10. Penyerahan
Ray menelusuri jalan setapak. Permukaan jalan itu nampak rapi berperkerasan batu-batu kali yang dipecah dan disusun rapi. Jalannya agak berliku dan sedikit mendaki. Ni Galuh berjalan di depannya dan tangannya menuntun Ray dari depan.
Tak jauh di depan mereka, Ray melihat ada sebuah rumah kayu yang ukurannya kecil. Rumah itu berdiri di atas tiang-tiang pendek dari susunan batu kali. Tiang-tiang penyangga rumah itu tak sampai satu meter tingginya.
Rumah kecil itu hanya satu-satunya rumah di sekitar tempat itu. Di sekelilingnya pohon-pohon tinggi. Tempat itu begitu sunyi tanpa bunyi tanpa suara. Angin bertiup semilir dan membuat dedaunan pohon-pohon bergerak tapi tak ada bunyi yang terdengar. Tak ada juga kicau burung dan serangga hutan yang berbunyi. Yang terdengar hanya degub jantungnya sendiri.
Mereka tiba tepat di depan pintu masuk rumah itu. Ada dua anak tangga batu yang tak mencapai pintu masuk rumah itu. Anak tangga yang aneh pikir Ray karena lazimnya anak tangga itu mestinya mencapai pintu masuk rumah itu tapi ini berbeda.
Tangan kanan Ni Galuh mendorong pintu masuk rumah itu hingga terbuka lalu dia mendudukkan pantatnya di lantai rumah itu sambil menoleh ke arah Ray. Dia lalu beringsut masuk ke rumah dan berjalan jongkok di lantai rumah itu ketika Ray mulai bergerak mendekatinya. Ray mengikutinya dari belakang dan melakukan hal yang sama.
Rumah itu kosong tanpa ada perabot apa pun kecuali sejenis karpet tebal yang terasa empuk seperti kasur tipis yang berwarna hijau dengan hiasan motif bunga-bunga. Hanya ada satu ruangan di dalam rumah itu yaitu tempat mereka berada. Di tiga sisi samping dan belakangnya terdapat jendela-jendela yang terbuka yang memberi penerangan ke dalam ruangan itu.
Udara di dalam ruangan itu terasa sejuk seakan ada pendingin udara di sana. Suasana di dalam rumah itu begitu tenang dan hening. Ray merasa seolah masuk ke dalam ruangan yang kedap suara.
Sejak masuk ke rumah kecil itu, Ray mencium aroma wangi. Aroma yang berbeda dengan aroma wangi tubuh Ni Galuh. Ray melihat-lihat sekelilingnya mencari sumber aroma wangi itu, tetapi tak menemukannya. Aroma itu mirip aroma dupa, tetapi tak sama persis dengan aroma dupa yang dikenalnya. Seperti aroma bunga, tetapi entah bunga apa.
Mencium aroma wangi itu membuat tubuh Ray serasa tak menjejak di lantai. Tubuhnya seakan mengambang, tetapi dia merasakan empuknya karpet yang didudukinya. Ni Galuh duduk di hadapannya dan terus memandanginya sejak mereka mulai duduk di sana.
Saat mata Ray menatap mata Ni Galuh, dirinya seperti tersihir. Tatapan indah itu begitu menyejukkan dan masuk menembus sekujur tubuhnya. Ada desiran dalam tubuh Ray yang dirasakannya. Perlahan desiran itu membangkitkan gejolak nafsunya.
Gejolak itu perlahan bertambah besar dan membuatnya sangat terangsang. Rangsangan itu menuntut tubuhnya untuk dipuaskan. Muka Ray memerah menahan besarnya gejolak nafsu yang dirasakannya.
Ni Galuh tersenyum manis menatap Ray. Senyuman itu bukan hanya memesonanya, tetapi juga meningkatkan berahinya. Senyuman itu begitu sensual dan membuat Ray ingin mencumbui Ni Galuh. Dipandanginya tubuh perempuan di hadapannya itu. Tubuh itu begitu menggoda dengan dua buah dada yang montok seakan menantang untuk diremas.
Perlahan Ni Galuh melepas ikatan kain penutup bawah tubuhnya. Kain itu lalu ditariknya hingga terlepas dari tubuhnya dan dilemparkannya ke samping kirinya. Perempuan itu lalu merebahkan tubuhnya dengan kedua lutut tertekuk dan posisinya mengangkang memamerkan miliknya yang indah dengan bulu-bulu tipis di sekitar bibirnya.
Ray tak kuasa berdiam diri melihat pemandangan yang begitu menggairahkannya. Dia lalu meloloskan kain yang juga menutup bagian bawah tubuhnya. Miliknya mengacung keras siap berperang. Dia lalu menempatkan dirinya di antara paha di depan selangkangan Ni Galuh.
Diarahkannya kepalanya mendekat ke arah milik perempuan itu. Aroma wangi tercium dari milik perempuan itu. Ray lalu menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati milik perempuan itu. Pinggul perempuan itu bergerak-gerak bereaksi menerima serangan dari lidah Ray, tetapi tak terdengar desahannya.
Ray mulai gemas dan meningkatkan serangannya. Diemutnya dengan lembut sasarannya. Emutan itu membuat pinggul perempuan itu semakin lincah bergerak. Ray lalu mengulum tonjolan milik perempuan itu yang sudah mengeras. Sesekali dimainkannya lidahnya mengusap-usap tonjolan kecil itu. Tubuh perempuan itu melenting kenikmatan. Dagunya terangkat dan mulutnya terbuka, tetapi tetap tak ada desahan dan lenguhan yang keluar dari mulutnya.
Pinggul perempuan itu semakin bergerak liar seiring dengan serangan Ray yang semakin gencar. Kedua pahanya menjepit kedua pangkal lengan Ray. Tubuh itu seakan meronta-ronta menahan dahsyatnya gejolak yang dirasakannya. Miliknya sudah basah kuyup oleh cairannya bercampur ludah Ray.
Ray melepaskan mulutnya dari milik perempuan itu. Dia lalu bergerak naik ke atas tubuhnya sampai wajah mereka berhadapan. Dipagutnya mulut perempuan itu yang terbuka. Mereka berdua lalu berciuman dengan sangat ganas. Napas perempuan itu seakan memburu, tetapi bunyi napas itu tak terdengar.
Perempuan itu tiba-tiba bergerak cepat. Diputarnya tubuh mereka berdua hingga kini dia berada di atas Ray. Tubuh perempuan itu lalu bergerak turun dan kepalanya menuju selangkangan Ray. Tangan kanannya menangkap milik Ray lalu lidahnya menyapu bagian bawah benda itu. Sapuan-sapuan lidahnya terasa dingin, tetapi sangat nikmat terasa.
Tubuh Ray bergetar menikmati sensasi permainan lidah perempuan itu di miliknya. Perempuan itu lalu memasukkan benda itu ke dalam mulutnya dengan perlahan. Senti demi senti benda itu tertelan masuk ke dalam mulutnya hingga ke pangkalnya.
Ray sedikit kaget melihat miliknya sudah tenggelam semua dalam mulut perempuan itu. Dalam keadaan masih tertelan penuh di mulut perempuan itu, terasa lidah perempuan itu seolah menari di permukaan kulitnya. Lidah itu bergerak-gerak liar yang menimbulkan sensasi yang sungguh nikmat dirasakan Ray.
Perempuan itu lalu menarik mundur kepalanya dan perlahan milik Ray tercabut dari mulutnya. Sambil melakukan itu, mulutnya menyedot milik Ray yang membuatnya ngilu, tetapi sangat nikmat. Ray merasa miliknya berkedut-kedut dan memompa keluar cairan pelumasnya.
Setelah mulut perempuan itu sampai di bagian ujung miliknya, digerak-gerakkannya kepalanya sehingga mulut itu terasa berputar-putar di sana. Lidahnya pun tak tinggal diam memainkan perannnya.
"Oooohhh..." Ray melenguh kenikmatan mendapatkan perlakuan seperti itu.
Perempuan itu lalu memaju mundurkan mulutnya. Saat dia menarik kepalanya, disedotnya benda itu lalu didorongkannya lagi kepalanya hingga milik Ray kembali amblas semua ke dalam rongga mulutnya. Itu dilakukannya berulang-ulang yang membuat pinggul Ray tersentak-sentak menahan gejolak kenikmatan.
Sensasi yang timbulkan dari gerakan perempuan itu terasa sungguh nikmat dirasakan Ray. Dia ingin berlama-lama merasakan kenikmatan itu. Semakin dinikmatinya semakin enak terasa. Entah sudah berapa puluh menit perempuan itu melancarkan serangannya. Pertahanan Ray mulai runtuh. Cairannya terasa menggelitik ingin menyembur keluar dari miliknya. Ray sudah tak kuasa lagi menahannya. Ditahannya kepala perempuan itu dengan kedua tangannya lalu dihentakkannya miliknya ke dalam mulut perempuan itu berkali-kali. Semakin lama gerakan pinggul Ray semakin cepat memburu ejakulasinya yang sudah terasa akan tercapai.
