Bab 11 Ngopi Darat
Bab 11 Ngopi Darat
Setelah 1 hari ajakan ketemu datang dari Tanti, Hamash masih belum memberikan jawaban yang pasti. Namun, Hamash dan Tanti masih saling berkirim pesan layaknya 2 orang yang sedang PDKT. Mungkin ini yang disebut dengan virus asmara. Di sisi lain Hasbi masih belum pulih dari jeratan pesona Moza dan di sisi lain Hamash terjerat Tanti.
Sang Ibu yang melihat kedua anaknya sering senyum-senyum sendiri hanya berharap, semoga kedua anaknya tetap waras karena biaya rumah sakit jiwa itu mahal. Walaupun begitu Ibu Hamish dan Hasbi membiarkan kedua anaknya. “Biar mereka menikmati masa merah jambu,” katanya.
Sementara Hasbi masih menikmati masa tidurnya yang memimpikan Moza setelah tadi malam dia bersusah payah mengeluarkan tenaga untuk menumbuk kacang, Hamash sudah setia dengan Hepi. Hamash tak sabar menunggu chating dengan Tanti.
Tiba-tiba, notifikasi grup WA masuk. TUGAS MATEMATIKA KAMIS.
“Njirrr, liane tugas nggo mben dino ki ra ono po ya? (Njirr, selain tugas untuk setiap hari apa nggak ada?)” ucap Hamash sebal. Ia memang senang sekolah di rumah. Tidak mikir bangun siang terus pagi-pagi harus rebutan kamar mandi dengan Hasbi. Tidak perlu mikir sarapan, tidak mikir harus mencuci seragam dan ngecek apakah seragamnya sudah kering atau belum. Tidak perlu itu semua.
Namun, lama kelamaan kok menyebalkan. Ini ibarat kata, kita belajar sendiri, harus ngerti sendiri padahal kapasitas otak terbatas. Iya, guru juga bekerja keras, semua orang juga bekerja keras. Semales-malesnya Hamash sekolah, dia paling malas kalau harus mikir sendiri.
Belum lagi untuk kuota. Memang sih ada subsidi, tapi kan Hamash itu pecinta streaming sejati. Kuota yang harusnya untuk streaming harus rela ia bagi dengan kuota untuk belajar. Pokoknya tidak enak kalau sekolah di rumah.
Sayangnya, Hamash tidak tahu kapan semua ini harus berakhir. Hamash juga tidak tahu kapan bisa keluar bermain, nongkrong tanpa harus pakai masker, tanpa takut buat tos dan jabat tangan. Kan nyebelin ya? Namun, mau tidak mau Hamash harus menerima. Ya kalau nggak nerima ya trus dia mau ngapain? Mau nungging? Rebahan?
Kapan ini berakhir, Kisanak?!
***
Hamash sudah selesai melakukan pembelajaran daring. Dia hanya bisa rebahan dan main Ludo sendirian di rumah. Sebenarnya ia penat. Ia ingin keluar, tapi kalau keluar saat ini, rumah akan kosong dan Suwalow ibunya sudah menanti terbang mengenai kepala atau punggungnya.
“Hai.” Sebuah notifikasi masuk dari Kuncup Club.
Hamash lalu membenarkan letak duduknya. “Nanti, jangan lupa ya. Jam 3 di Café Setia Percuma ya,” sambung Tanti kepada Hamash.
Hamash bingung, pasalnya, Hamash tidak menyetujui pertemuan nanti sore. Namun si Tanti ini terlihat gencar sekali mendekati Hamash. Memang sih, Hamash itu cakep, keren, tiada dua di dunia ini, tapi ya jangan terlalu agresif.
Hamash menimang apakah ia akan membalas pesan tersebut atau tidak. Ia kemudian melihat jam dinding yang ada di atas televisi. “Hmm, masih jam 11,” gumamnya. Hamash lalu memutuskan untuk streaming Running Man dulu. Ia penat dengan segala tugas sekolah yang ada. Ia juga penat melihat kelakuan Masnya yang semakin hari semakin tak waras. Pokoknya penat.
Tanpa menunggu waktu lama, Hamash sudah tertawa membuka website untuk menonton Running Man. Dia tertawa kencang apalagi ketika Kwang Soo teraniaya. Entah kenapa Hamash selalu membandingkan Kwang Soo dengan Hasbi. Keduanya sama-sama punya luck yang sangat rendah. Buktinya, Hasbi kerap kalah walaupun lawannya hanya anak SMP di permainan karambol hingga mukanya menjadi putih karena bedak.
Saking asyiknya menonton Running Man, Hamash tidak mendengar suara Hasbi masuk ke rumah dan berkata kalau dia akan tidur siang. Tak lama kemudian, setelah streaming Running Man selesai, Hamash menyamankan posisi tidurnya dan boci (bobok ciang). Ia juga perlu tidur agar wajahnya tetap glowing.
***
Hamash terbangun karena suara berisik yang ada di sampingnya. Ia mengernyapkan matanya. Melihat sekitar dan mencari tahu sumber suaranya. Ternyata, Hamash melihat Hasbi duduk di sofa, memangku setoples emping dan tertawa keras menonton The Bear Bears. 3 beruang yang menurut Hasbi sangat menggemaskan dan lucu.
Hamash memiringkan badannya dan ikut menonton si Panda. Dengan nyawa masih setengah sadar dan suara serak, ia bertanya, “Tumben Mas jam segini di rumah! Kan masih jam 1.”
“Haa? Ham hahu himana?” jawab Hasbi sambil mengunyah emping.
“Telen dulu elah!”
“Jam satu gimana? Ini tuh udah jam 2 itu lho.” Hasbi lalu melihat ke jam dinding. Dia kemudian duduk dan mengumpulkan nyawanya agar sepenuhnya sadar. Entah mendapat bisikan dari mana, Hamash kemudian berdiri, ke kamar, lalu keluar lagi membawa baju ganti dan keluar rumah.
Tak lama, Hasbi mendengar suara orang mandi. “Mau kemana anak itu? Tumben jam segini mandi?” Awalnya Hasbi masa bodo dengan apa yang dilakukan oleh Hamash, tapi ia agak aneh melihat Hamash seperti orang yang belum sadar.
“Mau kemana kamu?” tanya Hasbi saat melihat Hasbi saat ia sudah rapi dan ingin keluar rumah.
“Ketemu sama temen, Mas.” Setelah itu Hamash langsung pergi ke Café Setia Percuma untuk bertemu Tanti. Hasbi memandang dengan heran tapi setelah itu, sepertinya Ice Bear lebih menarik daripada memikirkan Hamash. “Ti ati!” teriaknya pada Hamash yang sudah keluar rumah.
Sambil mengayuh sepeda, Hamash sendiri sebenarnya heran, kok dia tadi bisa langsung mandi dan sekarang sudah dalam perjalanan menuju café padahal masih jam setengah 3.
Tak lama, Hamash sudah sampai di café. Ia lalu menuju ke salah satu meja yang ada di sekitar jendela. Waitress lalu menghampirinya dan memberikan buku menu. Setelah memberikan senyum menawannya, waitress tersebut lalu pergi.
Hamash membuka buku menu dan sedikit tercengang. Gila Bor, harganya cukup menguras kesadaran dan isi kantongnya.”Gilak, ice tea harganya 8 ribu. Di warung Pak Bari, es teh Cuma Rp 2 ribu. Ini es tehnya pake teh dari Belanda apa yak?”Karena ia tak mau miskin hari ini, maka ia akhirnya memesan ice tea dan fried fries. Ia kemudian memesan dan menunggu si Tanti datang.
Clinggg….
Suara pintu dibuka kembali terdengar. Hamash yang sedang asik main hape, hanya bisa menggaruk hidungnya karena tiba-tiba ada wangi yang menyengat di sekitarnya. Ia kemudian mendongak, siapa tahu ada dewi atau peri yang tiba-tiba tertarik dengan Hamash.
Bukannya mendapati sesosok peri, ia justru mendapati sesosok titisan Mbak Wewe Gombel di depannya. Berdiri dengan baju merah menyala. Bersepatu hak tinggi yang mungkin kalau dilemparkan ke maling kepalanya bisa bocor. Rambut panjang dengan ombre merah. Dengan bibir tebal nan merahnya yang di mata Hamash justru terlihat seperti habis disengat tawon. Bedak tebalnya yang tidak kalah tebal dibandingkan lapisan semen di rumahnya. 2 melon yang suangat besar yang Hamash yakin itu adalah hasil dari sumpalan benda yang bernama silicon. Kuku panjang yang dicat dengan warna merah yang kayaknya bisa langsung untuk mencincang daging. Belum lagi tasnya yang terbuat dari kulit buaya. Bener-bener Bu-aya!
Hamash hanya bisa ternganga. Mungkin orang lain juga sama, “Ini siapa sih?”.
Mata Hamash hanya bisa mengikuti pergerakan Tanti. Hingga Tanti mengulurkan tangannya ke Hamash untuk berkenalan secara langsung, Hamash hanya bisa diam. “Tanti,” kata Tanti.
Hamash kemudian sadar dan hanya mengangguk. “Hamash,” jawab Hamash. Kesan polos, masih malu-malu terlihat jelas oleh Tanti. Tanti sendiri menarik tangannya setelah Hamash tak kunjung menjabat tangannya. Ia kemudian mengangkat tangan untuk memesan makanan. Ia kemudian memesan Spagetti 2, orange float squash 2.
Hamash bingung, ini Tanti mesenin siapa sih? Padahal di depan Hamash sudah terlihat fried fries dan ice tea yang sudah habis setengahnya.
“Hamash ternyata malu-malu ya?” tanya Tanti sambil menopang dagunya dengan sebelah tangannya. Ia tersenyum menggoda. Sedangkan Hamash? Jangan ditanya deh. Dia justru merinding melihat orang seperti Tanti.
Memang sih ini bukan pertama kalinya Hamash melihat sesosok orang aneh, tapi kebanyakan ya kayak Masnya, si Hasbi. Kalau orang kayak Tanti ini, ia tak pernah bersinggungan secara langsung.
Dengan ragu Hamash kemudian mengangguk. Ia belum berani bicara lagi. Kepercayaan dirinya menguap entah kemana.
“Hamash masih sekolah?” Hamash hanya mengangguk.
Pesanann Tanti kemudian datang dan Tanti langsung meminta Hamash untuk makan. Dengan kikuk, Hamash kemudian makan dan minum apa yang ada di Hadapannya. “Gilak, spageti begini Rp 50 ribu? Mendingan makan indomie telur susu sih!” batin Hamash. Namun, mau tidak mau Hamash makan juga. Lumayan lho ini. DItraktir!
Setelah itu, Tanti kembali membuka pembicaraan dan Hamash hanya bisa diam. Ya gimana ya, mau ngomong apa ia juga tidak tahu. “Hamash, kamu mau uang Rp 2juta nggak?” Mata Hamash langsung berbinar. Melihat itu, Tanti terkekeh. Siapa sih yang tidak suka dengan uang? “Ikut Tanti yuk! Kita jalan-jalan.”
Hamash masih agak kaget. Dia mimpi apa sih tadi kok ini tiba-tiba dapat tawaran duit Rp 2 juta?
Melihat reaksi Hamash, Tanti langsung ke kasir dan membayar semua pesanannya. Setelah itu, ia kembali ke mejanya dan mengajak Hamash, “Yuk!” ajak Tanti sekali lagi. Ini Hamash belum menentukan mau atau tidak mau tapi ajakan Tanti seperti tidak bisa ditolak.
“Sepeda saya?” tanya Hamash untuk pertama kalinya.
“Ditaruh di sini dulu. Jalan-jalannya nggak lama kok.” Tanti lalu keluar rumah dan diikuti oleh Hamash. Terlihat Tanti masuk ke Mercedes merah menyala. Ini kayaknya kalau ada kerbau, Hamash mending langsung keluar biar nggak diseruduk!
Hamash lalu ikut masuk dan setelah membayar parkir dan titip sepeda, Tanti melajukan kendaraannya.
***
Rasanya adem. Nyaman. Itulah kesan yang Hamash tangkap setelah ia duduk di mobil mevah milik Tanti. Mewahnya pakai V jadi mevah karena ini bener-bener super ekslusif buat Hamash. Ia bahkan berandai menyupiri mobil ini sendiri, pakai kacamata hitam bak pria metropolitan. Beuh, siapa yang bakalan nolak?
Khalayan Hamash harus berakhir tatkala ia merasakan elusan di paha kanannya. Alamak! Ini apa?!!
Hamash lalu menoleh ke pelaku penggerayangan dan melihat Tanti tersenyum menggoda. Matanya yang ada di balik kacamata coklatnya masih menatap ke depan tapi tangannya masih tetap mengelus dan menggerayangi Hamash.
Somebody help me!!!!!!
***
