#####Bab 2
Kembali dengan Lana yang sedari tadi mencuri lirikan mata dengan Reno yang begitu fokus dengan data skripsi peserta yang ikut hari ini. Hal itu membuat Sean pun sedikit berpikiran negatif dengan apa yang di lakukan Lana saat ini.
"Hey…"tegur Sean sedikit berdeham yang membuat mereka para most wanted itu sadar jika ia sedang di perhatikan secara detail oleh seluruh mahasiswa universitas gading raya dengan penuh antusias mereka semuanya.
"Ah-ha… ya Sean. Ops, maaf kalo gue terlalu bikin kalian jadi pusat perhatian seluruh mahasiswa"jawab Lana dengan merendahkan nada suaranya.
"It's oke, no problem"jawab Sean seadanya jawaban yang terlintas di pikirannya.
"Oh, ya, Sean..."timpal Lana dengan jawaban yang sama.
Kembali posisi Lana yang saat ini sedang menyerahkan beberapa formulir pendaftaran yang telah diisi dengan teliti, lalu ia memberikan formulir itu kepada Sean. Setelah dicek beberapa saat, lalu Sean pun menyerahkan beberapa formulir itu kepada Reno sang ketua yang sedari menatap Sean dengan tatapan intimidasi. Beberapa saat kemudian, Reno pun memeriksa formulir itu secara bergantian. Lalu hal di luar nalar pun terjadi.
Brakkk...
Slasss...
"Ehh, Lo! Apa lo nggak ngaca bangsat! Kenapa make lo brosur ini untuk masuk event bangsat? Ini semua nggak ada gunanya. Seharusnya yang lo tulis ini! Lo buat online dan kirim dari email lo bangsat!"bentak Reno dengan suara bariton ketua most wanted universitas UGR sambil melempar kertas yang di sebelumnya ada di tangan Lana beberapa detik yang lalu dan kini semua kertas itu terbuang tepat di depan wajahnya.
Saat itu juga, Lana diperlakukan secara tak pantas oleh ketua most wanted itu secara langsung, hal itu pun disaksikan oleh seluruh mahasiswa yang berada di lantai dua saat ini yang begitu miris melihat nasib dirinya saat ini.
"Sudah, Cukup Ren. Beh lo parah bener bikin anak orang ketakutan njirr"ujar Kenzo seraya melirik ke arah Lana yang begitu ketakutan melihat para most wanted yang saat ini tengah marah di depan perempuan secara langsung.
"Ow-i-tu sa-ya minta maaf karena nggak baca peraturan"jawab Lana sambil menundukkan kepala serta menyembunyikan tangan kecilnya di dalam saku celana.
"Ehh, lo jangan galak-galak sama anak orang njirr! Nanti kita yang digiring ke polisi!!!"celetuk Marvel sambil menoleh ke arah Lana dan tersenyum manis ke arahnya.
"Eh lo yang sabar ya, menghadapi si Moreno yang lagi pms tingkat akut kayak gini dan gue atas nama Reno pribadi minta maaf, ya"ucap Sean sambil ikut membantu Lana mengambil beberapa formulir yang berantakan.
"Oh, ya, tidak apa-apa. Karena memang gue nggak tahu peraturan"sahut Lana sambil berdiri dan membawa beberapa formulir yang dibuang begitu saja oleh ketua most wanted beberapa saat yang lalu.
"Ya sudah kamu ja-"
"Ya gue nggak kecewa kok, karena memang gue gagap informasi tentang event ulang tahun sekolah tahun ini. Kalau begitu saya permisi" potong Lana mempertahankan senyum getir menahan tangis yang sejak tadi ingin memberontak keluar untuk meluapkan kekesalan dan kekecewaan yang ia dapat saat kuliah seperti ini.
Dengan langkah tenang, Lana pamit sambil menundukkan kepala sejenak, lalu berjalan tetapi sedikit berlari ke arah lift untuk naik ke lantai atas untuk menenangkan diri beberapa saat serta menghilangkan ingatan penghinaan yang terjadi beberapa menit sebelumnya.
Sesampainya di dalam lift, ia pun mulai merasakan denyut hati yang begitu terisak akibat perlakuan buruk yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan tangan yang masih bergetar menahan tangis yang cukup dalam, Lana pun menekan tombol lift lantai empat yang berhubungan langsung dengan saung santai yang berada di lantai empat. Hal keji itu masih membekas di ingatan Lana bagaimana dirinya diperlakukan tak pantas di seluruh hadapan mahasiswa yang membuat sungguh miris meratapi nasib hidupnya.
"Harapanku hanya ingin bersamamu seperti dunia khayalanku. Drama partner, Morenoku…"
Seiring lift berjalan, saat itu juga, ia menumpahkan rasa sesak sedari tadi menggerogoti pikiran yang terekam teramat jelas bagaimana perlakuan Reno terhadap dirinya.
"Hiks… lo jahat ke gue Ren, lo benar-benar laki-laki terjahat yang gue temui hiks…"meraung Lana sejadi-jadinya seraya berpegangan dengan pegangan lift dengan erat.
"Gue bakal bikin lo nyesel Ren, gue harus buat lo jatuh cinta sama gue"gumam Lana sambil tersenyum sirik.
Tak lama berselang, lift pun berhenti di lantai empat lalu pintu lift terbuka lebar. Dengan langkah gontai, Lana keluar dari lift terbuka itu. Kemudian, ia melihat sekeliling universitas lantai atas untuk mencari tempat saung yang teduh untuk beristirahat. Setelah menemukan tempat saung yang pas, ia langsung kembali melangkahkan kedua kakinya yang begitu lemas untuk berjalan pelan mendekati saung di sebelah kiri dekat tiang kokoh gudang.
Beberapa saat berjalan, ia sudah di depan saung santai dan ia pun dengan cepat merebahkan tubuhnya yang sedari tadi sudah merasakan lelah yang begitu sakit seluruh tubuh rampingnya.
Waktu terus berputar, hingga tak terasa waktu nyaman tidur Lana pun berakhir. Jam alarm ponsel berbunyi nyaring sehingga hal itu mengganggu jam tidur saat ini.
"Ahhh,,,, ehhmmm… gue tidur terlalu lama ya, hoammm"gumam Lana seraya menguap sambil menyandarkan badannya di tiang saung santai.
Saat Lana ingin memejamkan mata dan melupakan hal yang sebelumnya. Seketika, ia dikejutkan dengan para mahasiswa yang melihat para most wanted berada di lantai empat. Dengan spontan mereka berteriak histeris karena melihat idola mereka datang secara tiba-tiba disaat para mahasiswa perempuan melihat para cogan dari jarak sedekat ini.
"Aaaaa… Renoku…"
"My Love Seanku.."
"My suamiku Marvelku…"
"My sweetyku Kenzoku…"
Dengan tegas, para most pun melihat mereka tatapan serius. Seketika, suara teriakan berhenti tak ada satu suara pun dari mulut mereka para penggemar mereka masing-masing.
"Wah… sampai langsung berhenti, apa tatapanku menakutkan kalian"celetuk Marvel dengan rayuan cap playboynya. Seketika itu juga apa yang terjadi…
"Aaaaa… omg, meleyot aku sayang!!"jawab seluruh mahasiswa universitas yang hampir bersamaan.
Hal itu mendapatkan sorotan tatapan dari Sean Jovanka sebagai tangan Reno saat ini.
"Ehh nyai dasimah. Kenapa lo cosplay jadi playboy, woy?"tanya Sean sambil melihat sekeliling saung lantai atas dengan tatapan intimidasi.
"Lah 'kan gue cuman mengkasihani mereka, njirr"jawab Marvel tanpa beban. Seketika itu juga Kenzo merasa jengah, dengan spontan Kenzo menggeplak kepala belakang Marvel cukup hingga teriakan histeris kembali terdengar.
Plak…
Anjirrr…
Aaaa jangan kasar abang…
Hal itu langsung mendapat tatapan tajam dari Marvel. Tetapi si pelaku menggeplak justru malah menganggap itu semua angin lalu.
"Bangsat! Gue cuman bercanda njirr. Biar nggak sepi doank lantai atas"geram Marvel hingga wajahnya berubah jadi berwarna merah padam akibat menahan emosi yang sudah hampir meledak.
"Beh, lo mah, memang cocok jadi buaya darat, njirr!"Ujar Kenzo santai dan hal itu terus diperhatikan oleh seluruh mahasiswa ugr saat ini.
"Bangsa-at…"
"Sudah, Vel, lo jangan banyak cosplay mending lo cari duduk buat kita sekarang."ucap Reno suara bariton yang membuat seluruh jantung para mahasiswa berdebar kencang.
