Chapter 1
Seorang gadis masih terbaring di ranjangnya dengan mata yang terpejam walau jam
dinding yang menempel pada dinding kamar menunjukkan jam 7 pagi, bukan tanpa
alasan dia masih setia memejamkan matanya di kasur empuk miliknya, itu karena
semalam dia harus menyelesaikan semua tugas yang di berikan oleh panitia ospek yang
membimbing kelompoknya. Burrr……, Satu gayung air sukses menyapa kulitnya,
membuatnya basah dan kedinginan. Tidak hanya itu, matanya pun langsung terbuka
lebar.
"Bangun bocah pemalas, ini udah jam 7 ya Allah. Anak gadis kok selalu bangun siang
banget. Katanya hari ini, hari pertama kamu kuliah gimana sih kamu" omel seorang
wanita yang umurnya jauh lebih dewasa dari gadis tersebut, dia merupakan kakak dari
gadis tersebut dan membuatnya mandi burung.
Setelah kedua orangtuanya mereka meninggal kakaknya yang mengurus gadis tersebut,
dia memiliki nama lengkap yaitu Ferda Akhara Putri. Akrabnya di panggil khara, hari ini
adalah hari pertamanya menjadi mahasiswa di universitas swasta ternama di Jakarta.
Sebenarnya dia malas masuk universitas itu karena dia dengar-dengar jika
mahasiswanya sombong dan angkuh. Belum lagi dia bukan anak dari orang kaya namun
juga tidak miskin, kakaknya memiliki tokoh kue yang cukup terkenal di Jakarta. Jadi
untuk makan dan beli pakaian yang cukup bagus masih bisa mereka beli, namun jika beli
hal yang mewah-mewah masih harus pikir-pikir dulu.
Bahkan dia bisa masuk ke universitas swasta itu karena prestasi yang dia dapatkan, ya
sebelum pindah ke Jakarta seminggu yang lalu, khara adalah siswi dari SMA negeri
disalah satu sekolah di Palembang. Lebih tepatnya di salah satu desa disana, Desanya
termasuk desa pedalaman namun tidak primitif malah sudah maju, bocah-bocah ingusan
yang masih belepotan sana sini aja sudah memiliki ponsel canggih.
Namun sayangnya lagi-lagi dia numpang hidup sama orang lain, di sana dia tinggal
bersama adik dari ibunya. Kedua orangtuanya sudah meninggal dunia, saat dia masih
kelas 9 SMP ayahnya meninggal dunia dan disusul lagi oleh ibunya saat dia kelas 11 SMA.
Sedih memang ditinggalkan namun apa daya tuhan labih sayang pada kedua orangtuanya
di bandingkan dirinya, saat itu dia harus melanjutkan sekolahnya dulu sebelum pindah
ke Jakarta.
Akan sangat repot jika langsung pindah, lagi pula tinggal setahun lagi. Maka dari itu dia
tinggal di rumah adik ibunya sedangkan uang sekolah selalu di kirimkan kakaknya dari
Jakarta dan soal masuk universitas swasta terfavorit itu adalah permintaan terakhir
ibunya, entah ada maksud tertentu atau memang dia ingin anaknya sekolah di tempat
yang baik.
Singkat cerita kini khara sudah berada di kampusnya, tentu saja dengan tugas yang di
berikan panitia pembinanya. Untung saja dia tidak telat saat masuk kelas kalau telat,
habislah dia. Sekarang ini Khara sedang melamun, gadis itu memangku dagunya dengan
satu tangan dan satunya lagi memainkan pulpennya, beginilah jika dia sedang bosan.
bagaimana tidak bosan, dia hanya dengar dosen cerita tentang bagaimana dia bisa nikah
sama istrinya yang cantik katanya! Selama berjam-jam.
Huhh, hari pertama udah bikin dia eneg di kelas. Walau dia tripikal anak yang penurut
namun jika di suruh mendengarkan dosennya cerita mah ogah, mana ceritanya tidak
berfaedah lagi.
Tentang cinta semua, menyebalkan!
Dia bernafas lega saat dosen itu keluar, tanpa banyak bicara dia langsung keluar dari
kelas dan menuju kantin. Penampilannya hari ini tidak terlalu mencolok, karena dia bukan orang yang suka dengan sesuatu yang berlebihan, seperti yang di katakan kitabnya
Al Qur'an. “Jangan suka dengan hal yang berlebihan karena yang berlebihan sangat di
senangi syetan”, ya begitulah kira-kira isinya. Jangan tanya bagaimana dia tau itu karena
dia sering mendengar ustadz berceramah di masjid dan juga dari guru ngajinya, walau
dia bukanlah orang yang suka dengan agama namun dia tidak buta akan isi-isi Al Qur'an.
Bisa di bilang dia manusia yang ta’at, dia selalu melakukan kewajibannya.
Oke stop membicarakan tentang agama, soalnya khara bukan wanita Solehah kebanyakan, walau sholatnya lancar tidak putus dan puasa Senin Kamis namun dia belum dapet hidayah buat berhijab. Dulu dia pakai hijab saat sekolah saja karena di sekolahnya semua pakai hijab. Walau dia belum berhijab namun khara suka pakai
pakaian tertutup dan longgar, bukan cuman nutup lekuk tubuhnya namun juga karena ada sesuatu yang ada di antar sangkalnya harus ditutupi agar tidak terlihat.
Ya, dia punya alat kelamin pria namun dia juga memiliki payudara dan suara seperti wanita intinya hanya alat kelaminnya saja yang seperti pria. Dia pernah bertanya pada ahli agama di desanya dulu tentang ini, ya bertanya tentang dia harus menikah dengan
siapa nantinya? Dan beliau menjawab menikahlah dengan apa yang di takdirkan untukmu kelak. Sampai saat ini khara masih belum paham apa maksud ucapan beliau, apa dia harus
menikah dengan pria tapi masa iya ada pria yang mau menikah dengan wanita yang punya pedang. Kalau dengan wanita? Au ah dia bingung. Lupakan tentang dia harus menikah dengan siapa? Kalau tidak mau pusing ya tidak usah nikah saja pikirnya simple.
Berhubung dia lapar pakai banget, jadinya dia pergi ke kantin, sialnya tidak ada makanan yang cocok sama isi kantongnya, semua makanan tersebut membuat kering kantong. Dia
cuman membawa uang 10 ribu sedangkan harga makan di kantin tersebut di atas 50 ribu
dan yang paling murah ya roti dan air mineral. gak papa deh makan roti dari pada duit
gue ludes di gondol sama cacing perut pikirnya.
"Buk roti sama air mineral" ucapnya pada penjual di depannya.
"Ini dek" ucap sih penjual sambil menyodorkan roti dan sebotol air mineral.
"Berapa semua mbak?" Tanya khara
"8 ribu dek" jawap si penjual, tanpa banyak bicara khara langsung menyerahkan duitnya.
Sekarang duit warna ungu miliknya dengan gambar pak pahlawan yang entah namanya siapa dan wajahnya juga tidak ada kata gantengnya bukan menghina tapi itu fakta dia tidak suka berbohong, kini berubah jadi bapak-bapak muka datar warna abu-abu dan
lagi-lagi dia tidak tau namanya. Maklum, dia tidak berniat menghafal nama-nama pahlawan yang banyak pakai banget!.
Dia tidak ingin membuat kepalanya sakit hanya menghafal nama-nama pahlawan tersebut, cukup dia tau jika negaranya merdeka karena perjuangan mereka yang rela mempertaruhkannya mereka untuk sebuah kebebasan. Dengan senyum di wajahnya
khara melangkah pergi keluar dari kantin, dia pikir dia makan di tempat lain saja ya, seperti taman kampus gitu atau tempat nyaman lainnya.
Tapi sepertinya harapannya harus pupus, bagaimana tidak roti satu-satunya yang belum dia gigit dan belum merasakan rasa roti tersebut malah jatuh, sialnya malah di injak sama
sepatu.
Bangke!
Ini semua karena mahasiswa kurang kerjaan yang lari di koridor, nih mahasiswa-mahasiswa jalannya gak liat-liat, hiks... Roti oh roti rintihnya pilu.
"Bangsat" umpat khara kesal, untuk pertama kalinya seorang khara berkata kasar.
Sedangkan yang punya sepatu malah pergi begitu saja tanpa merasa bersalah, beginilah kalau satu sekolah sama orang-orang sampah. Tidak bisa menghargai orang lain dan tdak
tau diri, mentang-mentang mereka naik mobil mewah dan di banjiri oleh harta malah bertindak semaunya.
"Gue sumpahin tuh orang jatuh miskin" gumam khara dengan nada kesal, dia natap miris roti yang kini sudah gepeng tapi ah masih bagus kok untuk di makan toh masih dalam
bungkus pikirnya.
Tanpa rasa malu dia memungut roti yang sudah hancur tak berbentuk tersebut namun masih dalam bungkus, dia mendesah pelan saat tau jika roti itu tak layak lagi makan. Di atas memang masih bagus namun di bawah sudah kotor, dengan terpaksa di buangnya pada kotak sampah yang tak jauh dari tempat dia berdiri Sungguh hari pertama yang sial,
semua begitu memuakkan. Diguyur sama kakaknya, mendengar dosennya mengoceh tidak jelas, harus puasa padahal bukan hari Senin atau Kamis dan terakhir dia harus kembung karena minum air saja.
****
Hari, Minggu, bulan berlalu dengan cepatnya. Bahkan sekarang khara sudah dua tahun lebih kuliah di kampus elit tersebut, yang makanannya hampir sama seperti harga makanan di resto bintang lima. Alhasil dia harus makan roti setiap hari dan itu membuat pemilik kantin sampai hafal dengan wajah dan apa yang ingin dia pesan, karena setiap hari dia hanya memesan makanan itu-itu saja.
Ya, walau kadang sih pemilik kantin berbaik hati memberinya burger namun tidak tiap hari, bisa bangkrut dia kalau memberi makan anak yatim piatu seperti khara. Apa ada perubahan selama dia kuliah di kampus itu? Jawabnya tidak, tidak ada yang berubah.
Mana ada sih yang mau temenan sama anak kampung seperti dirinya, dimana kalau pagi-pagi dia harus jalan kaki atau naik kendaraan umum untuk berangkat.
Lain halnya dengan teman-temannya yang naik mobil mewah dan juga di hujani oleh barang-barang bermerek, kalau khara sih beli baju harga 35 dan sepatu 50 senangnya bukan main malah jingkrak-jingkrak tidak jelas. Mereka tidak sama dan itu membuat khara membatasi dirinya, bahkan dia sering di bully dan di ejek karena dia adalah mahasiswa beasiswa dan juga penampilannya yang tidak seperti mahasiswa lainnya.Apa salahnya jia dia kuliah menggunakan beasiswa?, Baginya itu suatu kebanggaan karena dia tidak perlu menyusahkan kakaknya untuk membayar iuran kampus dan juga kenapa mereka semua tidak suka dengan penampilannya?. Lagi pula dia tidak memalukan dan membuat nama kampusnya menjadi buruk, malah dia membuat nama kampusnya makin di puji karena menghasilkan bibit unggul seperti dirinya. Ya, khara memang sering mengikuti olimpiade tingkat kota bahkan dia pernah jadi suara satu tingkat internasional, itu suatu kebanggaan bukan. Lalu dimana salahnya? Ah sudahlah semua orang memang gila, bukan cuman di bully.
Kadang khara juga jadi bahan taruhan, entah apa maksudnya. Dia tidak mengerti, semua orang membenci dirinya dan selalu menatap sinis padanya. Sekarang Khara berada di taman kampus, disana dia bisa sedikit mengurangi bebannya.
Setidaknya di sana dia bisa tenang, gak ada cemoohan atau caci maki dari mulut-mulut tajam nan menusuk.
