
Ringkasan
Ayu jatuh cinta pada Faisal -pria yang sepantasnya menjadi ayah untuk Ayu. Ayu tidak peduli meskipun Faisal sudah memiliki istri dan anak. Ayu masuk dalam keluarga itu sebagai anak angkat, memikat hati keluarga tersebut. Hingga anak lelaki Faisal pun jatuh cinta padanya. Namun, pilihan Ayu tetap pada Faisal. Bagaimana nasih Ayu dengan kegigihan hatinya, apakah istri pertama yang baik, lembut dan soleha akan diam saja, melihat suami dan anaknya berebutan satu wanita?
Bab 1
"Mas Faisal …." Panggilan lembut seorang gadis muda membuyarkan lamunan Faisal yang sedang menatap lautan di depannya.
"Iya, ada apa Ayu?" Faisal mengalihkan pandangannya ke arah gadis manis berkulit sawo matang tersebut.
"Bulannya indah ya, Mas." Ayu tersenyum manis ke arah bulan purnama. "Ini pertama kalinya Ayu bisa melihat pantulan bulan purnama di lautan, ternyata sangat indah dan romantis."
Faisal menggumam mengiyakan ucapan gadis itu. Semilir angin malam yang menerpa tubuhnya tiba-tiba saja terasa sangat panas. Badan Faisal terasa gerah saat tak sengaja dia melihat belahan dada Ayu.
Sudah hampir dua bulan Faisal meninggalkan istrinya di tanah Jawa, untuk mengecek perkebunan kelapa sawit di Sulawesi. Selama itu pula dia menjaga kewarasan dirinya, untuk tidak tergoda dengan wanita manapun disaat dia berjauhan dari Rianti
Saat ini dia sedang bersama Ayu -anak dari almarhum sahabatnya, di kapal yang menuju ke Tanjung Perak dari pelabuhan di Sulawesi. Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam beberapa jam saja menuju Jawa Timur dengan pesawat terbang, kini harus dia habiskan berhari-hari berdua saja dengan Ayu. Hanya karena permintaan gadis sintal itu yang ingin menikmati lautan.
"Mas tidak dingin?" Ayu mengusap lengannya.
"Eh, ti … tidak," sahut Faisal tergagap.
Faisal heran kenapa dia tiba-tiba saja merasa gugup dengan keberadaan Ayu di sisinya. Padahal dia sudah mengenal anak sahabatnya itu cukup lama. Setiap kali datang ke tanah Sulawesi, Ayu pula yang membantu membersihkan pondok tempatnya menginap.
"Ayu dingin, Mas. Bolehkah Ayu sedikit merapat." Gadis itu tanpa menunggu jawaban dari Faisal, merapatkan tubuhnya di sisi lelaki itu.
Seketika jantung Faisal berdetak kencang. Dia berusaha memerangi keinginan batinnya untuk memeluk gadis yang berusia lebih muda dari anak bungsunya. Sudah sekian lamanya, Faisal menahan keinginan yang tak dapat dia salurkan. Dia berusaha untuk tidak menodai pernikahannya.
"Ih, bulu di tangan Mas banyak. Ayu suka." Gadis itu meletakkan tangannya membelai lembut lengan Faisal.
Seluruh tubuh pria itu tiba-tiba menegang. Sentuhan Ayu, menciptakan getaran tersendiri, apalagi aroma harum tubuh wanita itu menggoda kewarasannya. Lima puluh hari sudah dia tidak mendapatkan sentuhan seorang wanita. Faisal yang tidak pernah melewatkan satu hari tanpa belaian Rianti, hampir saja gagal mempertahankan imannya.
"Iya, sudah dari sananya." Faisal menyeringai kaku, sekuat tenaga menahan keinginan hati untuk melirik ke arah belahan dada Ayu yang semakin menggoda.
"Mas, terima kasih ya, sudah mau membawa Ayu ke tanah Jawa. Jika, saja Mas menolak permintaan terakhir Ayah, entah akan jadi apa Ayu sendirian di perkebunan." Gadis itu menyandarkan kepalanya di pundak Faisal, layaknya sepasang kekasih.
"Ayahmu adalah sahabatku. Sudah sepatutnya aku menganggapmu anakku." Faisal menelan ludahnya kasar.
Anak? Jika saja dia benar-benar menganggap Ayu sebagai anaknya, tidak mungkin kan saat ini celana dalamnya menjadi sesak? Sesuatu yang perlahan bangkit itu sungguh membuat Faisal malu. Tidak semestinya hal itu terjadi pada dirinya yang begitu mengagungkan pernikahan.
Faisal merapatkan tubuhnya pada pembatas besi geladak kapal. Dia akan merasa malu, jika saja saat Ayu menunduk dan melihat ada pemberontakan di sana. Kepala Faisal terasa pening menahan keinginan untuk menyalurkan hasrat. Apalagi suasana malam dengan bulan purnama, terlalu indah dilewatkan dengan tertidur pulas.
"Ayu tidak mau menjadi anak Mas faisal!" Ayu menegakkan kepalanya dan menatap Faisal dengan perasaan gusar. “Mas tidak boleh menjadi ayah Ayu. Ayu gak mau.”
"Baiklah, anggap aku pamanmu." Faisal tersenyum miris.
Mata Ayu terlihat sedih mendengar ucapan Faisal. Dia tidak mengiyakan ataupun menolak. Gadis itu memalingkan wajahnya kembali menatap ke arah lautan. Wajahnya terlihat cantik meskipun dilihat dari samping. Bulu mata yang tebal, alis hitam lebat, Hidung mancung dan bibir yang penuh.
Tiba-tiba pikiran kotor memenuhi kepala Faisal saat melihat bibir Ayu membuka. Lidah gadis itu menelusuri bibir merahnya dengan perlahan. Faisal Membayangkan jika bibir penuh itu dia lumat dan kemudian mulut itu menguasai miliknya di bawah sana. Pasti sangat nikmat.
"Semenjak kecil, Ayu mengagumi Mas Faisal. Bahkan pria idaman yang selalu menghiasi mimpi Ayu adalah sosokmu, Mas. Ayu menjaga diri hingga berusia sembilan belas tahun ini hanya demi Mas Faisal," ujarnya lirih nyaris tak terdengar.
Faisal terperangah mendengar pengakuan Ayu. Kejujuran yang dikatakan gadis itu sungguh menyerupai pengakuan cinta yang samar. Faisal semakin tidak mengerti apa yang harus dia lakukan pada gadis itu. Apalagi gairahnya semakin memberontak, di saat gadis itu menekan dadanya pada geladak kapal. Tangan Faisal gatal untuk meremas, pepaya kembar yang berukuran super itu.
"Aku sudah menikah Ayu dan usiaku jauh lebih tua darimu." Ucapan itu akhirnya lolos dengan berat dari bibir Faisal. Pria itu menarik napasnya berulang kali dan menghembuskan perlahan. Dia berusaha menenangkan pikiran dengan menatap ke arah bulan purnama.
"Aku tidak peduli, Mas. Hal yang paling Ayu inginkan hanyalah selalu bersama denganmu. Biarkan Ayu selalu di sisimu, tak peduli status apapun yang akan aku sandang, asal bukan anakmu." Ayu menatap Faisal dengan mata sayu.
Wanita itu menarik tubuh Faisal agar sejajar dengannya. Dia mengalungkan tangannya di leher Faisal. Bibir merah penuh Ayu merekah, seakan menantang Faisal untuk mendapatkannya. Dan gadis itu dengan berani merapatkan tubuhnya pada tubuh Faisal, sehingga lelaki itu tidak dapat lagi menyembunyikan kebangkitan di bawah pusarnya.
Faisal menelan ludah. Sebagai lelaki normal, melihat gadis cantik dengan wajah sedih dan tatapan mata yang putus asa, tentunya akan menggedor keinginannya untuk menjadi lelaki sejati yang bisa dijadikan sandaran. Faisal ingin sekali memeluk Ayu untuk menenangkan kegalauan hati gadis itu.
Tidak, mungkin bukan sesederhana itu. Faisal bukan sekedar ingin menjadi sandaran dan memeluk, tetapi hawa panas yang didapat dari tubuh wanita itu membuat Faisal ingin sekali membenamkan diri di dalamnya dan mereguk setiap tetes kenikmatannya.
"Panggil aku Paman saat tiba di tanah Jawa nantinya." Hanya hal tersebut yang bisa dijanjikan Faisal saat ini pada gadis itu. Dia mendorong tubuh Ayu untuk menjauhi dirinya. Lelaki itu berusaha keras menjaga kewarasan dirinya.
"Mas …." Ayu merengek. Sedetik kemudian gadis itu menghela napas, menyadari tidak mudah menaklukan hati Faisal. Dia perlu usaha yang lebih keras, agar bisa mendapatkan hati lelaki itu.
"Izinkan Ayu untuk memelukmu sekali ini, Mas." Ayu mendekatkan dirinya pada Faisal.
Permintaan Ayu ingin sekali dia tolak, tetapi tiba-tiba saja gadis itu sudah meraih tubuh Faisal. Pria itu tak kuasa untuk menghentikan tindakan Ayu. Kali ini jelas sekali dia membiarkan gadis itu mendengarkan detak jantungnya yang berdebar kencang, saat kedua gunung kembar Ayu menempel erat di dadanya.
