Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab-2 Baca sekarang !!

Rael Azraq tahu ini bukan kesalahan biasa. Seorang pembunuh bayaran sepertinya tidak pernah mendapat informasi yang salah kecuali ada seseorang yang menginginkannya dalam perangkap. Tapi siapa? Dan lebih penting lagi, kenapa Veyla Noir masih hidup?

Berpindah dari Tokyo yang terbakar oleh kekacauan, Rael melacak petunjuk terakhirnya ke Paris, ke sebuah organisasi bayangan yang menyebut dirinya "The Hollow Order." Mereka tidak hanya sekadar mafia atau agen rahasia; mereka adalah dalang di balik permainan dunia bawah. Jika ada yang bisa menjawab teka-tekinya, itu mereka.

Saat Rael menyusup ke markas mereka, ia menemukan sesuatu yang lebih mencengangkan. Data yang disimpan dalam server mereka menunjukkan bahwa Veyla Noir bukan sekadar mantan ilmuwan. Dia adalah kunci dari sebuah proyek rahasia bernama "Lucid Dawn" sebuah eksperimen yang melibatkan manipulasi kesadaran dan dimensi bayangan.

Veyla bukan hanya seorang target. Dia adalah seseorang yang mengetahui rahasia yang bisa mengguncang keseimbangan kekuatan dunia. Dan jika The Hollow Order menginginkannya mati, itu berarti dia masih menyimpan sesuatu yang lebih berbahaya dari yang bisa dibayangkan.

Namun, sebelum Rael bisa melangkah lebih jauh, alarm berbunyi. Dia dikepung. Tapi kali ini, dia tidak sendirian. Dari balik bayangan, seseorang muncul Veyla. Dengan tatapan yang lebih tajam dari sebelumnya dan senyum samar yang nyaris membuat darahnya membeku.

"Kau pikir kau yang memburuku, Rael?" katanya. "Tapi kenyataannya, akulah yang menunggumu."

Rael hanya punya dua pilihan: bekerja sama dengannya atau mati dalam kegelapan. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia memilih sesuatu yang tak pernah terpikirkan olehnya memercayai seorang target.

Namun, apakah Veyla benar-benar sekutu? Atau hanya bayangan lain yang menunggu waktu untuk mengkhianatinya?

Dunia mereka kini berubah menjadi labirin penuh pengkhianatan, rahasia yang lebih besar dari konspirasi mana pun, dan musuh yang tak hanya manusia. Ketika kenyataan dan ilusi mulai kabur, Rael harus bertanya pada dirinya sendiri siapa yang sebenarnya berburu siapa?

Jawaban itu akan menentukan hidup dan matinya. Dan kali ini, dia tidak bisa hanya mengandalkan peluru.

Rael menekan luka di lengannya saat ia menyusuri lorong-lorong sempit distrik bawah tanah Tokyo. Peluru hampir merobek bahunya, tetapi reflek tajamnya menyelamatkannya dalam hitungan detik. Napasnya berat, tetapi bukan karena rasa sakit melainkan karena pertanyaan yang terus menghantuinya.

Siapa sebenarnya Veyla Noir?

Seharusnya ini hanya misi sederhana, namun semuanya terasa seperti jebakan. Informasi yang diberikan kepadanya tidak sepenuhnya benar. Seorang target seharusnya tidak memiliki pasukan bersenjata lengkap yang siap membunuhnya. Ini bukan sekadar pelarian. Ini perburuan.

Rael memeriksa komunikatornya. Tidak ada sinyal. Bukan kebetulan. Seseorang ingin memastikan dia tetap dalam kegelapan.

Tiba-tiba, sebuah suara lirih terdengar dari belakangnya. “Jika aku mau membunuhmu, kau sudah mati sejak tadi.”

Refleks Rael menghunus belatinya dan berbalik. Veyla berdiri beberapa langkah darinya, tanpa jejak ketakutan di wajahnya. Wanita itu masih mengenakan jaket panjangnya yang robek akibat ledakan tadi. Matanya yang gelap menatap Rael dengan penuh perhitungan, seolah-olah dia sedang menilai apakah pria itu ancaman atau sekutu.

"Aku ingin jawaban," Rael menegaskan, suaranya dingin. "Siapa kau sebenarnya?"

Veyla tersenyum tipis. "Jawabanku akan membuatmu lebih banyak diburu daripada saat ini."

Rael menggertakkan giginya. "Aku tidak suka permainan."

Veyla mendekat, cukup dekat hingga Rael bisa melihat kilatan tekad di matanya. "Maka kau berada di permainan yang salah."

Sebelum Rael sempat bereaksi, suara tembakan menggema. Pecahan kaca beterbangan saat peluru menghantam dinding di sekitar mereka. Rael bergerak cepat, meraih Veyla dan menekan tubuh mereka ke belakang kontainer baja terdekat.

"Kelihatannya kita punya penggemar," gumam Veyla.

"Lebih tepatnya, musuh," balas Rael, mengintip ke sudut jalan. Lima orang bersenjata lengkap bergerak cepat menuju lokasi mereka.

"Kau yakin masih ingin tahu siapa aku?" tanya Veyla dengan nada main-main.

Rael menyeringai. "Aku baru saja berubah pikiran. Aku akan cari tahu sendiri."

Dengan satu gerakan cepat, Rael mengangkat pistolnya dan menembakkan peluru ke arah lampu-lampu neon di atas, membuat area itu menjadi gelap total. Dalam hitungan detik, suara erangan terdengar dari salah satu penyerang.

Rael tidak membuang waktu dengan kelincahan seorang pembunuh bayaran sejati, dia berlari ke arah musuh yang tersisa, membunuh mereka satu per satu dalam keheningan mematikan.

Ketika semua berakhir, Rael berbalik. Namun, Veyla sudah menghilang lagi.

Satu hal kini semakin jelas: targetnya bukan hanya sekadar target.

Dan yang lebih buruk? Rael baru saja melangkah ke dalam permainan yang jauh lebih berbahaya dari yang pernah ia bayangkan.

Rael berdiri di antara mayat-mayat yang berserakan di jalanan gelap. Suara sirene mulai terdengar dari kejauhan pertanda bahwa polisi atau pihak yang lebih berbahaya sedang mendekat.

Tanpa membuang waktu, dia berlari ke gang kecil dan menyusuri jalan tikus yang hanya diketahui segelintir orang. Namun, pikirannya tetap terpaku pada satu hal: Veyla menghilang lagi.

“Aku tidak percaya aku melakukan ini…” gumamnya, menyentuh alat komunikasi kecil di telinganya.

“Aku tahu kau akan menelepon,” suara di seberang terdengar penuh kepuasan. “Kau butuh bantuanku lagi?”

Rael mendesah. “Alex, hentikan ocehanmu dan cari tahu di mana Veyla Noir berada.”

Tawa pelan terdengar sebelum Alex berkata, “Aku sudah mencari sejak tadi. Kau tidak akan suka ini, Rael.”

“Hanya beritahu aku.”

“Veyla Noir bukan hanya target biasa. Dia bukan sekadar mata-mata atau buronan.” Alex berhenti sejenak, seakan ragu untuk melanjutkan. “Dia hantu.”

Rael mengernyit. “Maksudmu?”

“Tidak ada catatan resmi tentangnya. Tidak ada sidik jari. Tidak ada DNA. Tidak ada rekam medis. Seolah-olah dia tidak pernah ada. Tapi satu hal yang pasti…”

Alex menelan ludah sebelum melanjutkan, “Seseorang berusaha menghapus keberadaannya dari dunia ini.”

Rael merasakan bulu kuduknya berdiri. “Dan kau tahu siapa yang melakukannya?”

Suara Alex melembut. “Mereka yang memburunya… juga sedang memburu kita sekarang.”

Saat itu juga, lampu-lampu jalan di sekitar Rael padam. Hanya satu hal yang melintas di kepalanya jebakan.

Sebelum dia sempat bergerak, suara langkah kaki terdengar dari segala arah. Dalam hitungan detik, bayangan-bayangan gelap muncul di sekelilingnya.

Rael meraih pistolnya. Tapi sebelum dia bisa menekan pelatuk, seseorang berbicara dari kegelapan.

“Turunkan senjatamu, Rael.”

Suara itu… Veyla.

Dia berbalik dan melihatnya berdiri di sana, dengan ekspresi yang berbeda dari sebelumnya. Bukan lagi seorang buronan yang melarikan diri, tapi seseorang yang tahu lebih banyak dari yang dia tunjukkan.

“Kita perlu bicara,” kata Veyla dengan nada tenang. “Sebelum kau mati sia-sia.”

Rael menatapnya tajam. Ini bukan pertemuan biasa.

Ini awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel