BAB. 10 CALON MAMI TARI
"Maaf, Tante, saya kira sebaiknya Tante datang ke rumah Papi Tari saja. Kalau niat Tante memang baik, minta ijin langsung, dan bicarakan baik-baik dengan Papi Tari soal keinginan Tante, jangan dengan cara seperti ini," kata Salsa memberikan sarannya.
"Saya tidak butuh saranmu, saya lebih tua, dan lebih tahu Mas Surya dibandingkan kamu."
Sikap baik yang tadi ditunjukan Dewi, tiba-tiba bisa berubah jadi sinis pada Salsa.
"Saya tahu, Tante, tapi ...."
"Jujur saja ya, saya tidak mengerti kenapa Mas Surya bisa tertarik untuk menikahi gadis ABG seperti kamu. Saya rasa kamu tamat SMU saja belum. Saya juga tidak bisa memahami, bagaimana bisa orang tuamu, mengijinkan kamu menjalin hubungan, dengan pria yang usianya jauh di atas usiamu. Oh, apa jangan-jangan orang tuamu matre ya, melihat harta Surya yang ...."
"Stop, Tante! Cukup opini Tante tentang saya, dan orang tua saya. Sekarang saya tahu, kenapa Tari menolak pergi dengan anda! Ayo Tari kita pulang sekarang." Salsa segera membawa Tari menjauhi maminya.
Gigi Salsa menggerutuk, menahan amarah yang sudah berada di puncak kepala.
'Bagaimana bisa, Papi Tari tidak bisa move on dari wanita seperti itu, apakah dia pria yang mendewakan kecantikan? Hahh mungkin begitulah kenyataannya, dasar pria hidung belang! Om mesum!' maki Salsa di dalam hatinya.
"Kita ke kantor Papi dulu ya, Kak Caca. Eeh ... tapi beli makan siang dulu untuk kita, dan Papi," pinta Tari, Salsa menganggukan kepala.
"Sayang, tadi kenapa bilang sama Mami, kalau Kak Caca bakal nikah sama Papimu?"
"Biar Mami nggak gangguin Tari sama Papi lagi!"
"Maksudnya?"
"Mami kan bilang ke Papi, alasannya ingin Tari ikut Mami itu, biar Tari punya Mami, dan Papi yang tinggal satu rumah. Mami sudah punya suami, kalau Papi kan belum nikah lagi."
"Tapi nanti Mamimu pasti tahu, kalau kamu sudah bohong. Mamimu pasti langsung telpon Papimu."
"Tari pinjem telpon Kak Caca dong, mau telpon Papi."
"Tapi Kak Caca nggak punya nomer Papimu."
"Tari hapal kok nomernya."
Salsa meminta Tari mengambil ponselnya, yang ada di dalam tas miliknya.
Tari menelpon papinya, awalnya Surya bingung dengan nomer tanpa nama yang memanggilnya, tapi dijawab juga akhirnya.
Tari menceritakan pertemuan dengan maminya, pada Surya.
"Apa, Tari bilang ke Mami kalau Kak Caca calon istri Papi!?" Surya mengetuk meja sambil berucap amit-amit, jangan sampai punya istri sesadis Salsa.
"Iya!"
"Kenapa!?"
Tari menjawab, seperti jawaban yang diberikannya pada Salsa tadi.
Surya terduduk di kursi kerjanya, dengan punggung bersandar di sandaran kursi, setelah Tari menyudahi pembicaraan mereka.
'Hhhh gadis sadis itu, baru beberapa hari masuk dalam kehidupan kami, tapi efek yang dia timbulkan, sudah membuat aku jadi gelagapan. Hhhhh ... Tari, kenapa bilang kalau dia calon Mamimu! Cewek Papi banyak yang lebih cantik dari dia, tapi tidak satupun yang kamu sukai. Lantas kenapa gadis sadis itu, yang ingin kamu jadikan Mamimu, Tariii ... kamu di sogok apa sama dia!? Kamu dikasih makan apa sama dia!? Huhhh ....' Surya menghempaskan nafasnya kesal. Perasaannya semakin kesal, saat teringat apa yang sudah dilakukan Salsa pada dirinya.
'Awasss kau gadis sadis! Suatu hari kamu akan membayar apa yang sudah kamu lakukan kepadaku!'
Braakk!!
Surya terlonjak bangun dari duduk, karena Dewi Viska, mantan istrinya, tengah berdiri di hadapannya.
"Dewi!"
"Katakan padaku, kenapa Mas ingin menikah tanpa memberitahuku!"
"Untuk apa memberitahumu?" Sahut Surya terdengar sinis.
"Itu penting bagiku, karena menyangkut kehidupan Tari anakku!"
"Oh ya, lalu bagaimana dengan dirimu sendiri, yang menikah tanpa memberitahuku juga?" Tantang Surya.
"Itu berbeda!"
"Apanya yang berbeda, bukankan Ayah tiri Tari juga akan penting bagi kehidupannya. Apa lagi sekarang, kamu bermaksud membawa Tari untuk tinggal bersamamu."
"Aku jamin, suamiku pria baik-baik, dia akan menyayangi Tari seperti anaknya sendiri!"
"Oh ya, kalau begitu, akupun juga menjamin, kalau istriku gadis baik-baik, yang akan mampu menjadi Ibu yang baik bagi Tari!"
"Gadis baik-baik! Kamu tidak lihat pakaiannya? Jaket kulit, celana sobek ..."
"Don't judge a book by its cover, pernah dengar'kan? Tahu artinya'kan? Lihatlah dirimu, tampilanmu, apakah kamu sudah jadi Mami yang baik bagi Tari?"
"Aku tidak bisa menunjukan itu, karena kamu tidak memberiku kesempatan, Mas!"
"Aku sudah memberimu kesempatan, tapi kamu menolaknya mentah-mentah, Dewi!"
"Jangan alihkan pembicaraan, kita sedang membicarakan calon ...."
"Papi!"
Suara panggilan Tari memotong ucapan Dewi.
Tari mencium kedua pipi papinya, Surya juga mencium kedua pipi Tari.
"Hallo, Sayang!" Surya menarik lengan Salsa, dan mengecup kedua pipi Salsa, seakan ia sudah biasa melakukannya.
Salsa yang tidak menyangka diperlakukan seperti itu, membatu sesaat di tempatnya, tapi saat berikutnya, ia hampir mengeluarkan jurusnya untuk memberi Surya bogem mentah, andai Tari tidak memegang tangannya.
Salsa berusaha meredakan emosinya, ia tahu saat ini waktunya ia harus ikut bersandiwara.
'Demi Tari' batinnya.
***BERSAMBUNG***
