Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Semakin Jauh

Hari sudah subuh ketika Alya terbangun. Dia masih ingin bermalas-malas di tempat tidur. Lalu terpikir olehnya untuk pindah ke kamar adiknya. Alya pun keluar kamarnya dan berjalan menuju kamar Ray melalui koridor yang menghubungkan pintu belakang rumah dengan kamarnya.

Pintu kamar Ray terbuka ketika Alya menekan pegangan kunci pintu itu dan mendorongnya. Ditutupkannya kembali pintu kamar itu lalu menguncinya.

Alya tertawa geli sambil menahan suara tawanya ketika melihat Ray sedang tidur telentang sambil menggesek-gesekkan selangkangannya ke bantal guling yang dijepitnya dengan kedua kakinya. Adiknya itu tidur hanya memakai celana dalam saja. Perlahan Alya mengintip selangkangan di balik bantal guling itu pelan-pelan. Dilihatnya celana dalam Ray basah.

"Adek ... adeeek ...," panggil Alya sambil memukul-mukul pangkal pundak adiknya. Ray mulai terbangun dan membuka matanya. Sejenak dia masih mengumpulkan kesadarannya sambil memandangi kakaknya yang duduk di pinggir tempat tidurnya.

"Iiiihh ... adek pasti mimpi jorok, ‘kan? Ayo ngaku," desak Alya berbicara dengan suara pelan. Ray agak bingung dengan apa yang dikatakan kakaknya karena kesadarannya belum benar-benar pulih.

"Tuh ... liat celana dalammu basah," ujar Alya sambil menunjuk ke arah selangkangan adiknya.

Ray tak menjawab. Dipindahkannya bantal guling dari pelukannya ke samping kirinya. Tampaklah celana dalamnya basah di bagian depannya.

"Jorok iiiihh ... ayo bangun! Kakak mandiin." Alya menarik paksa tangan adiknya untuk bangun dari tempat tidur.

Ray mengikuti saja kemauan kakaknya tanpa protes dan mengikutinya ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Alya melepaskan tangannya yang tadi menarik tangan adiknya. Disingkapnya ke atas daster tipisnya lalu meloloskannya melalui kepalanya. Kemudian celana dalam mininya juga dilepaskannya. Dia lalu berbalik untuk memelorotkan celana dalam adiknya lalu menariknya masuk ke kamar mandi. Alya tak sempat memperhatikan milik adiknya yang masih setengah tegang.

Diguyurnya tubuh adiknya dengan pancaran air dari shower. Setelah sekujur tubuh adiknya basah, diambilnya sabun cair dan ditadahnya di telapak tangannya. Tubuh Ray disabuninya seolah dia sedang memandikan adik kecilnya dulu. Ray hanya menuruti kemauan kakaknya.

Alya seakan baru sadar ketika pandangan matanya tertuju pada milik Ray yang mengacung keras.

"Punyamu gede juga, Dek," ujar Alya perlahan. Dia takut suaranya terdengar keluar kamar mandi.

"Kakak lupa kalo aku ini sudah jadi lelaki dewasa?" tanya Ray tanpa membutuhkan jawaban.

Alya cuma diam sambil terus menyabuni tubuh adiknya. Tangannya seakan mengurut milik Ray dengan sabun berulang-ulang.

"Kakaaak ... geliiii ...," protes Ray lirih dengan suara ditahan. Mukanya meringis menahan geli.

Alya tersenyum geli. Pikiran nakalnya muncul untuk mengerjai adiknya. Dipeluknya tubuh adiknya dari belakang lalu tangannya terus mengurut-urut milik adiknya. Tubuh Ray menggelinjang kegelian. Alya tambah menjadi-jadi. Dipeluknya lebih erat tubuh adiknya yang membuat puting buah dada montoknya menegang terjepit di punggung Ray. Gerakan-gerakan Ray yang menggelinjang tak mau berhenti membuat buah dada Alya serasa digosok-gosok punggung Ray yang berlumuran sabun. Darah Alya berdesir merasakan kenikmatan di buah dadanya yang terasa nikmat.

Tangan Alya semakin gencar mengurut milik adiknya. Keisengan yang semula dilakukannya untuk mengerjai adiknya kemudian berubah jadi sensasi yang tanggung untuk dihentikan. Sensasi berahi yang menuntut untuk dituntaskan.

"Iiiiihhhh ... Kakaaaak. Aku sudah gak tahan," desah Ray tertahan. Alya malah mempercepat kocokannya di milik adiknya.

Ray mencapai klimaksnya. Sperma menyemprot ke dinding kamar mandi di depannya berkali-kali. Alya menggenggam keras milik adiknya sambil mengurutnya perlahan.

"Enak?" tanya Alya berbisik di telinga adiknya. Ray tak menjawab. Dia hanya mengangguk sambil menikmati sisa sensasi yang baru saja dirasakannya.

"Dek, punya kakak jadi kedutan gara-gara ngocokin punyamu," bisik Alya lagi ke telinga adiknya. Ray tak juga menjawab. Dilepaskannya pelukan kakaknya lalu berpindah ke belakang tubuh kakaknya. Kemudian, gantian dipeluknya tubuh kakaknya dari belakang.

Ray memberanikan diri memulai aksinya terhadap kakaknya. Diremas-remasnya lembut buah dada montok kakaknya dengan tangan kirinya. Buah dada itu terasa licin setelah terkena busa sabun dari punggungnya tadi. Tangan kanannya perlahan menelusuri perut mulus kakaknya turun ke bawah. Jari tengahnya digesek-gesekkannya dibelahan milik kakaknya yang masih tertutup rapat.

Alya pasrah dengan perlakuan adiknya. Disandarkannya kepalanya di dada adiknya dengan dagunya sedikit terangkat ke atas. Tubuhnya terasa bergetar saat jari adiknya bermain di celah miliknya yang sudah basah.

Desahan-desahan tertahan keluar dari mulut Alya yang terbuka.

Alya menggelinjang-gelinjang saat ujung jari Ray bermain di pusat sensitifnya.

"Adeeek ... di situ enaaak," desahnya pelan agar suaranya tak terdengar keluar kamar mandi.

Ray terus fokus di pusat sensitif kakaknya sambil meremas-remas buah dada kakaknya. Saat desahan kakaknya terdengar lebih keras, ditutupnya mulut kakaknya dengan mulutnya. Mereka lalu saling lumat bibir dengan bernafsu.

Lenguhan Alya tertahan mulut Ray yang menutup mulutnya. Pinggulnya bergoyang-goyang liar. Tubuhnya mengejang saat klimaksnya tercapai.

"Adek ... enak banget. Kakak bisa ketagihan kalo gini," bisik Alya di telinga adiknya ketika mulutnya sudah bebas dari sergapan mulut Ray.

Ray senang bisa membuat kakaknya puas namun terlintas dalam pikirannya rasa khawatir kalau kakaknya jadi ketagihan.

Mereka melanjutkan mandi dengan saling menyabuni tubuh masing-masing dengan penuh rasa sayang. Rasa sayang yang selama ini mereka miliki yang sejak itu dibumbui dengan nafsu berahi.

Setelah mandi, mereka berpakaian lagi lalu kembali tiduran di tempat tidur. Hari masih terlalu pagi dan mereka masih mau menikmati kebersamaan di tempat tidur.

"Dek, selama ini Kakak gak pernah nyentuh tonjolan punya kakak." Alya membuka pembicaraan ketika tubuhnya tengah tiduran memeluk adiknya.

"Kalo Kakak lagi bersih-bersih di seputar punya Kakak, Kakak ngerasa biasa aja. Paling juga ada rasa geli-geli sedikit," lanjut Alya. Ray cuma mendengarkan kakaknya ngomong.

"Tadi waktu Adek mainin punya Kakak, pas bagian tonjolannya itu rasanya gila banget, Dek." Alya sampai merinding mengingat lagi apa yang dilakukan adiknya barusan.

"Emang rasanya gimana?" tanya Ray penasaran.

"Kakak gak bisa jelasin gimana rasanya, tapi badan Kakak rasanya sudah gak nginjak lantai. Rasanya Kakak setengah sadar, tapi rasanya enak banget." Alya berusaha menjelaskan apa yang dirasakannya.

"Kalo dimainin sama jari aja rasanya enak gila gitu, gimana kalo dimasukin punya lelaki ya, Dek?" tanya Alya penasaran. Dia membayangkan organ keras adiknya mengocok dan mengaduk-aduk miliknya. Pikiran itu membuat miliknya berkedut-kedut.

"Sudaaaah ... entar Kakak malah pingin main," cegah Ray.

"Wiiih ... pasti enak kalo punya Kakak dimasukin." Bukannya berhenti, fantasi nakal Alya semakin liar. Rasa penasaran akan kenikmatan bersetubuh membuat Alya semakin terangsang.

Posisi tidur Alya memeluk adiknya dari samping dengan kepala disandarkan ke dada adiknya. Tangan kirinya melintasi badan Ray dan memeluk bawah ketiaknya. Buah dada montoknya menekan badan Ray. Kaki kirinya masuk di antara kedua paha adiknya. Selangkangan Alya berada di paha kiri adiknya.

Fantasi liar Alya membuatnya butuh pelampiasan. Digesek-gesekkannya miliknya yang terbungkus celana dalam mininya ke paha adiknya. Pinggulnya bergoyang-goyang erotis. Ray merasa kakaknya mulai bernafsu lagi. Dibiarkannya kakaknya menyalurkan hasratnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel