Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 9

Manda bahkan sudah tidak yakin akan keteguha hati suaminya, sebabg saat hanya melihat Wina mengacak pinggangnya untuk memaksanya mengantar segelas susu itu pun Ruly tidak bisa memberi alasan untuk menolak.

Mungkin kecurigaan Manda memang sungguh beralasan, sebab ini sudah dua jam Ruly berada dalam kamar wanita penjual rahim itu, Jika hanya paksaan dari sang ibu, mengapa lama? Manda pun mengganti pakaian dan meraih kunci mobil lalu memilih pergi dari rumah sekedar untuk membuang strees akan permasalahan yang dia hadapi.

Padahal yang terjadi tidaklah seperti pikiran Manda, Ruly tidak berniat lama di sana, tapi saat susu yang dia bawa di letakkan di atas meja, Ruly sudah segera beranjak pergi, namun pintu kamar itu dikunci dari luar, belum lagi matanya yang tertuju pada atasan piyama yang Anisa pakai menampakkan perut buncit yang selama ini sangat ingin dia raba, dia elus dan dia ajak ngobrol dalam waktu yang tidak sebentar.

Ruly mendekat tepian ranjang, Bagai orang yang kehilangan akal sehat, Sungguh memulai komunikasi dengan baik pada calon penerus nama besar keluarganya, Awalnya hanya pelan, tapi lama kelamaan tangan itu semakin nyasar saja tidak hanya di permukaan kulit perut tapi kadang ke bagian atas bahkan sampai terkurung di bagian bawah, menyelinap bahkan lengket di pangkal paha Anisa yang secara alamiah semakin melembab karena ulahnya.

"Aku tahu ini melanggar perjanjian kita, Tetapi, ini adalah satu-satunya jalan yang bisa kulakukan agar anakku memiliki ikatan batin denganku sebagai ayah kandungnya" ucap Ruly sebelum benar-benar melakukan sesuatu yangtentu akan menghasilkan enzim endorphin seperti saran dokter kandungan pada mereka.

"Ahh,…ini tidak benar" sergah Anisa yang terbangun karena tangan yang membuat bagian tubuhnya melembab di bawah sana, saat ia tadi tertidur dan bermimpi sangat indah, Antara sadar dan tidak, ia merasakan rabaan lembut di perutnya lalu terasa nyaman di bagian dadanya seperti sedang dipijat-pijat tetapi anehnya justru lebih lama dibagian bawahnya yang ia rasa semakin basah dan terasa nyata.

Anisa duduk memperbaiki atasan piyama yang bahkan terlihat sudah tak terkancing semua, yang tersisa hanya kain melintang menutupi dadanya yang terlihat makin penuh karena pengaruh hormone kehamilannya.

"Maaf…ya aku tahu ini salah, Aku hanya ingin memastikan jika asupan gizi calon anakku cukup di dalam kandungan" wajah Ruly memerah menahan sesuatu, Ia adalah pria dewasa yang normal. Bukankah ia sendiri yang berkata bahkan orang gila di luar sana pun bisa hamil jika memang disetubuhi, Lalu apa bedanya dia dengan orang tidak waras di luar sana, Saat melihat pemandangan yang baginya begitu eksotis, seolah memanggil nalurinya untuk melakukan hal yang wajar.

"Cukuplah ibumu memperlakukan dengan sangat baik selama mengandung, Sebab semua menu makanan sehat yang beliau sajikan setiap hari untukku, Jika hanya kecukupan gizi yang ingin kamu pastikan pada calon anakmu ini, tapi tolong janganlah juga, kamu pun memberikan hal lebih dari kecukupan lahiriahku, Aku tak pantas menerimanya" Anisa mengatakan hal itu dengan begitu sendu.

Bagaimanapun, Anisa berlatar baik, Dia bukan wanita penjual diri seperti kebanyakan wanita di klub malam, Ia murni hanya sebagai seorang korbang dan hutang suaminya yang bahkan kini dengan beraninya membawa anak mereka pergi.

Anisa masih dapat berpikir lurus, sadar jika uang 200 juta sunggu telah dia dapatkan dari Ruly, Kini ia bahkan telah hamil sesuai permintaan sang empunya uang, Masakan dia lari begitu saja untuk mengakhir kesepakatannya dengan Ruly perihal keinginannya untuk memiliki buah hati, Anisa bukan tipe kacang lupa kulitnya, Kini ia bahkan sudah menjadi kaya setelah rahimnya terisi janin, tapi itu bukan alasan untuk benar-benar pergi dan mengingkari semuanya"

"Gizi baik saja tidak cukup untuk membuat anakku sehat" Entah apa yang merasuki Ruly, Sehingga malam itu, sorot matanya terlihat sangat begitu menggairahkan. Perut yang tidak rata, dada padat berisi di balik kain bercup itu yang sungguh indah dimata Ruly, Tidak jika hanya dengan matanya ia melihat, itu tidak masalah, tidak akan mengundang sesuatu yang membuatnya menuntut untuk lebih.

Justru tangan yang terkurung dalam segitiga dibawah tadi yang mampu membangunkan benda miliknya yang seperti merindukan tempat bermuara bahkan pernah sebelumnya dia rasakan.

"Tidak tuan Ruly,…ini tidak benar. Kita sunggu sudah melanggar isi perjanjian yang kita sepakati bersama" tolak Anisa berusaha menjauhkan diri dari pelukan Ruly yang ia rasa semakin dekat bahkan melekat, Ruly secara tak sengaja mengingatkan jika, mereka pantas melanggar kesepakatan.

"Permisi..aku hanya ingin menyapa calon buah hatiku" Kalimat terakhir Ruly sebelu ia melucuti semua pakaian yang menempel ditubuh Anisa, setelah ia berhasil membuat tubuh Anisa tidak tertutup sehelai benang sama sekali.

Perlahan Manda semakin merasa tersingkir sebagai istri Ruly yang sesungguhnya. Ia tahu berjuta kali suaminya meyakinkan dirinya bahwa Mandalah wanita yang paling dia cintai, tapi apa yang terjadi didalam kamar, saat suaminya hanya berdua saja dengan seorang wanita hamil dan kehamilan terjadi oleh perbuatan Ruly.

"Malam ini, kamu tidur lagi dengannya?' Tanya Manda lirih pada suami yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Tidak"

"bohong…seperti tadi malam kan? Kamu bahkan tidak masuk ke kamar kita untuk tidur bersamaku" tebak Manda dengan nada meninggi

"Semalam aku tidak tidur dikamar ini, bukan karena tidur bersamanya juga, Aku diruang kerja" Jawab Ruly cuek sambil memilih pakaian yang akan dia pakai, Benar saja, setelah ia bergumul dengan Anisa semalam, Ruly sungguh merasa bersalah pada Manda. Sehingga memilih tidak tidur dikamar mereka, melainkan memilih ruang kerja untuknya melepas penat sampai pagi datang.

"Kamu yakin tidak sedang membohongiku, sayang?" Manda melunak, tau kelemahan suaminya adalah kelembutan dan air mata.

"Sayang…jangan pernah sudutkan aku dengan semua tuduhanmu, Aku hanya minta kesabaranmu, sebentaar saja, Manda Percayalah ini hanya sementara, Tunggulah sampai anakku lahir, Selanjutnya kita akan bahagia, rumah tangga kita sempurna dengan suara tangisan bayi, darahdagingku" Ruly sudah berlutut di depan kaki Manda yang duduk ditepian ranjang.

"Aku percaya kamu, sayang. Tapi cemburuku berlebihan, aku gila membayangkan apa yang kalian berdua lakukan saat berdua di kamar tertutup itu, Kamu mencumbunya..?" masih saja Manda menuduh Ruly menyentuh Anisa.

Ruly tak bergeming, Tak mungkin dia mengakui dia dan Anisa sudah melanggar is perjanjian yang sudah mereka sepakati bersama. Naluri kelelakian Ruly tersulut, saat di awal hanya ingin menyapa anaknya dengan mengelus permukaan kulit Anisa.

Anisa manusia biasa, tubuhnya berkhianat pada hatinya, Tangan Anisa yang akhirnya ikut membawa elusan diperutnya sukses nyasar ke tempat lain, pada lembah ngarai yang tiba-tiba lembab, ingin dijelajahi dengan benda lain.

Bagaimana kelanjutan keseruan cerita ini ?

Nantikan di bab selanjutnya….

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel