

BAB. 9 PAPI DAN MAMI
Kenapa, Kak?" Tanya Tari lagi.
"Enghh Kak Caca cuma ingat Ayah Kakak, kalau kita lagi kumpul makan, duduknya juga pasti di kepala meja."
"Ayah Kak Caca sama ya tuanya sama Papi?" Tari menatap wajah Salsa.
"Heeh ... ooh, iya, lebih tua sedikit," jawab Salsa, membuat kening Surya jadi berkerut.
'Masa iya aku sama tua dengan ayahnya, yang benar saja!' Geram Surya di dalam hatinya.
"Oh, Kak Caca panggil Papi saja sama papinya Tari, jangan Om. Tari adiknya Kak Caca sekarang, Kak Caca lebih cocok jadi kakaknya Tari, apa jadi maminya Tari ya. Ehmmm ... kalau Kak Caca jadi Mami Tari, berarti harus jadi istri Papi dulu dong ya, Kak Caca mau nggak nikah sama papinya Tari?" tanya Tari mengejutkan Salsa, dan Surya.
"Haah!" Surya, dan Salsa sama-sama melayangkan pandangan mereka pada Tari, yang dipandang tengah menunduk, menyuap makanannya dengan santai, seakan apa yang baru diucapkan, bukanlah sesuatu yang serius saja. Lalu mereka saling tatap, Caca mencibirkan bibir ke arah Surya. Surya melotot ke arahnya.
"Papi juga harus panggil Kak Caca Sayang, seperti Papi biasa panggil Tari, Tari seneeeng banget punya kakak seperti Kak Caca. Apa lagi kalau Kak Caca mau jadi maminya Tari, ehmm ... senangnya berlipat ganda deh!" celoteh Tari, dengan mulut yang masih berisi makanan.
Mendengar celotehan Tari, Surya, dan Salsa sama-sama jadi tersedak makanan mereka. Cepat keduanya meneguk minuman mereka.
'Gue disuruh manggil dia Papi, dan dia disuruh manggil gue, Sayang. Iisshh, ogah banget, gue, jangan sampai deh, gue punya laki kaya dia, playboy, penjahat kelamin, Om mesum, cih!' batin Salsa.
"Ayo dong, Kak Caca, panggil Papi, sama Papi nya Tari!" desak Tari.
"Engh ... nanti saja ya, Sayang, sekarang Tari habiskan sarapan, nanti telat ke sekolah." Salsa berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Oke!" Tari mengacungkan satu jempolnya.
Surya bernafas lega, karena anaknya berhenti meminta yang aneh-aneh kepadanya.
'Memanggil gadis sadis ini dengan sayang!? Haahh! Lebih baik bibirku jontor, dari pada harus memanggilnya Sayang. Apa lagi menjadikan dia istri! Beuuhhh ... lebih baik aku tetap menduda sepanjang sisa hidupku, dari pada punya istri sadis seperti dia,' gumam Surya di dalam hatinya.
Tanpa sadar, tatapan mata Surya, dan Salsa kembali bertemu, tapi keduanya langsung membuang pandangan mereka.
--
Sudah tiga hari Salsa menemani Tari ke sekolah, ia sengaja mengantar Tari dengan mobilnya sendiri, agar orang suruhan Mami Tari tidak mengenali mobil yang membawa Tari.
Salsa masih menuggu Tari di depan pagar sekolah, ia duduk di dalam mobil sambil menikmati suara Judika, yang menurutnya super keren.
Saat jam di pergelangan tangannya menunjukan waktu Tari pulang, Salsa segera turun dari mobil, dan bergegas menuju gerbang sekolah. Tapi langkahnya terhenti, saat melihat dua orang yang pernah dilihatnya ingin membawa Tari waktu itu.
Mereka bersama seorang wanita cantik, yang dandanannya seperti selebritis saja.
'Jangan-jangan ini Maminya Tari' batin Salsa curiga.
Ditatap wajah wanita cantik itu.
'Tinggi dengan tubuh berlekuk.
Kulitnya putih terang.
Rambutnya dipotong sebahu.
Hidungnya mancung.
Bibirnya tebal, dan seksi bentuknya.
Matanya lebar, dengan alis yang di sulam indah di atas matanya.
Dadanya, huuuhh ... dengan dress coklat susu yang ngepas di badan begitu, membuat bodynya terlihat bagai gitar spanyol. Tidak salah, kalau Papi Tari belum bisa move on dari dia, cantiknya bak bidadari begini. Gue yang cewek saja terpesona, apa lagi kaum Adam, pasti pada ngiler melihatnya,' batin Salsa, yang tengah mengagumi kecantikan wanita yang berdiri tidak jauh darinya.
Saat dua orang pria kekar itu menatapnya, Salsa menurunkan topi yang dikenakannya, agar dua orang pria itu tidak bisa langsung mengenalinya.
Terlihat Tari berlari kecil bersama beberapa orang temannya, tapi langkahnya terhenti, saat matanya menatap ke arah wanita cantik nan modis itu.
"Mami ...."
"Tari!" Wanita itu berdiri dengan tangan terbuka, berharap Tari memeluknya, tapi Tari justru berlari ke arah Salsa, yang berdiri tidak jauh di samping kanan wanita itu.
"Kak Caca, kita pulang sekarang ya," pinta Tari dengan nada cemas.
"Tari!" Wanita itu memanggil Tari, seraya melangkah mendekati Salsa, dan Tari.
"Dia siapa?" Tanya Salsa, meski ia yakin wanita itu Mami Tari, tapi ia ingin memastikan saja.
"Hallo, kenalkan, saya Dewi Viska, maminya Tari, adik ini siapa ya?" Tanya Dewi pada Salsa.
"Ini Mami baru Tari, namanya Mami Caca!" sahut Tari lantang, bukan cuma Dewi yang terkejut dengan jawaban Tari, tapi Salsa juga.
"Benar kamu Mami baru Tari? Kamu sudah nikah dengan Mas Surya? Kenapa saya tidak di beri tahu?" Tanya Dewi beruntun pada Salsa.
"Mami kira Tari bohong ya? Papi memang belum nikah sama Kak, eeh ... Mami Caca, tapi sebentar lagi mereka mau nikah kok, dan Mami tidak akan diundang nanti!" kembali Tari yang menjawab pertanyaan maminya.
"Maaf, bisa saya minta waktu sebentar bicara dengan Tari," mohon Dewi.
"Tari nggak mau bicara sama Mami Dewi, Mami nggak sayang sama Tari, Mami cuma pura-pura sayang sama Tari!" Tari bersembunyi di balik tubuh Caca.
"Mami sayang sama kamu, Nak, karena itu Mami ingin kamu ikut dengan Mami."
"Enggak mau, enggak mau. Kita pulang sekarang, Kak Caca. Tari nggak mau ikut Mami!" Tari menangis sambil memegang lengan Salsa.
**BERSAMBUNG**
