Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Jalan Bersama

Minggu pagi itu Ray mencuci "Skuti", skuter matik 250 cc warna putih kesayangannya. Disemprotkannya air dengan selang ke sekujur bodi sampai ke celah-celah tersembunyi di bagian roda. Selanjutnya digosoknya semua bagian menggunakan spons yang diberi sampo khusus untuk mencuci kendaraan. Setelah itu disemprotnya lagi semua bagian sampai bersih lalu dikeringkannya dengan lap chamois.

Alya menghampirinya saat Ray menilik semua bagian skuternya untuk memeriksa kalau ada bagian yang masih kotor.

"Dek, entar kamu ikut nemenin Ibu belanja bulanan sama Kakak, ya," pinta Alya.

"Pakai mobil Kakak aja karena Ayah nanti mau pergi," lanjutnya.

"Jam berapa emangnya?" tanya Ray.

"Bentar lagi. Buruan mandi!" perintah Alya. "Atau perlu kakak mandiin lagi?" goda Alya sambil melirik dengan muka nakal pada adiknya.

"Iiihh ... Kakak genit," balas Ray dengan suara pelan.

"Lama-lama aku khilaf juga lihat ulah Kakakku yang genit ini," lanjut Ray lagi. Alya cuma tertawa sambil meninggalkan adiknya.

* * * * *

Ray merangkul ibunya dengan tangan kirinya saat berjalan menuju hipermarket tempat mereka belanja. Alya menggelayut di lengan kanannya.

"Ray, kamu nanti temani kakakmu belanja keperluan dapur. Nanti Ibu mau cari sabun dan deterjen sekalian cari sayur dan daging. Jadi kita berpencar aja. Nanti ketemu di food court, ya!" perintah ibunya pada Ray.

"Baik, Bu." Ray lalu mengambilkan troli untuk ibunya lalu mengambil satu lagi untuk dia dan Alya. Mereka lalu berpencar ke arah berbeda.

Sebentar kemudian Alya sudah sibuk mengambil berbagai keperluan dapur dan memasukkannya ke troli. Ray hanya mendorong troli mengiringi kakaknya berkeliling. Alya kelihatan tangkas dan sudah hapal barang-barang belanjaan yang dicarinya. Satu per satu barang yang diperlukan diambilnya dan dimasukkannya ke troli.

"Beres, Dek," ujar Alya sambil memasukkan sekantung gula pasir ke troli. Alya lalu mengajak adiknya menuju food court untuk menunggu ibu mereka selesai belanja.

"Itu Ibu," ujar Ray sambil menunjuk ke arah ibu mereka yang sedang memilih sayur di kejauhan.

"Biarin ajalah. Ibu biasanya lama. Kita makan aja. Kakak sudah lapar," ajak Alya.

Mereka berdua lalu menuju food court di bagian pinggir masih di dalam hipermarket itu juga. Food court tampak sepi. Hanya ada 3 orang yang duduk makan di sana. Ray dan Alya jadi leluasa memilih tempat di bagian pinggir agar tak jauh dari tempat mereka meletakkan troli belanjaan mereka.

Alya menuliskan pesanan makanan dan minuman yang akan mereka pesan ketika staf food court memberikan daftar menu. Mereka memilih makanan dan minuman ringan dingin.

"Dek, emangnya kamu mimpi apa semalam sampai pake acara memperkosa guling segala?" tanya Alya sambil menunggu pesanan mereka diantar. Alya tersenyum geli ketika ingat perbuatan adiknya tadi subuh.

"Aku mimpi ketemu Ni Galuh," jawab Ray.

"Ni Galuh?" tanya Alya bingung.

"Itu loh, perempuan yang aku ceritakan ada dalam lukisan itu, Kak." Ray mengingatkan kakaknya tentang perempuan yang pernah diceritakannya sebelumnya. Kakaknya baru mengerti siapa yang dimaksud sambil mengangguk-angguk.

"Jadi kamu mimpi bercinta sama perempuan itu?" tanya Alya pelan setengah berbisik.

"Ujungnya sih begitu, tapi lagi enak-enaknya tiba-tiba Kakakku yang menjengkelkan ini membuyarkan kesenanganku," ujar Ray sambil memencet lembut hidung kakaknya.

Melihat ulah adiknya, Alya tertawa kecil. Ray makin gemas ditertawakan kakaknya.

"Tapi kalau sampai basah, itu artinya tuntas dong acaranya," goda Alya.

"Lagipula ‘kan Kakak sudah kasih bonus tambahan?" ujar Alya lagi sambil mengerling ke adiknya.

"Kakak sendiri gimana tadi?" Ray ingin tahu bagaimana tanggapan kakaknya yang dicumbuinya di kamar mandi.

"Ya enak. Kayaknya bakal bikin ketagihan. Siap-siap aja kalo Kakak minta digituin lagi," jawab Alya ringan.

Mereka berdua lalu makan ketika pesanan mereka datang. Masing-masing sibuk dengan makanan dan minuman mereka tanpa ngobrol. Sambil makan, Alya sempat membayangkan kenikmatan yang dirasakannya saat dicumbui adiknya. Itu membuatnya sedikit terangsang.

Ibu mereka datang ketika mereka berdua baru saja selesai makan. Ray lalu menawarkan ibunya untuk ikut makan.

"Kita langsung pulang aja, yuk! Ibu mau langsung masak," ajak ibu mereka.

Mereka lalu beranjak dari duduk dan mengambil troli lalu mendorongnya beriringan menuju kasir.

* * * *

Sore itu cerah. Ray berencana membuat video untuk dijadikan bahan video clip lagu yang komposisinya sudah selesai dibuat. Dia menyiapkan drone yang akan digunakannya untuk membuat aerial cinematic video. Dimasukkannya tiga baterai drone yang sudah selesai dicas ke dalam tas drone. Tak lupa diperiksanya beberapa aksesoris yang dibutuhkannya untuk pengambilan video.

"Adek mau ngapain?" tanya Alya sambil melihat adiknya mempersiapkan perlengkapannya.

"Mau bikin video," jawab Ray sambil mengancingkan ritsleting tas drone yang berbentuk backpack itu.

"Asyik dong. Kakak ikut, ya," rengek Alya.

"Ayo! Sekalian Kakakku yang cantik ini kujadiin modelnya," jawab Ray mantap.

Mendengar jawaban adiknya, Alya kelihatan gembira dan antusias ingin ikut.

"Jadi Kakak pake baju apa dong?" tanya Alya memikirkan dirinya yang akan dijadikan model.

"Pake kasual aja, Kak. Ini temanya kasual kok," jawab Ray.

Alya lalu masuk ke kamarnya untuk bersiap. Ray mempersiapkan helm dan jaket buat dirinya dan kakaknya karena dia akan mengajak kakaknya naik Skuti ke lokasi shooting.

Saat kakaknya sudah selesai bersiap, dipakaikannya jaket dan helm untuk kakaknya. Alya senang dimanjakan oleh adiknya seperti itu.

Lokasi yang akan digunakan untuk pembuatan video adalah sebuah jembatan baru yang membelah sungai besar di kota tempat mereka tinggal. Jembatan itu bentuknya cukup bagus oleh sebab itu Ray memilih lokasi itu. Dari rumah mereka cuma butuh sekitar lima belas menit perjalanan naik sepeda motor.

Ketika mereka sampai di sana, matahari sudah condong ke Barat. Masih sekitar dua jam lagi baru matahari bakal tenggelam, tetapi posisi matahari yang sudah condong itu menimbulkan bayangan dan siluet yang bisa dimanfaatkan untuk membuat video lebih bagus.

Ray mengatur kakaknya untuk berdiri di tepi jembatan dan menghadap sungai. Kemudian drone diterbangkannya turun mendekati permukaan sungai lalu diterbangkannya pelan naik secara vertikal dan muncul di hadapan Alya terus sampai ke puncak jembatan. Setelah itu pada pengambilan kedua, Ray menerbangkan drone secara horizontal dengan moncong drone menghadap ke jembatan. Dia menggunakan teknik terbang lambat untuk mendapatkan kesan sinematis tiga dimensi dengan menonjolkan pergeseran gambar melalui tiang-tiang jembatan terhadap latar belakang jembatan.

"Kak, aku mau ambil adegan romantis sama Kakak." Ray menjelaskan bahwa adegan berikutnya adalah adegan romantis di mana dia saling berpelukan dengan kakaknya lalu video diambil dengan teknik orbit mengelilingi mereka dari ketinggian tertentu di atas mereka berdua. Alya cuma mengikuti arahan adiknya agar berpose berpelukan.

Setelah kakaknya mengerti arahannya, Ray mengatur drone supaya terbang otomatis ke ketinggian tertentu dengan menjadikan posisi mereka berdua sebagai titik pusat lalu drone akan terbang berputar mengelilingi dengan moncong drone menghadap mereka dari atas sambil merekam video.

Selesai melakukan pengaturan, Ray menekan satu tombol di remote control lalu drone mulai terbang sesuai aturan yang sudah disetnya. Ray memeluk kakaknya dalam posisi berhadapan di pinggir jembatan. Setelah selesai drone terbang mengapung di sisi mereka, Ray mengambil remote control untuk mendaratkan drone.

"Dek, Kakak suka dengan adegan barusan. Rasanya kita seperti sepasang kekasih," ujar Alya yang menyukai adegan romantis arahan adiknya. Ray cuma tersenyum.

"Aku ambil beberapa rekaman lagi ya, Kak. Ntar keburu matahari tenggelam."

Ray kembali menerbangkan drone dan mengambil beberapa video dengan berbagai teknik dari berbagai sudut. Alya hanya mengamati adiknya yang tampak asyik melakukan pekerjaannya.

Matahari hampir tenggelam ketika Ray selesai melakukan pengambilan video. Dibereskannya semua perlengkapan kembali dikemas ke dalam tas. Setelah itu, Ray memakaikan jaket ke tubuh kakaknya.

"Dek, andai kamu bukan adikku, Kakak mau menikah dengan Adek," ujar Alya jujur. Ray yang sedang mengancingkan ritsleting jaket kakaknya berhenti sejenak memandang mata indah kakaknya yang berbinar-binar. Pandangan mata itu memancarkan cinta kasih.

"Aku juga pernah berpikiran sama dengan Kakak," balas Ray. Dia lalu memeluk mesra tubuh kakaknya seakan memeluk kekasihnya. Alya memejamkan matanya menikmati keindahan yang dia rasakan dalam perlakuan romantis adiknya.

Semilir angin menerpa rambut Alya dan membuatnya berkibar. Alya masih menikmati peluk hangat adiknya. Perlahan matahari mulai tenggelam membawa serta harapannya yang mungkin takkan pernah bisa diwujudkan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel