Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9. Mengungkap Misteri

Perangkat kamera CCTV yang Ray pesan telah sampai di rumahnya. Pagi itu dia langsung akan memasang kamera CCTV itu di kamarnya. Dia ingin semua yang terjadi di kamarnya bisa terekam. Kejadian aneh seperti kakaknya menari bisa saja terjadi lagi atau mungkin bakal ada kejadian lainnya. Dia harus mengantisipasi kemungkinan itu agar dia bisa memahami apa yang terjadi.

Ray menduga kejadian aneh yang dialaminya ada kaitannya dengan Ni Galuh. Tak mungkin rasanya kakaknya tiba-tiba menari telanjang di kamarnya tanpa sebab. Anehnya lagi, kakaknya tak sadar apa yang terjadi. Mungkin Ni Galuh yang merasuki tubuh kakaknya, pikir Ray.

Hari sudah menjelang siang. kamera CCTV telah terpasang dan ditesnya. Ray masih duduk memikirkan tentang apa yang terjadi. Sesekali disedotnya jus melon dingin dari gelasnya. Hari itu Ray tak punya agenda khusus untuk dikerjakan. Mungkin ada baiknya siang ini dia makan siang bersama kakaknya, pikirnya. Diambilnya ponselnya di meja.

"Halo, Kakakku yang cantik jelita," ujar Ray ketika telepon tersambung dan suara kakaknya terdengar di seberang sana.

"Ada apa, Adek gantengku," jawab Alya manja.

"Kakak lagi sibuk gak?" tanya Ray.

"Gak kok. Bentar lagi juga istirahat makan siang," jawab Alya.

"Kita makan siang yok! Ntar aku jemput Kakak di kantor Kakak," ajak Ray.

"Yaudah. Makannya yang dekat-dekat kantorku aja, ya." Alya menyetujui.

"Oke deh, Kakak." Ray mengakhiri pembicaraan di telepon.

Sekitar setengah jam kemudian Ray sudah sampai di kantor kakaknya. Alya sudah menunggu di lobby kantor.

"Kita langsung jalan aja, yok." Alya langsung menggandeng adiknya ketika Ray mendekat.

"Mau makan di mana?" tanya Ray.

"Itu, di seberang ada tempat makan yang enak. Kita nyebrang aja," jawab Alya.

Tempat makan itu ramai pengunjung. Ada banyak orang yang makan siang memenuhi meja-meja yang tersedia. Untunglah masih ada satu meja kosong di pojok depan. Ray langsung menggandeng kakaknya ke sana.

Mereka sedang ngobrol tentang pekerjaan yang barusan dikerjakan Alya ketika pesanan mereka datang. Mereka lalu menghentikan obrolan dan mulai makan. Ray merasa kakaknya tak salah mengajaknya makan di situ. Makannya terasa sangat enak.

"Eh, dalam rangka apa nih Adek ngajak Kakak makan siang bareng," tanya Alya memecah kesunyian dari obrolan yang terhenti saat mereka makan tadi.

"Gak ada. Cuma kangen aja mandangin wajah cantik Kakak," goda Ray. Meski Alya sudah terbiasa digoda adiknya begitu, tak ayal pipinya memerah dan dia tersipu.

"Adek memang paling pinter merayu," ujar Alya. Dia berusaha menutupi perasaannya yang berdebar tiap kali adiknya bernada merayu.

"Kakak memang cantik kok," balas Ray tak mau kalah. "Kalo bukan kakakku, pasti sudah kukawini," lanjut Ray lagi.

"Hahahah ...." Alya tertawa mendengar ucapan adikknya.

"Mau dong dikawini," goda Alya genit sambil matanya melirik. Tampang Alya tampak menggemaskan. Matanya yang indah dan bibirnya yang merah hanya berlapis lip gloss tampak menggemaskan untuk dilumat. Ray terkekeh melihat ekspresi genit kakaknya.

Ray kemudian mengalihkan pembicaraan. Dia mencoba untuk mengutarakan keganjilan yang dirasakannya.

"Kak, Kakak merasa aneh gak akhir-akhir ini?" Ray mulai mengutarakan kegundahannya.

"Maksud Adek?" Alya tampak tak mengerti apa yang adiknya maksudkan.

"Maksudku kejadian-kejadian ganjil beberapa waktu terakhir. Salah satunya kejadian beberapa malam lalu waktu Kakak menari di kamarku." Ray menjelaskan apa yang dia maksud.

"Iya sih," jawab Alya sambil berpikir.

"Rasanya gak masuk akal. Kakak gak merasa jalan ke kamar Adek malam itu. Kakak rasanya gak percaya lihat video yang Adek rekam itu." Alya mengingat ketika adiknya menunjukkan video di ponselnya.

"Setelah kupikir-pikir, keanehan itu dimulai sejak aku lihat lukisan Ni Galuh dan ketemu dengannya dalam mimpi. Kalau itu mimpi biasa, kenapa dia terus datang di mimpiku?" Ray merasa aneh dan tak mengerti mengapa itu terjadi.

"Waktu itu Adek bilang kalo wajah Ni Galuh itu mirip Kakak?" Alya tiba-tiba teringat apa yang pernah dikatakan adiknya.

"Iya. Wajahnya memang mirip sekali dengan wajah Kakak. Hanya saja warna kulitnya gak putih seperti Kakak." Gambaran wajah Ni Galuh melintas jelas dalam benar Ray.

"Kok bisa gitu, ya?" tanya Alya tak mengerti.

Mereka berdua terdiam sejenak. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Ray sedang menduga-duga kaitan kejadian-kejadian yang dialaminya dengan kehidupannya. Sementara itu Alya benar-benar tak mengerti apa yang terjadi.

Ray memandangi wajah cantik kakaknya. Dia baru sadar kalau wajah cantik kakaknya itu tak mirip dengan ibunya maupun ayahnya. Dia berpikir keras membayangkan siapa dalam keluarga besarnya yang mirip dengan kakaknya. Rasanya tak ada yang mirip dengan raut wajah kakaknya. Kulit putih kakaknya yang mulus tak sama dengan kulit mereka sekeluarga yang sawo matang. Meski ibunya agak putih juga namun tak seputih kulit kakaknya.

"Ada yang aneh dengan muka Kakak?" tanya Alya melihat adiknya yang memandangi wajahnya sejak tadi.

"Eh ... gak kok. Aku sedang mengagumi kecantikan Kakak." Ray berusaha mengalihkan dari apa yang dipikirkannya.

"Tumben Adek siang ini genit," ujar Alya dengan mimik lucu.

"Adek lagi pengin ya?" ledek Alya pada adiknya.

"Pengin apa?" tanya Ray bingung dan tak sadar dengan apa yang kakaknya maksud. Pikirannya masih tak fokus dengan obrolan mereka.

"Hhhhmmm ... pura-pura gak tahu tuh ...," ledek Alya lagi.

Ray masih tak mengerti apa yang dimaksud kakaknya. Berbagai pikiran dan dugaan yang berkecamuk di pikirannya tak bisa membuatnya berpikir jernih dan tampak tak nyambung dengan omongan kakaknya. Keinginan Ray semakin kuat ingin segera mengungkap misteri yang dialaminya.

"Udahan yok! Jam istirahat Kakak sudah hampir habis." Alya membuyarkan lamunan adiknya.

Alya lalu bangkit dan menarik tangan adiknya untuk beranjak dari sana. Setelah membayar makanan dan minuman yang barusan mereka nikmati tadi, Alya menarik tangan adiknya keluar dan menyeberang ke kantornya.

"Adek mau ke mana lagi sekarang?" tanya Alya pada adiknya yang masih diam saja dari tadi.

"Gak ada rencana sih. Mungkin langsung pulang," jawab Ray singkat.

"Ya sudah, Kakak masuk dulu, ya." Alya berpamitan pada adiknya. Diciumnya pipi adiknya lalu masuk ke kantornya. Aroma parfum bercampur aroma tubuh Alya menusuk lembut hidung adiknya. Ray hafal aroma yang terasa menggoda itu. Ada desiran hasrat tiap kali mencium aroma itu.

Ray merasa seperti dicium oleh kekasihnya bukan oleh kakaknya. Belakangan ini Ray memang cukup terobsesi dan menganggap kakaknya sebagai kekasihnya. Ada getaran-getaran rasa yang berbeda yang dirasakannya belakangan ini. Mestinya dia tak merasa begitu karena selama ini kakaknya memang terbiasa bersikap mesra padanya. Ray juga tak mengerti mengapa ada perasaan yang berbeda belakangan ini.

Dia merasa yakin bahwa hal itu bukan disebabkan karena belakangan ini mereka suka bermesraan dan mulai saling bernafsu satu sama lain. Justru sebaliknya nafsu itu muncul karena mereka berdua sudah merasa bukan sebagai adik dan kakak lagi.

Ray mulai menduga bahwa Alya bukanlah kakak kandungnya. Dia berpikir begitu karena belakangan ini dia sadar bahwa wajah kakaknya tak mirip siapa pun di keluarganya ditambah lagi ketika dia berpikir bahwa wajah kakaknya mirip Ni Galuh. Ray semakin pusing memikirkannya dan merasa dirinya sudah berpikiran tak wajar menyandingkan wajah kakaknya dengan perempuan yang hadir dalam mimpi-mimpinya.

Dia merasa suka sekaligus ngeri dengan Ni Galuh. Mimpi-mimpi yang dialaminya mulai terasa tak wajar baginya. Ditambah lagi kakaknya tampaknya mulai terlibat dengan mimpi-mimpi itu. Itu bukan sekedar mimpi biasa atau sekedar fantasi liarnya. Dia tak pernah mengkhayalkan seorang wanita dalam pikirannya atau memiliki fantasi erotis selama ini.

Apakah Ni Galuh adalah sekedar fantasi bawah sadarnya yang mulai terobsesi dengan kakaknya sendiri atau justru sebaliknya? Apakah ada hal mistis yang sedang dialaminya? Apakah ada kaitan antara kakaknya dan Ni Galuh? Pikiran-pikiran itu mulai membuat kepalanya pusing dan tak mampu menjawab berbagai pertanyaan itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel