Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Apakah Ini Surga

Bab 12 Apakah Ini Surga

Mereka bilang kalau punya Sugar Daddy atau Sugar Mommy tuh enak. Hamash pernah dengar dan baca tentang itu. Apalagi di TokTok, banyak yang membagikan video cek cek cek. Mulai dari apartemen mewah cek, barang mewah dari pacar cek dan bodohnya, Hamash menganggap dunia memang semudah itu.

Mungkin, mulai sekarang Hamash harus meluruskan pikirannya kalau hidup tidak seindah cek cek yang ada di TokTok. Kayak sekarang, Hamash harus segera mencari jalan keluar agar tidak terjebak dengan Tanti (Tante Girang) serba merah yang sangat metal ini.

Berkali-kali, Hamash nyebut dalam hatinya, “Nyebut Mash, nyebut!” Ia berharap segera keluar dari situasi yang mungkin akan menggoncang jiwa dan raga Hamash.

Sekilas, Hamash melihat di sekelilingnya. Banyak orang yang memandang mobil Tanti dengan takjub. Bahkan dengan terang-terang memotret mobil tanti seolah tak menghiraukan apa yang terjadi di dalam mobil.

Tanti sendiri terlihat tersenyum menghadap ke depan dengan kacamata hitamnya dan bersikap seolah tidak terjadi apapun. Tangan kanannya yang lentik ditaruh di atas setir. Mencengkeram erat. Sedang tangan kirinya bergerilya di atas paha Hamash.

Pernah merasakan hewan merayap ke kulit tubuh dan kemudian menjalar ke tengkuk? Nah, mungkin itulah yang Hamash rasakan.

Rasa merinding tak tertahankan disertai rasa takut menguasai Hamash. Ia ingin berteriak tapi suaranya terasa tertahan di jakunnya yang sejak tadi naik turun gugup.

“Yuk, kita jalan-jalan, Hamash!” kata Tanti dengan nada yang genit. Tak lupa kedipan maut yang membuat Hamash terpaku. Bukan karena terpesona tapi karena Hamash merasa, betapa menakutkannya sesosok wanita bernama Tanti ini.

Tanti menarik tangan kirinya sejenak untuk memasukkan persneling kemudian ke setir untuk mengemudikan mobilnya. Seenggaknya si Tanti ini berfikir jernih lah. Hamash tidak mau mati konyol terus ada headline di berita, “Anak SMP Mati Digerayangi Sugar Mommy”. Hiii… Tanti itu nggak ada manis-manisnya. Nggak cocok disebut Sugar Mommy. Ya setidaknya itu tidak berlaku untuk Hamash.

Selagi Tanti masih asik menyetir sambil bersenandung, Hamash masih mencoba menetralkan nafas dan degupan jantungnya. Ini kalau dibiarkan lebih lama, Hamash yakin, jantungnya bakalan jadi abnormal.

Masih dalam rangka menenangkan diri, Hamash kemudian melihat jalanan yang dilewati. Sebisa mungkin Hamash mencoba untuk mengingat jalan yang dia lalui. Saking enaknya melihat jalanan yang ada di sekitarnya, diujung matanya, Hamash melihat sesuatu yang semakin membuat Hamash merinding.

Tanti menoleh ke arah Hamas. Tersentum. Lalu menjulurkan ujung lidahnya ke ujung bibirnya. Mata genit Tanti yang sudah dilatih sejak usia 3 tahun untuk menarik perhatian orang lain, terlihat sangat dimaksimalkan. Namun, sayang 3 ribu sayang, Hamash melihatnya justru merasa ngeri. Hamash justru merasa kalau Tanti sedang menyebar jala mematikan untuk menjerat dirinya.

Hamash menolehkan kepalanya ke arah jalan. Sesekali dia melirik dan naasnya, Tanti juga melihat ke arahnya. Tak ketinggalan, kedipan mata dan senyum manisnya untuk Hamash. Bulu kuduk Hamash langsung berdiri melihat itu. Hamash berjanji untuk dirinya di masa depan, kalau dia tidak akan mengajari dan menggona anaknya dengan, “Mana mata genitnya, Canti?”. Never ever.

“Hamash…” Suara mendayu datang dari kanan Hamash. Ingin rasanya bisa keluar dari mobil ini, lalu uninstall aplikasi Kuncup Klub yang sangat unfaedah itu!

“Kamu mau kemana sayang?” tanya Tanti sambil mengelus lagi paha kanan Hamash.

Tidak!!!!

***

Sekarang, Hamash merasa seperti di tempat antah berantah.

Kalau di kondisi normal, Hamash akan merasa sangat senang karena bisa sampai di tempat yang belum banyak dikunjungi orang. Berfoto lalu memamerkannya di media sosial.

Namun sekarang, rasanya Hamash memilih pergi ke tempat ramai daripada berdua bersama tante girang bernama Tanti yang sejak tadi seakan tak lelah menyentuh dan menggerayangi Hamash. Hamash sudah berusaha sekuat mungkin menyingkir. Bahkan sebelah belahan pantatnya sudah ada diantara kursi dan pintu yang ada di sebelah kirinya.

Tanti sendiri semakin mencondongkan tubuhnya. Ia mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Hamash yang nampak tak begitu halus karena terlalu sering keluar rumah bermain kelereng.

Tanti kemudian meniup telinga kanan Hamash. Sontak hal tersebut mengaktifkan alarm bahaya di tubuh Hamash. Hamash lalu berontak. Ia mengumpulkan keberaniannya sebelum menatap Tanti.

“Maaf ya, tante, say-“

“Tanti bukan tante!” potong Tanti.

Hamash menutup matanya sejenak. Ia menghembuskan nafasnya perlahan lalu membuka matanya lagi dan menatap Tanti. “Maaf ya Tanti, boleh saya pulang saja? Saya ada les sore.” Iya, les di alam mimpi.

“Katanya kamu bakalan selalu ada untuk Tanti. Kok sekarang gitu?” Heh, Wewe Gombel yang operasi plastik! Kapan aku bilang gitu? Sayangnya, sanggahan itu hanya mampu Hamash ucapkan dalam hati.

“Erhmm… maaf ya, saya beneran harus pulang. Permisi…” Hamash sebisa mungkin berkata halus pada Tanti. Ia mencoba membuka pintu tapi gagal.

Hamash melihat Tanti semakin mencondongkan tubuhnya. 2 bongkah melon yang seharusnya bukan menjadi perhatian Hamash saat ini, semakin didekatkan ke tubuhnya. Hamash semakin mepet ke dekat pintu sedangkan Tanti, semakin mendekatkan bibir merah membaranya ke telinga Hamash. “Di sini aja sama Tanti.” Desahan Tanti terdengar jelas oleh Hamash.

Dengan kedua tangan kanannya, Hamash mencoba untuk memundurkan badan Tanti. Sedang tangan kirinya masih berjuang membuka pintu yang sepertinya sia-sia karena dikunci oleh Tanti.

“Maaf ya Tanti, tapi saya harus pergi. Errr…. Urgent!” Lagi-lagi, Hamash harus berhadapan dengan kenyataan kalau Tanti ini keras kepala. Paket komplit. Genit, keras kepala, tajir, badan bagus dan sepertinya juga alpha.

Berulang kali Hamas mencoba menghalau tangan Tanti yang terus mencoba untuk menyentuh Hamash. “Tanti, ini termasuk sex harrashment lho,” kata Hamash sambil menjauhkan pahanya dari jangkauan Tanti.

“It’s not. It’s prove that I like you,” kata Tanti sambil mengedipkan matanya. Lagi. Ini Hamash curiga, jangan-jangan Tanti ini sakit mata atau kelilipan meteor karna dari tadi kedap-kedip melulu. “I like you, Hamash!”

Hamash menghalau agak kasar tangan Tanti yang menyentuh pipinya. Cukup! Pipinya bukan baju diskonan Matahari yang disentuh-sentuh mulu tapi tidak jadi dibeli! Pipi Hamash itu barang langka dan cuma Hamash yang punya!!!

Tanti lalu mencoba menyentuh Hamash lagi. Kemudian, Hamash halau lagi dengan agak kasar. Begitu terus hingga Tanti terlihat sebal dan akhirnya membuka dashboard mobil. Hamash pikir, Tanti akan mengeluarkan coklat Silver Brown untuk merayunya. Namun ternyata, sebuah pisau lipat yang tajam diarahkan kepadanya.

Hamash langsung membeku seketika. Gila, ini wanita menor-menor begini bawanya pisau tajem! Haduh nyawaku, bertahanlah sebentar lagi!

“Nah, kalau diam begini kan kamu makin manis,” kata Tanti. Ia kemudian mencondongkan tubuhnya ke Hamash dan meneliti seperti singa yang sedang mengecek mangsanya.

Hamash sendiri masih syok, kaget dan takut. Matanya bergerak tak tentu arah. Sekilas, ia heran, mobil merah menyala dan mewah berhenti di pinggir jalan seperti ini dan beberapa kali ada orang lalu lalang, apa orang-orang itu tidak heran dan penasaran?

Hamash menahan nafasnya tercekat. Bagaimana tidak, sebelah tangannya Tanti mengarahkan pisaunya ke Hamash. Sebelah lagi menggerayangi kaki Hamash dari betis ke paha. Belum lagi mata sok genit dengan bibir seperti ikan cupang yang diberi lipstick itu maju-maju seperti kode minta dicium.

“Tan, ini mumpung saya masih kalem nih, pisau dimundurin dong. Biarin saya keluar. Di sini panas.”

Bukannya memundurkan pisaunya, Tanti justru menjawab, “Oh, kamu kepanasan? Bilang dong dari tadi. Yuk, kita ke hotel aja!” mata Hamash langsung membola. Gila! Ini orang kabelnya lagi konslet apa ya?

“Tunggu sebentar ya Hamash Sayang. Tanti anterin ke hotel. Kita ngadem di sana!” Tanti memundurkan badannya. Ia memutar kuncinya untuk menyalakan mobil. Apa yang dilakukan Tanti terlihat seperti slow motion di mata Hamash. Ia harus mengambil kesempatan ini.

Hamash lalu menerjang Tanti. Memiting kepala Tanti hingga hidung Tanti berhadapan langsung dengan ketiak Hamash. Bodo amatlah nanti lipstick merah darah menempel semua di baju hitamnya karena yang penting sekarang, Hamash pergi dari sini.

Tanti meronta-ronta melepaskan diri. Hamash membawa kepala Tanti agak condong ke setir hingga sikutnya bisa menekan klakson.

Tin… tin… tin……

Suara klason mobil Tanti yang memekakkan telinga membuat orang-orang penasaran. Hamash melihat beberapa orang mendekati mobil Tanti. Sebelum melepaskan Tanti, Hamash membuka kunci pintu mobil Tanti.

Hamash lalu memundurkan tubuhnya. Sedangkan Tanti, rambutnya sudah acak-acakan dan mukanya memerah tapi hebatnya, lipstick Tanti masih rapi. Tanti lalu mengacungkan pisaunya ke Hamash dan bersamaan dengan itu, orang-orang menggedor pintu mobil Tanti sambil berteriak.

“Hoi!!” Hamash memundurkan tubuhnya dan mepet ke pintu mobil. Tangannya bergerak ke belakang tubuhnya mencari tuas pintu sedang matanya awas mengamati Tanti. Berjaga-jaga kalau wanita ini melakukan hal lebih gila.

Dag… dag… dag…

Suara gedoran jendela mobil semakin terdengar. Tanti semakin terlihat panik dan mengayunkan tangannya yang memegang pisau ke arah Hamash.

Hamash sudah pasrah. Ia memejamkan mata. Berharap dia berteleportasi dan keluar dari sini.

Tak lama, Hamash merasakan tubuhnya melayang. Tuhan, kalau ini saatnya, tolong beritahu Mas Hasbi untuk membayar hutangku di warung pak Bardi agar aku bisa tenang. Ibuk, maafin Hamash ya, kemarin nggak sengaja Hamash hampir ngilangin Baperware kesayangan ibuk.

Duag!!!

Perlahan, Hamash membuka matanya secara perlahan. Ia merasa seperti mendengar suara-suara. Ia kemudian melihat seberkas cahaya masuk ke matanya.

Tuhan, apakah ini di surga?

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel