Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Amel yang sangat mencintai suaminya tidak pernah memiliki perasaan sedikitpun kepada pria lain selain suaminya. Walau banyak yang menggoda dan merayunya untuk menjalin hubungan asmara dengannya. Amel termasuk orang yang penyabar terhadap suaminya namun memiliki sifat sedikit bar-bar terhadap orang lain.

Andre yang bekerja sebagai sopir truk angkutan barang antar kota maupun luar kota tidak tentu waktu kerjanya. Kadang pergi subuh, pulang subuh, tapi kadang tidak pergi.

"Bang, hari ini berangkat kerja?" tanya Amel kepada Andre yang sedang duduk di atas lantai keramik menikmati segelas kopi.

"Nggak," jawabnya judes.

"Oh, kita jalan-jalan yuk Bang," ajak Amel penuh semangat.

"Nggak, mau jalan-jalan kemana, cuaca panas gini! Malas!"

"Kan kita naik mobil truk Abang," ucapku sayu. Wajahku yang tadinya bersemangat berubah menjadi lesu.

"Apa? Naik truk? Gila kamu yah, jalan-jalan mau naik truk! Kau aja sana yang pergi nggak usah ngajak-ngajak aku!"

Amel membuang nafas kasar, dia merasa sesak atas jawaban suaminya yang jarang mau jika diajak jalan-jalan.

"Kalau nggak mau naik truk, naik motor aja kita, bang," ucap Amel. Dia terus mencoba membujuk sang suami untuk jalan-jalan karena dia jarang sekali keluar rumah, jangankan healing ngobrol dengan tetangga aja jarang.

Amel lebih suka di rumahnya sendiri, menonton televisi sambil rebahan setelah selesai membereskan rumah. Selain itu dia bermain ponsel walau hanya mencari kesibukan untuk menyenangkan dirinya sendiri.

Belakangan ini dia juga sering bermain tiktok untuk menghibur dirinya sendiri terkadang dia duet dengan sang anak yang baru berusia empat tahun.

"Kalau Abang nggak mau, ya sudah."

"Iya, aku capek setiap hari kerja. Ini saat aku libur aku mau istirahat dulu, tolong mengerti aku yah aku nggak ingin kemana-mana," ujar Andre dengan nada suara merendah.

"Ya sudahlah kalau memang suamiku kecapekan aku tidak boleh memaksanya," ucapku di dalam hati.

"Lain kali aja deh kalau gitu bang, kapan ada waktu lagi kita pergi jalan-jalan yah," ucap Amel seraya memeluk tangan suaminya itu sebelah kanan.

"Sari dimana?" Andre melepaskan genggaman Amel dari tangannya seraya matanya liar mencari keberadaan sari.

"Sari lagi tidur siang bang."

"Oh," jawabnya.

Di saat bersamaan teman Andre datang ke rumahnya. Terdengar suara motor berhenti di depan rumah beton itu yang bercat warna hijau. Pintu depan yang sedang terbuka lebar sehingga dapat melihat siapa yang datang.

Seorang pemuda berambut keriting memarkirkan motornya menggunakan standar satu lalu berjalan menuju Amel dan suaminya.

"Mau ngapain si Polan ke sini bang?" tanya Amel penuh curiga. Dia yang mengetahui jika Polan adalah teman suaminya yang gemar memakai barang terlarang itu mendadak emosi melihatnya.

"Bg Andre!" panggil Polan seraya tersenyum. Bang Andre membalas senyumannya itu dan memberi isyarat padanya dengan menyirik aku yang fokus menatap Polan.

Aku melihat raut wajah Polan berubah seketika saat menatap Amel. Dia mengetahui jika Amel tidak menyukai Andre bernarkoba.

"Hum, kenapa Polan?" tanya Amel.

"Ng-nggak ada kok Kak," jawabnya gugup.

"Bang Andre, manggis si Rendi sudah panen, ayo kita ke sana mengambilnya baru kita jual."

"Ah, serius kau Polan?! Nanti kita ke sana rupanya nggak bisa diambil!" kata Andre.

Dari cara bicaranya Amel mencurigai jika suaminya itu berbohong, dia hanya mencari alasan agar bisa pergi keluar dari rumah dengan alasan yang tidak bisa ditolak.

"Bisa! Soalnya tadi malam Rendi datang ke rumahku, dia yang mengatakannya padaku," jelas Polan menekankan Andre agar secepatnya pergi.

Andre menatap Amel dengan tatapan sayu, mungkin karena ingin pergi keluar bersama temannya. Itulah sifat Andre, kadang bicaranya kasar pada Amel, tapi kadang bisa juga lembut. Dia melakukan semua itu sesuka hatinya saja.

Jika dia mau begini dia melakukannya, jika ingin sesuatu dia cari cara untuk mendapatnya.

Amel memasang wajah cemberut kepada Andre, dia terlanjur kesal dengan sikap suaminya itu. Baru saja diajak jalan-jalan Andre nggak mau, setelah temannya datang ia ingin pergi ke luar.

"Dek, Abang pergi dulu sama si Polan ambil manggis. Walaupun hari ini Abang libur nggak ada uang masuk, untung ada Polan yang memanggil Abang untuk bekerja."

Amel ingin berontak dan marah meluapkan kekesalannya pada Andre, tapi Amel masih memiliki perasaan dan rasa malu di depan temannya jika mereka bertengkar. Amel mengurungkan niatnya untuk memarahi Andre karena lebih memilih temannya dibandingkan istrinya yang jarang sekali keluar rumah.

Amel bergeming tidak menjawab perkataannya. Hati Amel masih bergejolak, jiwanya kalut seperti benang yang berbalut-balut.

"Dek!" Andre meninggikan sedikit suaranya karena Amel tidak menjawab perkataannya.

"Ya, sudah pulangnya jangan lama-lama ya bang, ingat waktu!" Amel selalu mengucapkan itu ketika Andre mau keluar rumahnya bukan karena suatu pekerjaan biasanya.

"Iya," jawab Andre. Dan itu saja jawaban yang Andre berikan saat Amel memintanya untuk tidak pulang lama ke rumah. Namun, Andre belum pernah menuruti kemauan istrinya itu hingga detik ini.

Jika dia sudah melangkahkan kakinya ke luar rumah walau hanya sekedar ke kedai kopi, dia tidak pernah pulang cepat ke rumahnya. Terkadang keluar setelah magrib jam tujuh malam, Andre akan pulang pada subuh hari. Begitulah seterusnya setiap Andre keluar rumah.

Sudah sering sekali Amel menasehatinya agar tidak pulang terlalu malam apalagi sampai subuh. Biar bagaimanapun seorang istri masih membutuhkan kehangatan dari suaminya selagi manusia normal.

Andre mengambil dompetnya yang terletak di atas meja televisi sembari mengantonginya di saku celana sebelah kanan.

"Ini uang belanjaan hari ini," Andre memberikan uang sebanyak tiga puluh ribu ke tangannya Amel.

"Ini nggak cukup bang, beras kita juga habis, minyak dan cabe juga habis."

Melihat mereka sedang berbicara mengenai keuangan, Polan bergegas keluar dari rumahnya Amel dan menunggu Andre di atas motornya.

"Sudah, jangan berdebat denganku! Kamu nggak malu apa bicara soal uang di depan orang?!'' Andre yang tidak mau tahu dengan masalah uang yang kurang meninggalkan Amel begitu saja. Dia berjalan kasar menuju Polan.

"Berangkat kita bang!'' ujar Polan.

"Ya!" Andre naik ke jok belakang motornya Polan lalu melaju pergi meninggalkan rumahnya.

Amel menatap lesu uang tiga puluh ribu dengan pecahan dua puluh ribu dan sepuluh ribu di tangannya itu. Dia memikirkan lauk apa yang akan dimasak untuk hari ini.

Amel menatap Sari yang tertidur lelap di dalam kamarnya. Dia meninggalkannya sebentar untuk membeli mi instan di warung dekat rumahnya yang hanya berjarak tiga rumah saja.

Dengan uang tiga puluh ribu dia membelikan beras satu kilogram dan mie instan tiga biji. Selebihnya, Amel belikan minyak goreng dan cabe secukupnya.

"Amel, aku lihat kerjaan suami kamu tuh lumayan yah, tapi kok lauk kalian makan sering sekali mie instan?" tanya pemilik warung kepo.

"Alhamdulillah Bu, masih ada pekerjaan. Soal lumayan atau nggak ibu nggak usah urus hidup saya, yang pentingkan saya nggak ngutang di warung ibu!" jawab Amel judes.

Amel naik pitam saat pemilik warung mengatakan itu. Dia merasa pemilik warung itu terlalu kepo dengan urusan rumah tangganya, walau kenyataannya gaji suaminya lumayan tapi dia tidak bisa menikmati itu.

Entah kemana saja uang itu dihabiskan oleh suaminya, jika ditanyai katanya bayar hutang dimana-mana sehingga jatah untuk keluarga kurang. Banyak yang sudah mengadu tentang perbuatan suaminya di luar sana yang gemar memakai narkoba dan suka membayari makan teman-temannya saat sedang bekerja.

Namun, jika Amel mempertanyakan itu suaminya tidak pernah mengakuinya, dia hanya mengatakan jika itu hanya akal-akalan orang saja untuk merusak rumah tangga mereka.

"Eh, saya cuman bilang faktanya kok Mel! Kok sewot pula Kau!" cicit pemilik warung itu seraya memutar mata kesalnya kepada Amel.

"Itu namanya ngurusin hidup orang, Bu! Urus saja diri ibu sendiri, nggak usah urus orang lain!" Amel meninggalkan warung itu dengan kemarahan.

Pemilik warung itu mendecakkan bibirnya seraya geleng-geleng kepala melihat tingkah Amel.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel