Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5. Sejak Hari itu Dunia Harus Tahu Wajahnya.

Nalan Dou Ji terpaku di kamarnya. Untuk kali pertamanya dalam hidup ini, dia tidak menemukan kata-kata demi membalas.

Nalan Bai Ning yang selama ini dia anggap lemah, penurut, dan mudah dibentak, kini berdiri di hadapannya dengan sorot mata tajam, sikap tenang menyeramkan, dan kalimat yang menggigit tanpa ragu.

"Berkelana... ribuan tahun?" gumamnya lirih, mencoba mencerna kalimat itu tapi ujungnya dibuat terkekeh-kekeh tapi ekspresinya masih begitu masam.

***

Langit malam di menara Hong milik abadi Shawn tidak dihiasi bintang, hanya hamparan kabut abadi berwarna perak yang menyelimuti menara berlapis cat merah.

Di puncaknya, pada tempat di mana waktu seolah tak bergerak, Abadi Shawn berdiri membelakangi pemandangan malam.

Jubah hitamnya menjuntai panjang, berpendar lembut seolah menyatu dengan angin tak terlihat yang mengitari tubuhnya. Rambut hitamnya terurai, melambai mengikuti aliran energi surgawi yang mengalir pelan dari tubuhnya.

Di depannya, peti mati berlapis es dengan ukiran bunga teratai tergeletak tanpa tertutup rapat, sebagian isi di dalamnya bisa dilihat dan di sana kosong melompong; tidak ada apapun.

Sesaat kemudian, Abadi Shawn terpejam diikuti senyuman tipis nyaris tak terlihat tatkala dia mengingat bagaimana hari ini Nalan Bai Ning menolaknya.

Selama ribuan tahun hidup, baru kali ini dia merendahkan diri di hadapan seorang gadis tapi dia langsung mendapat penolakan mentah-mentah.

Harusnya sekarang perasaan pria itu diselimuti kemarahan. Namun, tidak. Di wajah rupawan nya malah tampak kepuasan seolah-olah inilah yang paling dia harapkan dan dia tunggu-tunggu selama ribuan tahun ini.

"Menurutmu apa dia pura-pura tidak mengenalimu?" Seorang pria membawa artefak pagoda berwarna keemasan menghampiri Abadi Shawn.

Abadi Shawn bukannya menjawab malah balik bertanya, "Menurutmu?"

Pria pembawa artefak pagoda berwarna keemasan itu bernama Sun Baili, merupakan sahabat dekat Abadi Shawn. Sudah ribuan tahun ini menemaninya di puncak menara Hong.

Ketika Abadi Shawn turun menemui Nalan Bai Ning di keluarga Nalan, dia sebenarnya berada di dalam kereta, memperhatikan setiap pergerakan Abadi Shawn dari tempatnya duduk hingga dia secara tak sengaja melihat Nalan Bai Ning.

Sungguh. Trauma besar di dalam tubuhnya langsung bangkit. Dia tak lagi memiliki keberanian memperhatikan gerak-gerik Abadi Shawn.

Pria itu memilih berpaling, tetapi telinganya masih cukup mampu menangkap setiap perbincangan di area kediaman Nalan.

Sekarang Sun Baili menjawab, "Aku tidak bisa memastikan, seperti yang kamu tahu, aku tidak bisa memandangnya lagi."

Abadi Shawn spontan terkekeh menertawakan. "Tidak tahu jiwa aslinya sudah kembali atau belum saja telah membuatmu ketakutan apalagi setelah kamu mengetahuinya."

Kata-kata itu!

Sun Baili berbalik tak suka. "Kamu tidak tahu rasanya dikurung pada pagoda setan buatan sendiri oleh orang yang tidak tahu menahu tentang pagoda nya, berada di sana nyaris memusnahkan seluruh energi kultivasi yang ku kumpulkan seumur hidup. Dan jika kamu terlambat sedetik saja, mungkin sekarang aku sudah menjadi satu-satunya kaum imortal yang tidak punya kekuatan magis."

Abadi Shawn terpejam mengingatnya, sesaat kemudian terkekeh menertawakan lagi.

Sun Baili berbalik sambil berkata, "Kamu dan istrimu sama saja! Suka menindas!"

***

Sepanjang ratusan tahun ini Abadi Shawn terus berada di menara Hong.

Keluarga yang seumuran dengannya sudah tidak tersisa. Yang sekarang hidup; mendiami kediaman besar keluarga Shawn hanyalah junior-junior pria itu. Bahkan saking juniornya, mereka mungkin harus memanggil Abadi Shawn kakek buyut. Namun, setiap dari mereka menyadari... Abadi Shawn ini seorang fana yang berhasil kultivasi menjadi seorang abadi.

Tubuhnya tidak menua, ketampanannya tak sedikitpun berkurang, malahan bisa dibilang... pria ini terlihat jauh lebih muda dari anggota keluarga Shawn yang paling muda sekalipun.

Dengan penampilan demikian, siapa yang berani atau sanggup memanggilnya kakek buyut?

***

"Abadi Shawn, ku dengar hari ini kamu turun menara Hong hanya untuk pergi ke kediaman Nalan."

Tetua keluarga Shawn; Shawn Mi Guo, akhirnya bisa menghampiri Abadi Shawn di menara Hong, setelah ratusan tahun ini menara itu selalu tertutup bak tidak berpenghuni.

Meski demikian, Shawn Mi Guo belum juga bisa melihat wajah Abadi Shawn, karena sejak awal Abadi tersebut hanya berdiri memunggunginya.

"Apa yang dikatakan para tetua lama benar?" Shawn Mi Guo melanjutkan. "Kamu akhirnya menemukan gadis yang ditunggu selama ratusan tahun ini."

Hening!

Shawn Mi Guo menunggu jawaban Abadi Shawn dengan perasaan cemas, dada berdebar-debar, keringat membasahi telapak tangannya tanpa disadari.

Dia takut baru saja melakukan kesalahan!

Seorang Abadi Shawn pasti akan secara mudahnya menghempas tubuh tuanya ke luar menara.

Sementara yang selanjutnya terjadi...

Abadi Shawn mendadak berbalik arah!

Gerakannya begitu pelan, tapi efeknya bagaikan ledakan di ruang waktu. Membuat udara mendadak kaku, tekanan atmosfer berubah seolah-olah langit menunduk, waktu terbelah, dan seluruh ruang di dalam menara Hong ikut tunduk pada eksistensi yang berdiri di pusatnya.

Hari ini untuk kali pertamanya Shawn Mi Guo melihat wajah Abadi Shawn secara langsung!

Bukan wajah pria tua renta seperti dirinya, melainkan wajah muda dan sempurna yang seakan-akan baru keluar dari legenda.

Di wajah itu... tak ada satu pun kerutan, tidak ada bekas waktu di garis wajahnya, dan yang ada hanya ketenangan abadi, ketampanan luar nalar, bahkan tatapan mata seperti lautan tak berujung yang bisa menenggelamkan siapa pun.

Shawn Mi Guo terpana!

Kakinya lunglai, jiwanya bergetar. Jika bukan karena dinding spiritual menara Hong menopang tubuhnya, mungkin dia sudah terjatuh bersimpuh di hadapan pria ini.

Tapi kejutan sejati belum berhenti di situ.

Dengan suara yang tenang, dalam, dan beresonansi magis, Abadi Shawn membuka mulut, berkata dengan nada seolah sedang memerintahkan langit,

"Bantu aku melamar Nalan Bai Ning."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel