Bab-4 Baca sekarang !!
Rael Azraq tidak pernah gagal. Tapi kali ini, dia salah perhitungan.
Malam itu seharusnya menjadi malam terakhir bagi Veyla Noir. Namun, dengan bom yang meledak dan pasukan bersenjata lengkap yang muncul entah dari mana, Rael menyadari bahwa dia bukanlah pemburu dalam misi ini. Dia adalah target.
Darah menetes dari pelipisnya, efek dari ledakan yang hampir membuatnya terbunuh. Tapi yang lebih mengganggunya adalah fakta bahwa Veyla Noir lenyap di tengah kekacauan itu seolah dia tahu segalanya akan terjadi.
Rael berlari melewati gang-gang sempit distrik bawah tanah Tokyo, langkahnya ringan namun cepat. Helikopter mulai meraung di atas kepala, sirene berkedip-kedip, bayangan penyerang masih memburunya. Dia tidak boleh tertangkap. Bukan malam ini.
Dengan gerakan cekatan, dia memanjat dinding beton, berpegangan pada pipa yang menjulur dari salah satu gedung tua, lalu menghilang di balik jendela pecah di lantai tiga. Nafasnya memburu, otaknya berputar cepat.
Siapa sebenarnya Veyla Noir?
Kliennya mengatakan dia adalah mantan dokter penelitian yang tewas dalam kebakaran dua tahun lalu. Namun, jika benar dia sudah mati, maka siapa wanita yang baru saja dia incar? Dan mengapa ada sepasukan pembunuh profesional yang siap menghabisinya begitu dia menarik pelatuk?
Rael mengeluarkan ponselnya, mengetik cepat di perangkat yang telah dienkripsinya sendiri. Hanya ada satu orang yang bisa membantunya saat ini.
Shadow: Aku butuh informasi tentang Veyla Noir. Sekarang.
Pesan terkirim, dan dalam hitungan detik, balasan masuk.
Shadow: Kau sudah bermain dengan api, Rael.
Rael: Aku hampir mati. Aku butuh jawaban.
Hening beberapa saat sebelum jawaban berikutnya muncul.
Shadow: Veyla Noir tidak seharusnya ada. Jika dia hidup, maka ada sesuatu yang jauh lebih besar yang sedang terjadi. Keluar dari Tokyo sekarang juga.
Rael mengumpat. Keluar dari Tokyo? Itu berarti mengabaikan misi. Tapi jika Shadow sampai menyuruhnya kabur, berarti ada sesuatu yang benar-benar tidak beres.
Namun, Rael tidak pernah lari dari bahaya.
Dia menarik napas dalam, lalu merogoh kantong jaketnya dan mengeluarkan satu peluru kecil berwarna perak. Benda ini dia temukan di lokasi ledakan tadi sesuatu yang tidak seharusnya ada dalam baku tembak biasa.
Peluru ini bukan peluru biasa. Ini adalah tanda khas dari organisasi yang seharusnya sudah punah.
Ordo Noctis.
Mata Rael menyipit. Jika mereka yang ada di balik ini, maka misinya baru saja berubah.
Bukan lagi membunuh Veyla Noir.
Melainkan mencari tahu kenapa dia masih hidup.
Dan lebih penting lagi siapa yang ingin dia mati.
Rael melangkah dengan hati-hati di gang sempit Tokyo yang diselimuti kabut malam. Bau asap dan oli mesin bercampur dalam udara yang dingin, sementara cahaya lampu neon berkelip-kelip di kejauhan. Veyla Noir seharusnya sudah mati, tetapi nyatanya ia hidup dan berhasil lolos dari cengkeramannya. Itu bukan sekadar kegagalan baginya, melainkan sebuah jebakan yang mengindikasikan sesuatu yang jauh lebih besar.
Rael tidak percaya pada kebetulan. Jika targetnya masih hidup dan memiliki informasi yang cukup untuk membuatnya menjadi sasaran pembunuhan lagi, itu berarti ada sesuatu yang lebih berbahaya dari sekadar seorang wanita yang kembali dari kematian. Namun, pertanyaan terbesar yang mengganggunya adalah: siapa yang menginginkan Veyla mati? Dan mengapa semua ini terasa seperti permainan yang lebih besar daripada sekadar eksekusi biasa?
Tiba-tiba, sebuah suara langkah kaki di belakangnya menghentikan pikirannya. Refleksnya bekerja lebih cepat daripada kesadarannya. Dalam sekejap, ia berbalik dan menarik belati dari sarungnya, menempelkan ujungnya ke leher seorang pria bertopeng yang muncul dari bayangan.
"Santai, Azraq," suara itu berkata dengan tenang. "Aku di pihakmu. Untuk saat ini."
Rael menyipitkan mata, mengenali suara yang familiar itu. "Kairos?"
Pria bertopeng itu tertawa kecil sebelum menurunkan penutup wajahnya, memperlihatkan mata cokelat gelap yang menyimpan banyak rahasia. Kairos adalah seorang informan kelas atas, seseorang yang bermain di antara dua sisi hukum dan bayangan. Tidak ada informasi yang luput dari telinganya.
"Aku punya kabar untukmu," Kairos melanjutkan, menyandarkan dirinya ke dinding bata yang lembap. "Veyla Noir bukan hanya seorang dokter yang selamat dari kebakaran. Dia adalah kunci dari sesuatu yang jauh lebih besar."
Rael tetap diam, menunggu kelanjutan.
"Organisasi di balik ini disebut Aegis. Mereka bukan hanya pembunuh bayaran atau mafia biasa. Mereka adalah orang-orang yang mengendalikan dunia dari balik layar. Dan jika mereka menginginkan Veyla mati, itu berarti dia tahu sesuatu yang bisa menghancurkan mereka."
Rael menatap Kairos dengan tajam. "Dan kenapa aku harus peduli? Aku hanya menjalankan tugas."
Kairos tersenyum miring. "Karena jika Aegis tahu bahwa kau gagal membunuhnya, kau yang akan menjadi target berikutnya. Dan percayalah, mereka tidak akan hanya mengirim beberapa orang untuk menyingkirkanmu. Mereka akan menghapus jejak keberadaanmu dari dunia ini."
Dunia Rael yang selama ini terkendali perlahan mulai berantakan. Dia tidak pernah terlibat dalam permainan yang lebih besar dari dirinya. Namun, kali ini, dia tidak punya pilihan selain menggali lebih dalam. Jika dia ingin bertahan hidup, dia harus menemukan Veyla Noir sebelum Aegis menemukannya lebih dulu.
Dan itu berarti, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Rael harus melindungi targetnya sendiri.
Di kejauhan, sirene polisi menggema di udara, tanda bahwa dunia bawah tanah Tokyo sedang bergolak. Namun bagi Rael, ini baru permulaan dari permainan yang jauh lebih mematikan dari yang pernah ia hadapi sebelumnya.
Rael Azraq tidak pernah gagal. Tapi kali ini, dia salah perhitungan.
Malam itu seharusnya menjadi malam terakhir bagi Veyla Noir. Namun, dengan bom yang meledak dan pasukan bersenjata lengkap yang muncul entah dari mana, Rael menyadari bahwa dia bukanlah pemburu dalam misi ini. Dia adalah target.
Darah menetes dari pelipisnya, efek dari ledakan yang hampir membuatnya terbunuh. Tapi yang lebih mengganggunya adalah fakta bahwa Veyla Noir lenyap di tengah kekacauan itu seolah dia tahu segalanya akan terjadi.
Rael berlari melewati gang-gang sempit distrik bawah tanah Tokyo, langkahnya ringan namun cepat. Helikopter mulai meraung di atas kepala, sirene berkedip-kedip, bayangan penyerang masih memburunya. Dia tidak boleh tertangkap. Bukan malam ini.
Dengan gerakan cekatan, dia memanjat dinding beton, berpegangan pada pipa yang menjulur dari salah satu gedung tua, lalu menghilang di balik jendela pecah di lantai tiga. Nafasnya memburu, otaknya berputar cepat.
Siapa sebenarnya Veyla Noir?
Kliennya mengatakan dia adalah mantan dokter penelitian yang tewas dalam kebakaran dua tahun lalu. Namun, jika benar dia sudah mati, maka siapa wanita yang baru saja dia incar? Dan mengapa ada sepasukan pembunuh profesional yang siap menghabisinya begitu dia menarik pelatuk?
Rael mengeluarkan ponselnya, mengetik cepat di perangkat yang telah dienkripsinya sendiri. Hanya ada satu orang yang bisa membantunya saat ini.
Shadow: Aku butuh informasi tentang Veyla Noir. Sekarang.
Pesan terkirim, dan dalam hitungan detik, balasan masuk.
Shadow: Kau sudah bermain dengan api, Rael.
Rael: Aku hampir mati. Aku butuh jawaban.
Hening beberapa saat sebelum jawaban berikutnya muncul.
Shadow: Veyla Noir tidak seharusnya ada. Jika dia hidup, maka ada sesuatu yang jauh lebih besar yang sedang terjadi. Keluar dari Tokyo sekarang juga.
Rael mengumpat. Keluar dari Tokyo? Itu berarti mengabaikan misi. Tapi jika Shadow sampai menyuruhnya kabur, berarti ada sesuatu yang benar-benar tidak beres.
Namun, Rael tidak pernah lari dari bahaya.
Dia menarik napas dalam, lalu merogoh kantong jaketnya dan mengeluarkan satu peluru kecil berwarna perak. Benda ini dia temukan di lokasi ledakan tadi sesuatu yang tidak seharusnya ada dalam baku tembak biasa.
Peluru ini bukan peluru biasa. Ini adalah tanda khas dari organisasi yang seharusnya sudah punah.
Ordo Noctis.
Mata Rael menyipit. Jika mereka yang ada di balik ini, maka misinya baru saja berubah.
Bukan lagi membunuh Veyla Noir.
Melainkan mencari tahu kenapa dia masih hidup.
Dan lebih penting lagi siapa yang ingin dia mati.
Rael melangkah dengan hati-hati di gang sempit Tokyo yang diselimuti kabut malam. Bau asap dan oli mesin bercampur dalam udara yang dingin, sementara cahaya lampu neon berkelip-kelip di kejauhan. Veyla Noir seharusnya sudah mati, tetapi nyatanya ia hidup dan berhasil lolos dari cengkeramannya. Itu bukan sekadar kegagalan baginya, melainkan sebuah jebakan yang mengindikasikan sesuatu yang jauh lebih besar.
Rael tidak percaya pada kebetulan. Jika targetnya masih hidup dan memiliki informasi yang cukup untuk membuatnya menjadi sasaran pembunuhan lagi, itu berarti ada sesuatu yang lebih berbahaya dari sekadar seorang wanita yang kembali dari kematian. Namun, pertanyaan terbesar yang mengganggunya adalah: siapa yang menginginkan Veyla mati? Dan mengapa semua ini terasa seperti permainan yang lebih besar daripada sekadar eksekusi biasa?
Tiba-tiba, sebuah suara langkah kaki di belakangnya menghentikan pikirannya. Refleksnya bekerja lebih cepat daripada kesadarannya. Dalam sekejap, ia berbalik dan menarik belati dari sarungnya, menempelkan ujungnya ke leher seorang pria bertopeng yang muncul dari bayangan.
"Santai, Azraq," suara itu berkata dengan tenang. "Aku di pihakmu. Untuk saat ini."
Rael menyipitkan mata, mengenali suara yang familiar itu. "Kairos?"
Pria bertopeng itu tertawa kecil sebelum menurunkan penutup wajahnya, memperlihatkan mata cokelat gelap yang menyimpan banyak rahasia. Kairos adalah seorang informan kelas atas, seseorang yang bermain di antara dua sisi hukum dan bayangan. Tidak ada informasi yang luput dari telinganya.
"Aku punya kabar untukmu," Kairos melanjutkan, menyandarkan dirinya ke dinding bata yang lembap. "Veyla Noir bukan hanya seorang dokter yang selamat dari kebakaran. Dia adalah kunci dari sesuatu yang jauh lebih besar."
Rael tetap diam, menunggu kelanjutan.
"Organisasi di balik ini disebut Aegis. Mereka bukan hanya pembunuh bayaran atau mafia biasa. Mereka adalah orang-orang yang mengendalikan dunia dari balik layar. Dan jika mereka menginginkan Veyla mati, itu berarti dia tahu sesuatu yang bisa menghancurkan mereka."
Rael menatap Kairos dengan tajam. "Dan kenapa aku harus peduli? Aku hanya menjalankan tugas."
Kairos tersenyum miring. "Karena jika Aegis tahu bahwa kau gagal membunuhnya, kau yang akan menjadi target berikutnya. Dan percayalah, mereka tidak akan hanya mengirim beberapa orang untuk menyingkirkanmu. Mereka akan menghapus jejak keberadaanmu dari dunia ini."
Dunia Rael yang selama ini terkendali perlahan mulai berantakan. Dia tidak pernah terlibat dalam permainan yang lebih besar dari dirinya. Namun, kali ini, dia tidak punya pilihan selain menggali lebih dalam. Jika dia ingin bertahan hidup, dia harus menemukan Veyla Noir sebelum Aegis menemukannya lebih dulu.
Dan itu berarti, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Rael harus melindungi targetnya sendiri.
Di kejauhan, sirene polisi menggema di udara, tanda bahwa dunia bawah tanah Tokyo sedang bergolak. Namun bagi Rael, ini baru permulaan dari permainan yang jauh lebih mematikan dari yang pernah ia hadapi sebelumnya.
---
Rael menatap langit malam yang dipenuhi kelap-kelip lampu kota. Tangannya mengepal. Jika Aegis berada di balik ini, dia harus menghubungi kontak lama yang pernah berurusan dengan mereka. Seseorang yang tahu lebih banyak tentang operasi rahasia mereka. Seseorang yang bisa membantunya bertahan hidup.
Dia mengetik pesan lain ke Shadow:
Rael: Aku butuh lebih dari sekadar informasi. Aku butuh bantuan. Kau kenal seseorang yang bisa dipercaya?
Shadow: Ada satu orang di Hong Kong. Namanya Lysandra. Jika kau ingin tetap hidup, temui dia sebelum Aegis menemukanmu.
Rael menutup ponselnya dan menghela napas. Tokyo tidak lagi aman.
Hong Kong adalah tujuan berikutnya.
Dan ini baru permulaan.
