Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Sudah dua minggu Ayu tinggal bersama di rumah Faisal. Sudah dua minggu pula sejak kejadian di kamar mandi berlalu. Penampilan gadis itu sudah mulai berubah dari sekedar memakai kaos ketat murahan, kini Ayu mulai tahu cara berpenampilan dan berdandan.

Jelita yang baru lulus kuliah dan masih belajar bekerja di perusahaan milik Faisal, seringkali mendandani Ayu. Gadis itu pula memberikan beberapa barang dan pakaian terbaiknya untuk Ayu.

Hari itu rumah Rianti dipenuhi dengan beberapa teman arisan. Mereka duduk dan menggosipkan banyak hal. Mulai dari sekolah online hingga harga barang yang tak menentu. Mulai dari vaksin hingga bintang terkenal yang sering memamerkan kekayaan mereka di situs online.

"Rianti, siapa dia?"

Rianti menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Sulastri, teman Sma sekaligus sahabat terbaiknya. Dia tersenyum ke arah Ayu yang masuk dengan senyum tipis. Di tangan gadis itu tampak nampan berisi beberapa gorengan yang masih hangat.

"Ooo dia Ayu, calon mantuku." Rianti tersenyum lebar ke arah Sulastri yang terperangah dengan jawabannya. "Ayu, sini Nduk, perkenalkan teman-teman Bibi."

Rianti memegang tangan Ayu yang masih berdiri. "Ini Ayu Lestari, anak sahabat suamiku. Dia sekarang tinggal di sini bersama kami. Yu, kenalkan dia Bu Sulastri, Bu Hastari, Bu Ratih, Bu Lilis, Bu Ningsih dan Bu Nyami."

"Siang ibu-ibu semua, saya Ayu." Senyuman manis menghiasi wajah cantik Ayu. Lesung pipit yang menghiasi kedua pipi gadis itu ketika berbicara menjadi daya tarik tersendiri.

"Kamu cantik sekali, Ayu. Kalem dan lembut lagi." Sulastri kemudian menyenggol lengan Rianti di sampingnya. "mengkel banget badannya, puas Joko kalau sama dia." bisiknya.

"Kamu ini ada-ada saja." Rianti tertawa kecil mendengar perkataan Sulastri.

"Maaf, Ayu tinggal masuk dulu ya, kompor masih menyala takut gosong." Ayu membungkukan badannya sepintas sebelum berlalu.

"Jeng Rianti, duh cantik sekali itu anak." Ningsih masih menatap punggung Ayu yang masuk ke dalam dapur.

"Iya Jeng Ningsih. Kasihan sudah yatim piatu, ibunya meninggal sejak dia masih kecil dan bapaknya baru sekitar dua bulan yang lalu meninggal." Rianti menceritakan sedikit mengenai Ayu.

"Kasihan sekali." Ucapan Lilis diikuti dengan anggukan kepala teman-temannya.

"Jadi, si Ayu bakal tinggal di sini?" tanya Ratih penasaran.

Rianti menganggukkan kepalanya. "Iya. Kasihan sekali dia, siapa tahu bisa jodoh dengan si Joko."

"Joko jadi mantuku saja," sahut Sulastri dengan cepat.

"Anakmu gitu yang gak mau dengan Joko." Rianti menepuk tangan Sulastri sahabatnya.

"Bukan Anakku yang gak mau, tapi Joko yang terlalu kaku, jadinya Anisa pacaran sama orang lain deh." Sulastri tertawa kecil.

"Makanya itu 'Tri, aku hanya berharap "Tresno jalaran kulino" yang akan membuat Joko dan Ayu semakin dekat." Rianti tersenyum penuh harap.

"Hati-hati jeng Rianti. Nanti bukan anaknya yang "Tresno jalaran kulino." tapi bapaknya." Nyami dengan santainya nyeletuk sambil mengunyah pisang goreng.

"Hus! Jeng Nyami ini jangan ngomong begitu." Ibu-ibu yang ada di sana serempak menegur Nyami sambil menoleh ke arah Rianti dengan sungkan.

"Loh, apa aku salah? Anak bukan, ponakan bukan." Nyami mengernyitkan keningnya merasa tak bersalah. "aku cuma mengingatkan saja, hati-hati."

"Iya, jeng Nyami terima kasih atas peringatannya. Saya memang sudah memberikan izin Mas Faisal jika mau menikah lagi, saya rela. Cuma kalau sama Ayu, kayanya nggak. Mas Faisal sudah tahu jika saya ingin menjodohkan Ayu dan Joko." Rianti dengan sabar menanggapi perkataan Nyami.

Wanita dengan rambut hitam tebal dan kedua bola mata lebarnya yang selalu bersinar lembut itu tersenyum bijaksana. Rianti mengabaikan apa yang dikatakan Nyami, karena saudara wanita itu baru saja bercerai, tentu saja dia hanya bermaksud memperingatkan saja.

"Duh, Jeng Rianti, kamu memang istri yang soleha. Kalau aku, meskipun berhijab begini, jika suamiku mau menikah lagi aku langsung minta cerai. Gak kuat aku melihat suami bermesraan dengan wanita lain." Perkataan Hastari disahuti dengan anggukan kepala teman-teman Rianti yang lain.

"Insyaallah saya ikhlas jika Mas Faisal menikah lagi." Rianti tidak menyadari jika perkataan yang baru saja dia ucapkan, terdengar oleh Ayu dari balik dinding.

Gadis itu memegang dadanya sambil bersandar dengan salah satu tangan yang masih memegang piring berisi tape goreng. Ayu tersenyum bahagia dengan apa yang baru di dengarnya. Dia merasa yakin, jika semuanya akan lebih mudah untuk dirinya dan Faisal.

Ayu berjalan kembali ke dalam ruang tamu dan mulai memamerkan lesung pipitnya. Dia meletakan piring berisi gorengan dan kembali ke dapur lagi.

"Kalau aku sih gak yakin Mas Faisal mau menikah lagi, secara lihat dirimu meskipun sudah berkepala empat, masih cantik awet muda dan perawakannya langsing aduhai." Ucapan Sulastri masih terdengar oleh Ayu yang berjalan masuk.

"Kalian semua juga cantik loh." Rianti merasa malu dipuji oleh teman-temannya.

"Iya kita semua masih cantik, tapi kamu yang paling cantik." Sulastri tertawa. "jadi gak mungkin suamimu mau menikah lagi. Apa yang kurang coba, istri cantik, body aduhai, lembut, pintar mengurus rumah dan suami, soleha lagi, meskipun belum pakai hijab."

Sulastri yang sudah mengenakan hijab mengedipkan mata ke arah Rianti. Wanita itu hanya bisa tertawa kecil mendengarkan godaan teman-temannya. Dia selalu menolak menggunakan hijab dengan alasan belum ada panggilan jiwa.

Acara arisan itu berlangsung hingga pukul empat sore dan mereka semua pulang tepat sebelum Faisal dan anak-anak kembali dari kantor. Dengan bantuan Ayu, Rianti membersihkan ruang tamu.

"Ayu, kamu mandi dulu ya. Biar Bibi yang menyelesaikan semua." Rianti mencuci piring dan gelas kotor bekas teman-temannya tadi bertamu.

"Baik, Bi. Oh iya, gorengannya masih ada di meja dapur buat mas Fa, eh maksud saya mas Joko dan Paman sama mbak Jelita. " Ayu merasa gugup dengan ucapannya yang hampir saja salah.

Beruntung sekali suara pancuran air membuat Rianti tidak dapat mendengar dengan jelas, hal itu diyakini Ayu ketika wanita itu hanya mengangguk dengan senyuman lembutnya.

Ayu segera bergegas naik ke lantai atas dan mandi, seperti pesan bapaknya dulu, sambutlah suamimu yang pulang bekerja dengan keadaan tubuh yang wangi.

Ayu langsung mencuci rambutnya yang terasa bau akibat seharian di dapur dan berkutat dengan penggorengan. Gadis itu menggosok bersih seluruh kulit mati di tubuhnya. Selesai mandi dia mengoleskan handbody ke sekujur tubuh dan mengeringkan rambut.

"Bibi Rianti masih sangat mulus dan cantik meskipun sudah cukup umur. Ah, menyenangkan sekali jika saja dia mau menerimaku menjadi istri kedua. Dia yang baik hati dan lembut pasti bisa membimbingku menjadi istri yang baik," desah Ayu sambil mematut dirinya di depan cermin.

Gadis yang tidak pernah dibesarkan oleh sosok seorang ibu itu tak pernah mengerti mengenai kehidupan. Ayu hanya tahu jika menjadi istri kedua itu bukanlah hal yang tabu, karena hal seperti itu sudah umum di kampungnya. Dia melihat dari luar betapa rukun istri pertama dan madunya.

"Menyenangkan sekali memiliki sahabat dan berbagi waktu melayani suami," itu adalah hal yang pernah dia dengar dari cerita temannya, yang memiliki tetangga dengan empat istri.

Ayu melangkah turun menuju ke lantai bawah, di mana ruangan itu telah sepi. Gadis itu yakin jika Rianti pasti sudah masuk ke kamar utama dan mandi. Ayu segera melangkah ke teras ketika mendengar suara mobil tiba.

"Mas Faisal," desah Ayu dalam hati.

Matanya bisa menatap jelas dibalik kaca mobil, Faisal juga menatap ke arah dirinya. Dada Ayu berdebar dengan kencang, sambil meremas tangan di samping kanan dan kiri tubuh, Ayu melangkah mendekati mereka hendak menutup gerbang.

"Eh, mbak Jelita, biar Ayu saja yang tutup gerbangnya." Ayu bergegas menghampiri Jelita.

"Gak usah, Yu. Ini sudah selesai. Sana bantuin Mas Joko saja, dia tadi beli banyak barang pasti ada yang buat Ayu." Senyuman hangat Jelita yang ceria hanya dibalas dengan senyuman tipis oleh Ayu.

Ayu bergegas masuk ke dalam garasi dan berdiri di sisi pintu penumpang, di mana Faisal baru saja turun. Ayu segera mengambil tas kerja yang dipegang oleh Faisal. Gerakan cepat gadis itu membuka Faisal kaget merasakan sentuhan dingin dan halus di tangannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel