8. Kekasih Sesaat
Pagi itu Ray mengantar kakaknya ke kantor. Setelah itu dia mengirimkan surat lamaran kerja yang sudah disiapkannya sebelumnya. Sepulangnya ke rumah, dia melakukan aktivitasnya seperti biasanya sampai sore hari lalu menjemput kakaknya pulang kantor.
Malamnya Ray dan Alya makan malam bersama ibunya di rumah. Ayahnya pulang agak telat malam itu. Ada pekerjaan yang masih harus diselesaikannya.
Seperti biasanya sambil makan malam mereka ngobrol tentang aktivitas masing-masing. Ray dan Alya sepakat untuk tidak menceritakan kejadian malam sebelumnya pada ibu mereka. Mereka tak mau ibu mereka mencemaskan kejadian itu.
"Dek, malam ini Kakak tidur di kamar Adek, ya," pinta Alya setelah makan malam.
"Iya. 'Kan aku sudah janji mau melayani apa yang Kakak mau?" jawab Ray pelan.
"Aseeeek ... pokoknya yang seru ya, Dek," bisik Alya agar tak terdengar ibu mereka yang sedang cuci tangan ke kamar mandi. Ray hanya mengangguk menyetujui permintaan kakaknya.
"Ya sudah, Kakak bantu Ibu beres-beres dulu terus baru ke kamarmu," ujar Alya.
Setelah makan malam, Ray langsung masuk ke kamarnya. Dia menyalakan TV dan menonton acara berita. Seperti biasa Ray nonton sambil tiduran di karpet.
Alya menyusul ke kamar adiknya setelah membantu ibunya merapikan meja makan. Setelah pulang kantor tadi dia sudah mandi dan memakai daster tipis dan celana dalam mini tanpa BH. Alya sudah tak sabar ingin menuntaskan hasratnya yang tertunda tadi pagi.
Begitu masuk kamar Ray, ditutupnya pintu kamar lalu dikuncinya. Dia lalu bergabung dengan adiknya yang tiduran di karpet. Dipeluknya tubuh adiknya sambil tiduran di samping adiknya.
"Dek, Kakak sudah gak sabar," rengeknya. Ray memandangi kakaknya sambil tersenyum.
"Aku 'kan sedang jadi pacar Kakak. Jadi aku akan mencumbui Kakak seperti seorang kekasih, ya," kata Ray.
"Mau dong," jawab Alya manja.
Ray lalu duduk di samping kakaknya. Dibantunya kakaknya membuka dasternya lalu melucuti celana dalamnya.
"Kakak mau diapain, Dek?" tanya Alya. Jantungnya deg-degan menunggu apa yang akan dilakukan adiknya.
"Kakak nikmati aja, ya," jawab Ray sambil tersenyum nakal.
Ray berencana untuk membuat hasrat kakaknya tersalurkan sampai puas, tetapi dia tak berniat untuk menyetubuhi kakaknya.
Dipeluknya kakaknya lalu dikecupnya bibirnya. Alya membalas ciuman adiknya lalu mereka berciuman. Alya ingin menikmati cumbuan adiknya seolah-olah adiknya adalah kekasihnya. Dia sangat menginginkan itu.
Ray semakin berani melancarkan serangannya. Diremasnya buah dada montok kakaknya dengan lembut. Alya mendesah lembut menikmati remasan itu. Ray lalu mengarahkan mulutnya ke buah dada kakaknya yang sebelah kanan. Dijilatinya puting kakaknya yang berwarna coklat muda kemerahan. Puting itu begitu indah. Puting yang belum pernah dijamah lelaki kecuali dirinya.
Ray lalu mengulum puting itu dalam mulutnya sambil dimainkannya dengan lidahnya. Tangannya lalu meremas-remas buah dada yang sebelah kiri. Alya semakin meninggi mendapat serangan di kedua belah buah dadanya.
"Aaahhh ... Deeek ... enak banget," rintih Alya mulai bernafsu.
Setelah cukup lama bermain di buah dada kakaknya, Ray menjilati perut kakaknya. Jilatan-jilatan itu menimbulkan rasa geli yang membuat Alya menggelinjang-gelinjang. Jilatan Ray perlahan menuju ke bawah mengarah pada selangkangan Alya.
"Adeeeeek ...." Alya melenguh panjang tertahan saat lidah adiknya menjilati miliknya dari bawah ke atas.
Pantat Alya terangkat menginginkan kenikmatan yang lebih dahsyat. Kedua tangannya mencengkeram bantal besar yang ditidurinya. Dagunya terangkat dan mulutnya terbuka. Matanya terpejam menikmati perlakuan adiknya.
Ray membuka belahan bibir milik kakaknya dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol kirinya. Dimekarkannya belahan itu hingga tampaklah keindahan dalamnya yang berwarna merah itu. Celah itu yang belum pernah dimasuki apa pun.
Ray memasukkan lidahnya ke celah itu. Dijilatnya ke arah atas sampai ujung lidahnya menyentuh tonjolan di bagian atasnya.
"Aaaaaahhhh ...." Alya menjerit tertahan agar suaranya tak terdengar keluar kamar. Pinggulnya bergerak-gerak liar. Ray menahan pinggul kakaknya dengan tangan kanannya.
"Adeeeekkk ... kamu apain punya Kakak?" desah Alya.
Milik Alya berkedut-kedut. Cairan membasahi celah itu. Ray semakin gencar memainkan ujung lidahnya di milik kakaknya yang membuat Alya semakin menggila. Alya tak kuasa membendung hasratnya. Klimaksnya sudah akan tercapai.
"Oooohhh ...." Alya melenguh sambil mengangkat pantatnya. Kedua kakinya dipelukkannya ke punggung Ray.
Melihat kakaknya sudah tercapai orgasmenya, dibenamkannya mulutnya ke milik kakaknya lalu ditekannya dengan ujung lidahnya.
Tak lama tubuh Alya yang mengejang kemudian melemah. Pantat dan kakinya dijatuhkannya ke karpet. Alya terkulai mengangkang. Napasnya terengah-engah.
Ray sangat terangsang melihat kakaknya dalam pose yang begitu menantang. Celah basah kakaknya dijilatinya lalu cairan itu ditelannya. Alya hanya menikmati sisa-sisa orgasmenya yang terasa begitu nikmat.
Milik Ray sudah tegang sejak mulai mencumbui kakaknya tadi. Meskipun demikian, dia tak ingin menyalurkannya dengan menyetubuhi kakaknya. Dia hanya membaringkan tubuhnya di samping kakaknya lalu memeluknya.
Tangan Alya bergerak menjamah milik Ray. Dia tahu pasti adiknya sangat terangsang.
"Dek, kasihan punyamu tegang begini," kata Alya sambil menggenggam milik adiknya dari luar celana pendeknya.
Alya merasa tak adil jika membiarkan adiknya terangsang sementara dirinya sudah terpuaskan. Dia lalu membuka celana pendek adiknya beserta celana dalamnya. Milik Ray seolah terbebas dari kurungan dan mengacung keras. Ada setitik cairan pelumas di ujungnya.
Didekatkannya mulutnya pada milik Ray yang tidur terlentang. Digenggamnya, lalu mulai menjilatinya. Perlahan dimasukkannya milik adiknya ke dalam mulutnya.
"Ooohh ..." lenguh Ray pelan sambil menikmati kuluman yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.
Ada rasa nikmat tak terkatakan yang dirasakan Ray saat kakaknya bergerak memasukkan dan mengeluarkan benda itu dengan mulutnya. Lambat laun Alya mulai belajar apa yang harus dilakukannya.
Dalam waktu singkat, Alya mulai mahir dengan mainan barunya. Gerakan-gerakan tangan, mulut, dan lidahnya membuat Ray menggelinjang-gelinjang. Alya semakin bersemangat dengan permainannya. Itu membuat Ray tak kuasa untuk menahan ejakulasinya lebih lama.
"Kakaaak ... aku mau keluaaar ..." desahnya.
Ray khawatir kalau cairannya keluar di mulut kakaknya, tetapi Alya seperti tak peduli. Alya malah mempercepat gerakannya mengulum dan mengocok milik adiknya. Ray meronta-ronta akan mencapai klimaksnya.
"Oooohhh ...." Ray menjerit tertahan.
Ray tak mampu menghindar. Cairannya memancar berkali-kali dalam mulut Alya, tetapi dia tetap melanjutkan kulumannya sampai cairan itu berhenti memancar dari milik adiknya. Dicabutnya perlahan milik adiknya dari mulutnya dan ditahannya cairan itu dalam mulutnya. Ray merasa ngilu diperlakukan begitu.
Alya lalu bangkit ke kamar mandi dan memuntahkan cairan itu di wastafel. Dibasuhnya tangan dan mulutnya dengan air dari keran. Sejenak dia memandangi tampangnya yang berantakan di kaca wastafel.
Setelah kembali dari kamar mandi, Alya ikut tiduran di samping adiknya. Dilihatnya milik Ray masih setengah tegang. Dikocok-dikocoknya pelan benda itu. Perlahan milik Ray kembali tegang.
"Dek, kamu pengin bercinta gak? Kalo mau, kamu boleh bercinta sama Kakak." Alya berbisik ke telinga adiknya.
"Pengin sih, tapi gak usahlah. Kakak masih perawan," balas Ray.
Alya sebenarnya sangat ingin melakukannya, tetapi dia berpikir bahwa apa yang dikatakan adiknya benar.
"Yang Kakak lakukan tadi sudah lebih dari cukup," lanjut Ray.
"Sebenarnya Kakak juga sudah cukup puas dengan yang Adek lakukan tadi. Cuma penasaran aja gimana rasanya bercinta." Alya masih penasaran.
"Aku ingin Kakak memberikannya untuk orang yang Kakak cintai yang nanti jadi suami Kakak," ujar Ray. Dia terpaksa menahan keinginannya demi kakaknya.
"Tapi, kamu juga 'kan orang yang Kakak cintai, Dek?" Alya membalas omongan adiknya.
"Iya, aku tahu Kakak cinta sama aku, tapi aku gak bisa jadi suami Kakak," ujar Ray.
"Andai kamu itu bukan adikku, Dek." Alya seolah menyesalkan keadaan.
Mereka berdua terdiam sambil terus berpelukan. Mereka sadar bahwa meskipun mereka berdua saling mencintai, tetapi mereka bersaudara jadi takkan mungkin bisa menikah.
