Chapter 11
Kriuuuukkkk
Suara aneh menggema memuhi kamar khara, ya suara itu berasal dari perutnya. Dia merasa lapar, tapi dia takut untuk makan. Dia takut salah makan, bagaimana kalau dia ke
makan daging babi atau makanan yang mengandung zat yang terkandung dalam babi, ah inilah kenapa dia tidak mau ke luar negeri. Makan pun harus hati-hati, dengan sangat terpaksa dia harus berpuasa sehari atau mungkin sehari semalam.
Dia harus cepat-cepat pulang ke Indonesia, bisa mati kelaparan dia kalau lama-lama di negara tersebut. Sedangkan Senia entah kemana, wanita itu sama sekali tidak bertanggung jawab. Apa wanita itu tidak tau jika sahabatnya kelaparan, cari makanan apa kek. Biar perutnya bisa diem gak ngomel dari tadi.
"Ah gue laper. Bodo ah gue mau makan pokoknya" pekik khara frustasi karena lapar.
Dia beranjak dari ranjang lalu keluar dari kamar, persetanan dengan tersesat lagi dia bisa makan apapun bahkan manusia kalau sedang lapar. Tiba-tiba saja seorang pelayan menghampirinya, lagi-lagi mengunakan bahasa yang tidak dia mengerti. Khara hanya
diam saja, menatap bingung pelayan itu. Tapi sedetik kemudian khara meninggalkan pelayan itu begitu saja, dia lapar dan dia perlu makanan bukan mendengar pelayan yang berbicara seperti jangkrik itu.
Sedangkan pelayan itu menatap sinis khara, bagaimana wanita begitu angkuh dan sombong begitu. Majikannya saja memperlakukan dia sangat baik pikir pelayan tersebut.
Lain halnya dengan khara yang kini terlihat lesu karena lapar, tapi dari tadi dia tidak melihat sama sekali kulkas di rumah ini sama sekali.
Apa pemilik rumah ini tidak memiliki dapur? Pikirnya.
"Khara" seru seorang memanggilnya, sontak membuat khara menoleh.
Khara tersentak juga terpesona karena orang di depannya, dia terlihat sangat cantik dan anggun. Apa dia berada di kayangan sehingga ada mahkluk secantik ini, bagaimana bisa ada bidadari yang tersesat di bumi. Tapi bagaimana bisa wanita cantik ini tau namanya pikirnya bingung, jelas saja wanita itu tau karena di adalah kakak khara.
Kakak kandungnya, dia adalah white dragon. Wanita dengan segala kesempurnaan, kekayaan, kekuasaan, kecantikan dan juga kebahagiaan. Wanita itu memiliki segalanya, bahkan kini lengkap sudah apa yang dia harapkan, adiknya kembali lagi.
"Mau kemana?" Tanya Asya atau white dragon.
Khara masih terdiam, bagaimana bisa wanita di depannya bisa bahasa Indonesia? Bukannya semua orang disini bicara pakai bahasa Prancis kecuali wanita yang mengaku
ibunya semalam? Pikirnya.
"Hei, Kakak nanya kamu loh. Kok bengong" ucap asya membuat khara tersentak dan sadar dari lamunannya.
"Eh, itu... Anu saya lapar" jawab khara gugup, dia merasa canggung.
Tapi ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya untuk berkata jujur, ya tentu saja itu perutnya. Dia lapar dan harus makan, dia tidak mau mati konyol di negeri orang.
"Oh laper, bagaimana kalau kita ke luar dan cari makan" usul asya, khara terlihat menimang tawaran asya. Ah dari pada dia mati kelaparan lebih baik dia terima saja, lagi pula dia tidak bisa menemukan senia di mana pun juga. Mungkin wanita itu jalan-jalan
keluar dengan keluarganya, lagi pula khara sendiri yang meminta Senia pergi meninggalkannya sendiri dulu.
Khara hanya ngangguk , asya tersenyum. Ini adalah suatu kemajuan yang cukup baik, bagi asya siapapun khara. Apapun agamanya dia tetap adiknya, mereka keluar dari satu rahim.
Lagi pula perbedaan bukan suatu hal yang besar untuk menjadi alasan mereka terpisah lagi bukan?. Asya menarik lembut khara agar ikut bersamanya, kedua wanita itu berjalan
keluar dari rumah menuju mobil yang kini terparkir di depan pintu masuk dan ada seorang pria berseragam Hitam berdiri di samping mobil tersebut.
Pria itu membuka pintu mobil, asya pun masuk kedalam mobil di ikuti khara.
"Ke restoran yang halal untuk kaum muslim" perintah asya pada pria yang duduk di kursi kemudi.
"Baik nona" jawab pria itu lalu mengegas mobil itu menuju sebuah restoran yang sering di kunjungi oleh umat muslim.
Sepanjang jalan khara hanya diam, dia merasa canggung sekaligus gugup. Tapi entah kenapa dia merasa nyaman di dekat wanita yang kini fokus pada ponselnya.
Namun ada yang menyita perhatian khara, kalung itu. Kalung yang melingkar dengan indahnya di leher wanita di sampingnya itu, mirip sangat mirip dengan kalung miliknya.
Sejenak dia pikir itu adalah miliknya tapi itu mustahil karena kalung miliknya ada di lehernya.
"Ada apa? Apa ada yang kamu inginkan sayang? Kok natap kakak segitunya naksir ya" tanya asya di akhiri candaan, sontak membuat khara tersentak.
Wajahnya memerah karena ketahuan menatap wanita cantik di sampingnya, naksir? Ah jangan bercanda. Walau wanita di sampingnya cantik bahkan sangat cantik tapi dia merasa sama sekali tidak tertarik.
"Gak, itu anu kalung kakak mirip punya saya" jawab khara gugup, asya tersenyum.
"Tentu saja mirip, mommy dan Daddy memesan kalung ini khusus untuk anak-anaknya. Aku, kamu, kak Bima dan kak Rafael. Kita semua punya kalung yang sama, disana di ukir
nama juga tanggal lahir kita" jelas asya, khara hanya diam dan menatap kalung miliknya.
Benar saja, di bandul yang berbentuk hati itu ada nama dan tanggal lahir. Tapi disana terukir nama Alexa bukan khara tapi tanggal lahirnya sama sih, apa benar dia dan wanita
itu bersaudara? Kenapa dia ragu atau mungkin karena nama dia bandul kalung itu tidak sama.
"Sudah jangan di pikirkan, lebih baik kita keluar dan mengisi perut mu" ujar asya membuat khara tersadar Dari lamunannya.
"Kita dimana?" Tanya khara bingung, sambil menatap sekelilingnya.
"Kita di depan resto yang halal untukku, ayo keluar nanti kamu sakit kalau lama-lama nahan lapar" jawab asya lembut, khara hanya menurut saja.
Dia membuka pintu mobil itu, lalu keluar begitu juga asya. Sesampainya di luar, asya menghampiri khara lalu megenggam lembut tangan khara dan menuntunnya masuk ke restoran mewah yang kini ada di depannya. Sesampainya di dalam, khara terlihat kagum dengan ke mewahan restoran itu. Sedangkan asya terkikik geli melihat ekspresi khara yang lucu, bukannya malu atau sejenisnya asya malah menyukai tingkah khara yang kuno itu. Mereka duduk di salah satu meja yang kosong, lalu seorang pramusaji datang menyapa dan memberikan buku menu pada kedua wanita itu.
"Kamu mau pesen apa sayang?" Tanya asya lembut.
Khara hanya diam menatap bingung deretan nama makanan yang ada di depannya, dia memiringkan kepalanya berusaha untuk paham tulisan yang mirip cacing kepanasan menurutnya. Namun semenit kemudian dia menghempas kasar buku menu itu dan melipat tangannya lalu bersandar, dia menatap kesal buku sialan itu. Ah membuat pusing saja.
Asya terkikik geli, dia tau jika adiknya itu sedang kesal.
"Ada apa? Kamu tidak suka dengan menunya?" Tanya asya dengan raut wajah bingung.
"Gimana mau suka, orang aku gak paham nama-nama makan itu. Gimana kalau ke pilih makanan yang gak enak" jawab khara dengan bibir yang cemberut.
Asya gemas sendiri melihatnya, jika saja tidak ada orang di restoran itu mungkin dia sudah menghujani ciuman di wajah khara. Lain halnya dengan pramusaji itu yang kini menatap bingung khara, dia pikir wanita itu tidak menyukai pelayanan mereka bahkan
dia sudah takut jika dia di laporkan pada atasnya lalu di pecat. Itu karena pramusaji itu tidak mengerti bahasa khara dan juga asya, jadi dia hanya menebak-nebak saja. Tapi siapapun akan mengira hal yang sama dengan pramusaji itu jika melihat dari gerak gerik dua wanita itu.
"Saya pesan makanan paling enak di restoran ini untuk adik saya, juga dua jus alpukat.
Saya harap kalian tidak membuat kecewa lidah adik saya" njar asya dalam bahasa Prancis memesan makanan, sedangkan Pramusaji itu mencatat pesanan asya dengan telaten.
"Baik Miss, kamu jamin anda tidak akan kecewa dengan makanan yang kami
sajikan"jawab pramusaji itu sopan.
"Bagus, sebaiknya cepat. Adik saya sudah lapar" tegas asya, sontak membuat pramusaji itu bergegas pergi.
Tidak berselang lama makanan yang mereka pesan pun datang, mata khara berbinar-binar menatap makanan yang begitu lezat itu. Tanpa rasa malu khara Langsung menyantap makanan itu dengan lahap tanpa menghiraukan asya, yang kini menatapnya dengan tatapan lembut. Dia tersenyum melihat adiknya makan begitu lahapnya, walau
cara makannya sangat tidak elegan. Mungkin karena terlalu lapar pikirnya, sedangkan para pengunjung lainnya terlihat berbisik-bisik sambil menatap remeh khara.
Mereka berpikir jika asya sedang berbaik hati membawa seorang gembel ke restoran mewah, namun masih terdengar oleh asya.
“Lihat siapa yang duduk bersama miss Dragon.”
“Entahlah, mungkin gembel yang di kasihani oleh miss dragon.”
“Wah, Miss dragon sangat baik ya. Bukan cuman cantik tapi juga murah hati.”
“Saya berharap bisa memiliki istri seperti itu.”
“Tidak hanya cantik tapi juga dermawan, sayangnya butuh keberanian tinggi untuk mendekati wanita seperti miss dragon.”
“Www lihat, itu gembel tidak makan beberapa hari sih.”
“Di lihat dari cara makannya sih mungkin setahun hahahaha”
Begitulah yang asya dengar, darahnya mendidih mendengar adiknya di hina. Dia juga tidak menyalakan mata mereka, menganggap adiknya gembel. Secara penampilannya sangat tidak enak dilihat, rambut di ikat asal. Baju kaos oblong yang sedikit kebesaran
dan bawahannya celana training panjang, khara juga hanya mengenakan sandal jepit.
Asya bersyukur khara tidak mengerti dengan bahasa Prancis jika iya mungkin hati adiknya sudah terluka, dan mungkin hukuman para mulut nista itu akan lebih berat. Asya memang tidak melakukan apapun saat ini tapi lihatlah nanti, bagaimana dia
menghancurkan semua yang di miliki oleh mulut-mulut nista itu.
Sekarang biarkan saja mereka senang membicarakan orang lain, dia lebih tertarik menatap adiknya yang terlihat mirip anak kecil.
Lihat saja mulutnya belepotan penuh dengan saus, bagi asya adiknya tersebut terlihat begitu manis dan menggemaskan.
"Apa makanannya enak?" Tanya asya
"Iya kak, enak banget. Aku suka kepiting yang di lumuri saus ini dan juga ayam bakarnya" jawab khara dengan wajah berbinar-binar.
"Ah syukurlah kamu suka, jika kamu gak suka kita bisa pindah di tempat lain" ucap asya lembut, khara menggelengkan kepalanya.
"Gak kok, ini enak. Malah enak banget aku suka, tapi gak akan kenyang kalau sedikit begini kak. Mana gak ada nasinya lagi. Aku masih laper" jawab khara dengan raut wajah mirip anak kecil, yang merengek pada ibunya kalau dia tidak puas. Asya tersenyum.
"Nanti kita cari makanan lain, yang bikin perut kenyang" ucap asya, sontak membuat khara senang.
Ah bagaimana tidak senang, di kasih makan enak-enak terus gratis lagi. Nikmat Tuhan yang mana lagi kau dustakan kalau begini ceritanya, dia merasa sangat bahagia.
Sederhana bukan bikin dia bahagia, cukup beri dia makan enak dan harus gratis. Pasti dia sangat senang dan tersenyum lebar.
