang" ucap khara girang.
Devi hanya mengangguk saja lalu berjalan keluar gedung menuju parkiran, sepanjang jalan Devi merasa tertekan dengan tatapan sinis para mahasiswa yang berlalu lalang di koridor kampus. Dia tak habis pikir kenapa adiknya begitu betah berada di tempat neraka
seperti ini, ah dia lupa jika ini adalah keinginan ibunya namun khara bisa mencari kampus lain bukan? Kenapa harus yang ini, dia sama sekali tak mengerti bagaimana jalan pikiran adiknya tersebut.
Terlalu rumit, ya bagaimana tidak rumit. IQ mereka berbeda jauh, ibaratkan bumi sama Pluto. bagaimana mau sama jika mereka dari pabrik yang berbeda, ya Devi dan khara itu bukan saudara kandung ataupun tiri.
Khara hanya anak angkat orang tuanya, kaget bukan ya. Namun walaupun mengalami amnesia permanen dimana semua ingatnya mustahil kembali dan kecil kemungkinan untuk mengingatnya kembali.
Walaupun khara tau akan hal itu, Devi tidak bisa menjelaskan tentang masalalu khara karena mereka memang tidak tau asal usul khara. Namun entah kenapa Devi berharap jika khara tidak tau tentang masalalunya, setiap kali Devi melihat tato di tubuh khara dia selalu merasa takut dan cemas. Ya, khara memiliki tato. Tato naga yang melilit tubuh khara, ekornya berada di kaki kanan khara lalu melingkar pada badan khara dan kepalanya berada tepat di dada khara.
Dengan mulut menganga seakan ingin menelan kepala khara, mata naga itu
mengisyaratkan kebencian yang mendalam dan melambangkan kekuasaan serta kekejaman. Bahkan di punggung khara ada tulisan BLACK DRAGON, Devi selalu berdoa pada Tuhan agar khara tak tau dan akan selalu tak tau tentang masalalunya.
*****
Khara menatap langit-langit kamarnya kosong, sekarang dia ada di kamarnya, berbaring di ranjangnya. Dia mencoba untuk menguasai amarah yang kini membakar jiwanya, beberapa kali dia menghela nafas kasar. Namun sedetik kemudian dia merasa lebih baik
dan mampu menguasai dirinya sendiri, tanpa banyak bicara dia keluar dari kamar.
Tapi sebelum itu dia ganti baju dulu, sekarang dia mengenakan celana jeans selutut membuat tato miliknya terlihat. Baju oblong warna hitam sedikit longgar, rambut dikuncir kuda tidak lupa kacamata baca yang selalu bertengger di hidungnya. Dia ingin ke toko kue milik kakaknya, membantu pekerjaan kakaknya di sana, khara memang sering bantu-bantu jika dia cepat pulang seperti sekarang. Berhubung letak toko kue tersebut tidak jauh dari rumahnya jadi dia hanya berjalan kaki, sedangkan kakaknya pasti sudah di toko karena biasanya hari natal seperti sekarang banyak yang mesan kue. khara bukan saudara kandung atau tiri, Devi menyayangi adiknya itu seperti saudaranya sendiri.
Mungkin sosok khara mengganti adiknya yang sudah pergi meninggalkan Devi dan kedua
orangtuanya, Devi memilik adik namun adiknya sudah meninggal dunia sebelum mereka mengadopsi Khara. Keluarganya bertemu dengan khara saat adiknya di rawat di rumah sakit yang sama dengan khara bahkan mereka satu ruangan dan juga ranjang mereka berdekatan, saat itulah ibu Devi jatuh hati pada sosok khara yang hangat.
Khara yang ceria, khara yang ceroboh namun konyol selalu membuat mereka tertawa bahkan terbahak-bahak. Itu cukup mengurangi rasa sedih mereka karena kehilangan adik mereka, apa khara tau akan hal ini? Tentu saja tidak. Yang dia tau jika dia adalah adik Devi dan anak dari kedua orangtuanya hanya itu saja, mungkin karena khara masih belia jadi dia tidak bisa membedakan orang asing dan keluarganya sendiri atau mungkin memang tidak tau siapa keluarganya dan menganggap Devi dan kedua orangtuanya adalah keluarganya.karena kedua orangtuanya Devi sangat memerhatikan khara, setiap menjenguk adiknya. Mereka selalu menyempatkan diri untuk membeli sesuatu untuk khara dan juga adiknya, mungkin itu yang membuat khara berpikir jika mereka adalah keluarganya. Belum lagi setelah keluar dari rumah sakit khara juga langsung di adopsi oleh kedua orangtuanya, ada satu fakta lagi yang di sembunyikan Devi dan juga keluarganya yaitu khara Benar saja, beberapa pegawai berlalu lalang mengantarkan pesanan ada yang menggunakan sepeda motor atau jalan kaki. Dengan semangat khara masuk ke toko itu, seperti biasanya selalu ramai oleh pengunjung karena toko kue milik kakaknya ini memang terkenal tentu saja karena rasanya yang sangat enak, apalagi bahulu coklatnya uhh sungguh bikin ngiler. Lembut dan lumer di mulut, toko kakaknya bukan cuman Nerima pesanan kue ulang tahun atau kue pernikahan saja tapi juga kue untuk lebaran, natal atau hari-hari besar lainnya.
Bukan cuman itu saja, toko kakaknya juga menjual aneka cemilan seperti puding, donat, kue mangkok dan lainnya. Pokoknya serba ada deh dan rasanya pas di lidah, mangkanya selalu ramai oleh pengunjung. Tanpa basa-basi khara langsung membantu karyawan yang kini terlihat sibuk melayani pengunjung, pegawai toko Devi sudah tak asing lagi dengan kehadiran khara dan membiarkan gadis itu melakukan apa yang dia suka, selagi tidak membuat masalah bahkan meringankan sedikit pekerjaan mereka.
