Chapter 10
"gue sudah bilang Senia, gue gak bakal pindah agama. Sekalipun ibu kandung gue sendiri yang memintanya" tegas khara, Senia menghela nafas pelan.
Dia bingung harus bagaimana, ibu dan anak sama-sama keras kepala. Ya, setelah tau jika khara beda agama angel langsung naik pitam dan memaksa khara untuk pindah. Hal itu
di sambut dengan penolakan, bagaimana tidak khara sudah bertahun-tahun mempercayai agama yang dia peluk. Dia tidak mungkin berpaling dari Tuhannya? dan menjadi orang yang Murtat?, dia tidak akan rela menjadi hina di mata Tuhannya.
Cukup dia bingung dengan takdir yang dia punya, menjadi laki-laki atau perempuan. Dia tidak mau di Bebani oleh rasa bersalah karena menduakan Tuhannya.
Flashback on
Semua anggota keluarga Dragon kaget, bagaimana tidak. Mereka semua beragam Kristen, bagaimana bisa ada yang berbeda dari mereka. Ya, begitulah pemikiran familly dragon, terutama angel. Dia tidak suka anaknya beragama lain dari dirinya, apa yang dia percaya harus di percaya juga oleh anaknya termasuk khara.
Sayangnya hati khara sudah teguh akan keyakinan yang dia anut, lingkungan dia tumbuh mengajarkan banyak hal dalam hidupnya. Membuat dia tambah yakin apa yang dia percaya, baginya agamanya adalah jati dirinya dan Allah adalah jiwanya jika jiwanya pergi raga tidak akan berguna lagi. Ini tentang keyakinan dan kepercayaan yang tidak bisa di perjual belikan apalagi di paksakan.
"Lo kenapa gak lanjutin makannya?" Tanya Senia bingung, melihat khara yang diam saja sambil menatap piring yang berisi nasi.
"Bagaimana kalau semua makanan ini haram untuk gue makan, gue belum siap jadi sampah di mata Allah" jawab khara, Senia menghela nafas pelan.
"Kalau gak mau jadi sampah ya pindah saja agama, agama kami tidak melarang untuk memakan babi"celetuk angel.
Sontak khara menoleh kearah angel yang kini juga menatapnya sambil tersenyum.
"Pindah agama? Jangan bercanda, saya suka dan nyaman dengan Tuhan saya. Bagaimana bisa anda meminta hal yang mustahil saya lakukan" jawab khara dengan nada sopan.
Ya, dia masih menghargai posisi angel, bagaimana pun angel juga keluarga Senia itu artinya dia harus bersikap sopan pikir khara.
"Aku bisa, sangat bisa memintamu untuk pindah agama. Karena aku ibumu! ibu kandungmu, ibu yang melahirkan dirimu" ujar Angel tajam, sontak membuat khara membulatkan mata tidak percaya.
Khara menatap Senia meminta penjelasan, namun yang dia dapatkan hanya tatapan yang sulit dia artikan.
"Tidak, saya tidak akan pindah agama. Islam agama saya, jati diri saya walau saya tidak tau harus bagaimana dengan hidup saya tapi saya yakin akan tuhan saya" tolak khara dengan tegas, hal itu membuat angel naik pitam.
"Bagaimana bisa kamu membantah ibumu sendiri?, Apa agama sialan itu mengajarkan kamu melawan ibumu sendiri ha!" Bentak angel, khara menatap dingin angel.
"Ibu? Anda yakin anda ibu kandung saya?, Kalau pun iya anda tidak ada hak untuk menentukan baik dan buruk agama saya. Dengar, agama saya gak pernah mengajarkan seorang anak melawan ibunya sendiri tapi dalam hal yang benar. Sekarang? Saya punya
hak untuk menolak karena ini tidak benar menurut saya" jawab khara masih tetap pada pendirianya.
Angel menatap tajam khara namun di balas dengan tatapan dingin, sedangkan yang lainnya memilih untuk diam. Mendengarkan pedebatan antara ibu dan anak, di lain sisi Khara bersyukur karena wanita itu menggunakan Bahasa Indonesia saat berbicara jadi dia tidak menjawab asal. Khara beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju kamarnya, John
mengisyaratkan Senia agar mungikuti khara.
Flashback off
"Dengar, gue kesini bukan buat minta lo pindah agama tapi sedikit memberi Lo
pencerahan" seru Senia, khara hanya diam dan fokus pada pikirannya.
Melihat khara tidak merespon, Senia pun mencoba mendekati khara dengan ikut duduk di tepi ranjang.
"Gue tau betapa cintanya Lo sama agama Lo, yang Lo anut. Tapi gak sepantasnya Lo ngomong sama nyokap Lo kayak gitu" timpal Senia pelan agar tidak menyinggung hati
khara.
"Jadi bener dia nyokap asli gue?" Tanya khara dengan suara gemetar.
"Iya, itu nyokap asli Lo. Alasan bokap gue bawa Lo kesini ya buat ketemu sama orang tua asli Lo, keluarga yang merasa kehilangan anak bungsu mereka hingga belasan tahun
bahkan gue juga kehilangan temen masa kecil gue" jawab Senia panjang lebar.
"Tapi kenapa mereka gak nyari gue dan membiarkan gue di asuh sama orang lain?" Tanya khara lagi dia ingin mengetahui alasan kenapa dia bisa di angkat oleh orang lain, Senia menghela nafas berat.
"Siapa bilang mereka gak nyari Lo, mereka nyari Lo. Nyari Lo keseluruhan pelosok Indonesia tapi nihil, bahkan bertahun-tahun mereka nyari Lo masih gak ada perkembangan. Mereka putus asa dan frustasi, akhirnya mereka menerima kalau mereka gak bisa ketemu sama Lo lagi" jawab Senia menjelaskan yang sebenarnya terjadi, khara hanya diam saja.
Dia menatap kosong kakinya yang kini ada di lantai. Pikirannya kacau balau, semua terasa membingungkan dirinya, dia masih belum percaya tentang fakta bahwa kini dia sudah berada dirumah. Rumahnya yang sesungguhnya, dimana ada kedua orangtua kandungnya juga saudara-saudaranya tapi bagaimana bisa dia bisa berada di Indonesia
sedangkan keluarganya ada di Prancis. Kenapa dia sangat bodoh bisa saja mereka sedang berlibur dan dia tersesat, terpisah dari mereka. Ah sudahlah dia pusing memikirkan hal
itu.
"Tolong tinggalkan gue sendiri Nia, gue butuh waktu" ucap khara lirih, sedangkan Senia hanya bisa menghela nafas pelan.
"Oke, kalau ada apa-apa panggil gue aja oke" jawab Senia lalu pergi keluar dari kamar, meninggalkan khara sendiri bersama dengan pemikirannya.
Ya, Senia dan khara itu beda agama. Namun tidak menghalangi keduanya untuk berteman bukan?. Senia berjalan kembali ke meja makan, tentu saja langsung di sambut oleh suara Angle yang menanyakan tentang Khara.
"Bagaimana? apakah khara mau pindah agama?" Tanya Angel, membuat langkah Senia terhenti.
"Walau kalian membunuhnya dia gak akan pernah pindah agama" jawab Senia, angel menghela nafas pelan.
"Aku bahkan belum ngomong satu patah pun dia sudah menolak tegas, kalian gak bisa memaksanya untuk pindah agama. Aku tau banget gimana khara Tante, dia gak akan pernah melakukan hal yang menurutnya salah" timpal Senia.
"Tapi kan belum di coba sayang, kita bisa membujuknya bukan." Ucap Angel bersikeras.
"Sudah angel, jangan membuat kacau semuanya. Dia bahkan belum percaya kalau kita orang tua kandungnya jangan kamu tambah dengan nilai negatif di matanya tentang kita"celetuk Daniel, pria itu merasa istrinya itu sudah keterlaluan.
Dia tidak bisa memaksa anaknya untuk melakukan hal yang tidak pernah mau di lakukan, apalagi bagi khara mereka hanya orang asing. Angel menatap suaminya tidak suka, bagaimana bisa pria itu mengatakan hal seperti itu.
"Kamu harus paham angel, kita sudah lama terpisah dari khara. Dia juga lupa ingatan, situasinya sudah berbeda dari belasan tahun yang lalu saat dia masih bersama kita" jelas Daniel mencoba membuat istrinya itu mengerti.
Angel hanya diam saja, dia tidak tau harus bagaimana. Dia ingin anaknya yang dulu, dia tidak sanggup menerima kenyataan bahwa dia sudah berbeda. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu, melihat istrinya menangis Daniel langsung mendekap tubuh Angel.
"Aku paham dengan perasaan kamu, tapi sekarang situasinya sudah beda. Kita harus menghormati apa yang khara percaya, sekarang yang kita pikirkan hanya bagaimana caranya dia percaya bahwa kita orang tuanya" ujar Daniel.
Angel hanya mengangguk, dia pikir apa yang di katakan suaminya memang benar. Dia tidak mau jika khara menjauh lagi dari dirinya, dia tidak akan sanggup akan hal itu.
"Nanti aku yang bicara sama dia paman, tapi sekarang kita biarkan dia sendiri dulu" timpal Senia.
"Iya, makasih sayang. Kami mengandalkan kamu" jawab Daniel, Senia tersenyum.
"Oh ya paman, mama sama papa kemana?" Tanya Senia yang baru sadar jika kedua orang tuanya tidak ada.
"Mereka pulang ke Indonesia" jawab Daniel, sontak membuat semua kaget.
Bagaimana bisa mereka meninggalkan Senia sendiri di negara orang. Dasar orang tua tidak punya ahlak, seenaknya meninggalkan anaknya sendirian.
"Kenapa mendadak banget paman, bukannya dua hari lagi kita pulang ya?" Tanya Senia penasaran.
"Mendadak mereka dapet tugas dari kantor mereka, mereka gak bisa meninggalkannya begitu saja" jawab Daniel, Senia menghela nafas pelan.
Jika sudah berhubungan dengan pekerjaan apalah daya Senia, begini kalau punya keluarga detektif. Kalau ada tugas tidak bisa di tolak karena menyangkut nyawa seseorang, Senia hanya berdoa jika mereka baik-baik saja.
"Kamu istirahat saja, kita lanjut malam nanti saja." Ucap Daniel, Senia hanya mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya.
Begitu juga dengan Daniel dan Angel, mereka juga butuh istirahat. Otak mereka butuh di jernihkan, terutama angel. Wanita itu cukup tertekan, fakta bahwa anaknya beda agama
cukup membuatnya stres.
