Chapter 12
Setelah mengisi perutnya dengan makan-makan enak, khara di ajak asya mengelilingi kota Prancis. Mereka ketempat-tempat yang indah dan menakjubkan menurut khara,
bahkan kedua wanita itu tidak sadar jika matahari mulai turun dari tahtanya. Hari pertamanya di Prancis sangat menyenangkan, itu karena asya. Ya, wanita yang menyebut dirinya seorang kakak, khara menyukai wanita itu. Maksudnya cara wanita itu membuat
khara senang, cara seorang kakak membuat adiknya senang. Khara rindu akan hangatnya perhatian seorang kakak dan kini tuhan telah mengembalikan rasa itu padanya, sekarang dia tau apa hikmah di balik kematian kakak angkatnya.
Rencana Tuhan lebih rumit dari pada jalan pikiran khara, bahkan dia butuh waktu beberapa jam untuk paham akan semua itu. Sekarang hatinya, bertekad untuk mulai hidup yang baru. Maksudnya hidup tanpa Devi kakak angkatnya dan memulai kisah baru
bersama keluarga aslinya, dia harus percaya dan tidak ragu lagi akan semua fakta yang dia tau tentang hidupnya yang sebenarnya.
"Dek, bangun sayang kita udah sampek" seru asya sambil menggoyang-goyangkan tubuh khara agar bocah itu bangun dari tidurnya.
Ya, Sepanjang jalan dia tidur. Bahkan dia tidak tau kalau mereka sudah ada di depan rumahnya ya rumah ibu dan ayahnya. Asya terlihat kesal melihat adiknya yang tidur mati, namun dia tetap berusaha membangunkan khara.
"Ish dek, bangun Napa. Ngebo banget sih" ucap asya kesal, sambil menggoyang kasar
tubuh khara.Khara berdehem, lalu berusaha membuka matanya tapi nihil matanya seperti di lem. Susah bukanya.
"Ayo bangun, lanjut di kamar aja tidurnya" ucap asya, lagi-lagi khara hanya berdehem.
Tapi dia menuruti perintah asya, dengan mata tertutup dia keluar dari mobil. Tentu saja tidak semulus yang dia kira.
Brakkkkk
Kepalanya sukses terbentur dengan cukup keras saat mau keluar dari mobil, asya meringis seakan bisa merasakan sakit di kepala khara. Sedangkan khara hanya mengelus kepalanya, lagi-lagi matanya masih terpejam. Asya pun ikut keluar dari mobil mengikuti
khara dari belakang, dia hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah khara.
Apa bocah itu sangat mengantuk hingga jalan saja sambil terpejam.
Brukkkkk
"Awwwww" pekik khara kesakitan, diiringi oleh teriakan asya yang terlihat khawatir.
"Khara, astaga. Makanya kalau jalan tuh jangan sambil merem, jadi nabrak kan" omel asya, khara hanya diam dan meringis kesakitan.
Mana dia tau jika ada tiang di depannya, dia kan taunya cuman gelap doang. Ya, bocah itu menabrak tiang penyangga rumahnya yang tetap kokoh, ini kedua kalinya jidatnya merasakan benda keras itu.
"Nah kan jadi benjol kan" ucap asya khawatir saat melihat jidat khara benjol, sedangkan khara masih saja terpejam bahkan dia sekarang dia malah tidur.
Asya menghela nafas pelan saat mendengar dengkuran halus khara.
"Dasar bocah bandel" gumam asya sambil tersenyum.
"Pengawal tolong gotong adik saja kekamarnya" perintah asya pada pria berseragam Hitam yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.
Sontak para pria itu bergegas mendekati asya dan melaksanakan apa yang di perintahkan majikannya jika tidak maka siap-siap nyawa mereka akan melayang begitu saja.
"Baik nona" jawab mereka lalu menggotong tubuh khara kekamarnya.
Asya menatap khara yang kini terlihat damai, dia sama sekali tidak terusik sama sekali.
Bahkan mungkin dia tidak sadar jika dia di gotong.
"Khara kenapa?" Tanya seorang membuat asya tersentak kaget.
"Astaga, ngagetin aja kamu kak." Pekik asya sepontan, sedangkan sang pelaku hanya nyengir kuda.
Asya memutar matanya malas, wajah menyebalkan itu selalu saja membuatnya kesal.
"Hehehe, maaf. Kamu belum jawab yang tadi, kenapa khara di gotong kayak gitu? Dia gak kenapa-napa kan? Gak terjadi sesuatu kan sama dia?" Tanya Bima bertubi-tubi, ya yang
membuat asya hampir mati karena kaget itu Bima atau red dragon.
Anak kedua dan paling menyebalkan bagi asya karena pria itu tidak pernah henti-hentinya menggodanya dengan berbagai macam hal, Al hasil suara emas asya mengelegar memenuhi rumah mewah mereka. Sangat berbanding balik dengan kakak pertamanya Rafael alias blue dragon, seperti julukannya dia terlihat tenang dan dewasa. Siapa yang dekat dengannya selalu merasa aman dan nyaman, bukan hanya itu pria itu juga sangat dewasa.
Membuat asya selalu ingin berada di dekat pria itu, asya merasa Rafael seperti ayah kedua baginya. Ya itu karena sifat Rafael itu berasal dari ayahnya, Daniel.
"Dih, bitch malah diem wae" celetuk Bima mulai kesal karena asya mengabaikannya.
Asya terlihat acuh malah dia pergi meninggalkan Bima yang kini melongo melihat sikap asya, dia berdecak kesal dan manyunkan bibir. Sekarang dia terlihat seperti bebek yang kurang asupan makanan, namun bagi para wanita yang memujanya dia terlihat
menggemaskan.
Dengan perasaan kesal dia memilih untuk kembali ke kamarnya dan bersenang-senang dengan wanitanya, ya kalian benar. Bima itu penjahat kelamin, colok sana sini untung gak
ada yang buncit. Ya,untuk sekarang memang tidak ada tapi siapa yang tau masa depan, sayangnya pria itu terlihat acuh dengan resiko itu. Toh kalau hamil tinggal gugurin aja, ya begitulah isi otaknya. Yang dia tau hanya kesenangan, dia tidak mau berkomitmen dengan siapapun karena dia tidak percaya apapun tentang cinta.
Dulu dia pernah berharap lebih dengan rasa itu sayangnya dia di kecewakan.
******
Paginya...
Khara mengerjab-rejabkan matanya, dia berusaha untuk mengumpulkan nyawanya dan berusaha memperjelaskan penglihatannya. Dia mengusap-usap kasar wajahnya, sumpah demi apapun matanya masih berat untuk di buka tapi dia tidak bisa tidur lagi. Perutnya sangat lapar, dia beranjak dari ranjangnya walau kesadarannya masih belum terkumpul
sepenuhnya. Dia membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju meja makan, ini salah kebiasaan buruknya jika dia lapar saat bangun tidur. Tidak perduli banyak iler di sudut bibirnya atau bau nafasnya yang tak sedap, yang penting baginya itu makan dulu dan mengisi perutnya. Dulu saat Devi masih hidup, wanita itu selalu mengomeli Khara karena kebiasaan buruknya tersebut. Lebih parahnya lagi dia tidak bisa menghilangkan
kebiasaannya walau sudah berkali-kali dia mencoba mengubahnya, itu karena dia tidak mau telinganya panas mendengar ocehan Devi tapi itu dulu dan sekarang hanya menjadi
kenangan saja.
Dengan gontai khara melangkah menuju meja makan, anehnya dia sama sekali tidak tersesat padahal dia masih belum sadar sepenuhnya dari rasa kantuknya. Sesampainya di meja makan dia langsung duduk di salah satu kursi kosong, hanya dia duduk di meja itu. Karena memang hari masih sangat pagi, lebih tepatnya dini hari. Khara duduk dalam diam tanpa perduli dengan para wanita berseragam aneh berlalu lalang di sekitarnya, bahkan dia tidak sadar jika ada yang memerhatikannya dari jauh.
"Bukankah anak itu yang kemarin mengambil mangga milik tuan Rafael?" Gumam orang itu.
"Iya, ketua. Itu memang anak yang kemarin" jawab pria di sampingnya.
"Tapi dengar-dengar dia itu teman nona Senia, sepertinya Kamerin kita salah orang.
Pelayan baru yang anda maksud memberi kabar pada saya semalam kalau dia belum bisa masuk kamar sakit" timpal pria itu.
Wanita paru baya itu mengangguk paham, sepertinya dia harus minta maaf pada khara kerena telah lancang. Dia berharap jika khara sama baiknya seperti majikannya yang lain.Wanita paru baya itu berjalan mendekati khara di ikuti pria berpakaian sangat rapi, pria itu adalah asisten wanita itu. Wanita parubaya itu menatap khara lekat, dia terkekeh melihat wajah khara yang lucu karena menahan kantuknya. Mengingatkan dirinya pada seseorang yang dulu dia sayangi. Sedangkan khara masih berusaha mengumpulkan
nyawanya, butuh waktu beberapa menit untuk menghilangkan rasa kantuknya.
Khara menggeliat, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
"Astaga" pekiknya kaget, siapa sih tidak kaget saat melihat ada orang yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
Mana tatapannya menakutkan banget, eh bukannya wanita itu adalah wanita yang sama yang ingin menjadikannya pelayan kan? Oh God.
"Maaf, karena telah lancang kemarin" seru wanita paru baya itu.
Lagi-lagi membuat khara kaget, bagaimana tidak kaget orang lain enak-enak ngelamun malah di bikin kaget kan anjay. Eh tunggu dulu, wanita parubaya itu bisa bahasa Indonesia?.
"Anda mau kan memaafkan saya?" Tanya wanita itu sopan.
"Iya gak papa kok buk" jawab khara sambil tersenyum canggung.
Wanita parubaya itu tersenyum lembut, ah kenapa khara sangat senang melihat senyum itu.
"Ada yang anda inginkan?" Tanya wanita itu lagi.
"Hemz, aku laper. Tolong dong buatin aku nasi goreng tapi pakek minyak yang berlebel halal untuk di konsumsi muslim, terus pakek telor dadar" pinta khara sopan.
Wanita parubaya itu tersenyum lembut.
"Ada lagi yang anda inginkan?" Tanya wanita parubaya itu lagi, khara terlihat berpikir lalu menggelengkan kepalanya.
"Gak ada, oh ya aku manggil ibuk apa?" Jawab khara lalu berbalik bertanya, dia takut salah manggil orang mangkanya dia nanya.
"Nona bisa manggil saya apa aja yang menurut nona baik dan enak di sebut" jawab wanita paru baya itu.
Khara mengerutkan keningnya bingung juga terlihat berpikir.
"Nama ibu siapa?" Tanya khara penasaran.
"Nama saya Sulis" jawab wanita itu, khara mengangguk paham.
"Yaudah saya panggil ibu, buk Lilis saja" ucap khara seenaknya, ya gimana tidak seenaknya dengan lancang dia mengubah nama orang lain.
Namun wanita parubaya itu terlihat tidak mempermasalahkan hal itu, dia malah tersenyum simpul.
"Iya boleh" jawab Bu Lilis.
"Kalau begitu saya siapkan sarapan Anda dulu, saya yakin anda sudah lapar" timpal Bu Lilis, khara hanya mengangguk saja.
Bu Lilis dan pria berbaju rapi itu pun pergi menghilang entah kemana, sedangkan khara hanya duduk diam mirip seperti anak kecil yang terlihat anteng.
Dia memangku dagunya dengan kedua telapak tangannya, sambil memerhatikan sekelilingnya. Semua orang terlihat sibuk dengan aktivitasnya mereka masing-masing, begitu juga khara yang sibuk mengagumi kecantikan para pelayan di rumahnya? Eh.Haha, baru beberapa hari dia tinggal di mewah ini dia sudah mengklaim jika rumah mewah ini adalah miliknya. Tentu saja, dia anak dari pemiliknya jadi otomatis rumah ini miliknya. Oh God, belum beberapa jam dia tau jika dia anak dari orang kaya malah bersikap Sombong, sadarlah semua ini adalah milik orang tuanya yang di berikan tuhan sebagai nikmat terindah.
Jangan karena suatu hal khara jadi orang lain, tidak dia tetap dia dan akan selalu jadi dirinya sendiri. Lagi pula memang benar adanya rumah ini adalah rumahnya karena sekarang dia bagian dari keluarga dragon, apa dia tidak menyesal dengan keputusannya?
Tentu saja tidak. Bagaimana bisa dia menyesal, semua sudah di atur oleh tuhan dan kita tidak boleh menyalakan takdir karena nasib yang dia tanggung.
