Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6. Melamar Secara Tiba-tiba.

Shawn Mi Guo ternganga. Napasnya tercekat. Dunia seolah runtuh seketika.

Melamar?

Seorang abadi? Seorang pria agung yang sudah tidak tersentuh urusan fana selama ratusan tahun ini? Seorang makhluk yang berhasil kultivasi, hingga sekelas Kaisar pun tunduk di hadapannya?

Dia... ingin menikahi cucu dari keluarga Nalan yang selama ini dikenal karena kutukannya?

Shawn Mi Guo menelan ludahnya yang terasa seperti batu karang.

"Abadi Shawn, apa kamu berencana mengakhiri semua kultivasi yang kamu perjuangkan selama bertahun-tahun?"

Hening!

Hanya senyap yang terasa semakin menggigit, tatapan lurus Abadi Shawn yang tenang tanpa ekspresi... berhasil menggerogoti seinci demi inci nyali Shawn Mi Guo, mendorongnya pada satu-satunya keputusan.

Patuh!

"Aku akan mencobanya." Dan saat itulah Shawn Mi Guo menyatukan kedua tangan di depan dada, dengan punggung setengah membungkuk penuh hormat.

***

Ke luar Aula Hong, seluruh tubuh Shawn Mi Guo bercucuran keringat seolah tetua keluarga Shawn itu baru saja lari maraton.

Putra pertamanya; Shawn Mi Hu, menyambut kedatangannya dengan tampang heran, sekaligus penasaran.

"Ayah, bagaimana? Dan apa yang terjadi? Tubuhmu basah keringat padahal sekarang masih musim semi, apa pemilik Aula Hong semengerikan itu?"

"Jaga bicaramu!" Shawn Mi Guo tentu saja langsung melotot tajam.

Bagaimana kalau Abadi Shawn mendengar ucapannya, bukankah putra pertamanya itu bisa langsung hancur menjadi gumpalan darah?

"Lalu?" Tatapan Shawn Mi Hu menyeluruh, dan menyelidik.

"Jangan banyak bicara! Sekarang cepat panggil ibumu ke Aula utama, jangan lupa bawa kuas, tinta dan selembar kertas bersih," perintah Shawn Mi Guo.

Shawn Mi Hu. "..."

Meski ada banyak kata-kata di mulutnya, tetapi dia tak sempat berkata, karena Shawn Mi Guo dengan cepat menendang bokongnya supaya lekas bergerak.

Satu dupa berlalu.

Ketika Shawn Mi Guo akhirnya tiba di Aula utama kediaman... Gu Xiye, istri tetua keluarga Shawn itu telah duduk menunggu dengan selembar kertas putih, tinta yang masih harum, dan kuas kaligrafi berujung halus di tangannya.

Rambutnya disanggul rapi, tapi mata beningnya memancarkan gelisah yang tak bisa disembunyikan. Dia menoleh ketika suaminya masuk tergesa, keringat di pelipis masih membekas, napas masih belum teratur.

"Cepat, catat," perintah Shawn Mi Guo tanpa basa-basi, "Barang yang harus kita siapkan untuk melamar Nona pertama keluarga Nalan, Nalan Bai Ning."

Klek!

Kuas di tangan Gu Xiye jatuh ke lantai, tinta menetes ke ujung gaunnya yang putih bersih.

"Apa katamu?" tanyanya nyaris berbisik, seolah berharap wanita itu baru saja salah dengar.

"Lamaran," ulang Shawn Mi Guo sambil menatap istrinya lurus-lurus, "bukan dari kita… tapi dari Abadi Shawn, untuk Nalan Bai Ning.”

Gu Xiye terperanjat. Tubuhnya tersentak mundur, seakan pernyataan itu adalah petir yang membelah langit di tengah siang bolong.

“Tidak mungkin!” Dia berdiri. “Dia... dia cucu keluarga Nalan! Gadis yang membawa kutukan! Bahkan, bahkan sudah banyak keluarga yang menolak berhubungan dengannya, dan bukan hanya itu... kamu tahu? Setiap nyonya di keluarga berkata, lebih baik menikahkan putra mereka dengan babi betina daripada dengan Nona pertama keluarga Nalan itu. Dan sekarang kamu bilang... Abadi Shawn, yang tidak tersentuh dunia fana, ingin melamarnya?”

Shawn Mi Guo mengangguk pelan, seakan setiap gerakan lehernya menambah beban di punggungnya.

"Perlu kamu tahu, Xiye, aku juga hampir tak percaya. Tapi aku melihatnya sendiri. Tatapan Abadi Shawn... bukan tatapan main-main."

Gu Xiye menggeleng berkali-kali, menahan gemuruh di dadanya.

"Ini tidak bisa dibiarkan, kamu harus membujuknya," saran Gu Xiye, sukses membuat suaminya tertawa getir.

Membujuk!

Jangankan membujuk, kalau menolak saja tidak sempat. Atau tepatnya bukan tidak sempat, tetapi tidak akan ada kesempatan. Tidak ada!

"Tidak." Shawn Mi Guo kini duduk, menunduk, dan mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya.

"Baru kali ini aku akhirnya melihat wajah asli Abadi Shawn, dan ketika bertatapan dengannya, aku merasa dia bukan hanya manusia yang berhasil kultivasi menjadi abadi tapi memang dialah Dewa nya!"

Suasana aula menjadi sunyi, suara detik air dari vas bunga di pojok ruangan terdengar begitu jelas.

Gu Xiye mengatupkan rahangnya. Dia menunduk, mengambil kembali kuas yang terjatuh, lalu duduk perlahan.

"Baiklah," ucapnya gemetar, "kita tidak punya pilihan."

Wanita itu mulai mencelupkan kuasnya ke tinta, lalu menatap kertas putih di depannya.

"Apa saja yang perlu disiapkan?"

Saat itulah, Shawn Mi Guo menghela napas panjang, lalu menyebut satu per satu barang yang harus dibawa untuk melamar Nalan Bai Ning.

"Emas batangan dari ruang harta leluhur, kain sutra merah tua dari Wilayah Timur, dupa phoenix dari kuil suci, lencana emas keluarga Shawn yang hanya diberikan kepada calon anggota keluarga resmi..."

Masih banyak lagi!

Gu Xiye menulisnya diikuti gelengan samar, sebelum akhirnya dia bercelatuk, "Kamu yakin ingin membeli semua barang berkelas ini? Ingat! Harganya tidak murah, sementara gadis yang akan menerimanya... ya ampun, aku tidak tahu harus menjelaskannya seperti apa."

"Catat dan beli! Jangan banyak protes. Lagi pula lamaran ini atas permintaan Abadi Shawn sendiri. Jika barang yang kita bawa bukan barang berkualitas, itu sama saja menghancurkan nama keluarga Shawn secara tidak langsung," dalih Shawn Mi Guo.

Hari itu juga, rumah keluarga Shawn bak pasar malam.

Gu Xiye turun langsung ke pasar bangsawan. Dia membawa daftar panjang dengan materai merah Shawn Mi Guo, dan setiap nama barang yang tercantum, membuat para pedagang langsung berdiri dari tempat duduk mereka, menunduk penuh hormat. Karena siapa pun tahu, jika keluarga Shawn sudah turun tangan, itu bukan urusan remeh.

Dari emas batangan hingga dupa phoenix yang hanya dijual setahun sekali, semua dibeli. Tidak ditawar. Tidak ditunda. Bahkan penjaga toko yang biasanya terkenal rakus dan pelit, hari itu tak berani membuka mulut selain berkata, “Silakan dibawa, Nyonya Shawn.”

Keesokan paginya, langit masih kelabu saat rombongan kereta berhias lambang emas keluarga Shawn sudah berdiri gagah di depan kediaman keluarga Nalan.

Dua ekor kuda hitam menarik kereta utama. Di belakangnya, iring-iringan pembawa harta: emas, kain sutra, perhiasan, hingga dupa berharga dalam kotak giok langka. Bahkan lencana emas keluarga Shawn dibawa dengan nampan perak, diselimuti kain halus seperti hendak mempersembahkan pusaka untuk dewa.

Pintu gerbang utama rumah Nalan yang selama ini sepi—mendadak dikerumuni tetangga, pelayan, bahkan beberapa bangsawan sekitar yang penasaran.

"Ada apa ini?"

"Barang-barang lamaran?"

"Keluarga Shawn?

"Siapa yang mereka lamar?"

Pertanyaan itu menggantung, sampai seorang pelayan tua dari dalam kediaman Nalan berlari terhuyung, lalu berteriak dari depan pintu.

“Panggil Tuan Besar! Keluarga Shawn datang membawa lamaran! Sepertinya ini untuk Nona pertama, Nalan Bai Ning."

Hening.

Lalu gempar.

"A-apa?" Nalan Bai Ning? Bukan Shen Mei?"

"Gadis terkutuk itu? Yang membuat taman bunga keluarga Nalan layu seminggu penuh saat lahir?"

"Kenapa bukan Nalan Yue atau Nalan Ji? Bahkan Nalan kecil yang masih berumur sebelas pun lebih masuk akal!"

"Ini... pasti ada kesalahan!"

Namun, suara-suara protes itu tak sampai ke dalam rumah utama, karena saat itu, para anggota keluarga Nalan sudah ke luar, berdiri di teras rumah dengan penasaran lantas kepala keluarga; Nalan Dou Ji mengerahkan mereka semua ke Aula pertemuan.

Duduk rapi di sana, seakan bersiap menyambut kedatangan keluarga Shawn yang paling tersohor.

Selanjutnya...

Di tengah aula, Shawn Mi Guo berdiri dengan wajah serius. Di sampingnya, Gu Xiye berdiri anggun membawa nampan persembahan pertama. Di belakang mereka, pelayan-pelayan keluarga Shawn bersujud, membentangkan barang-barang lamaran yang gemerlap.

"Atas nama Abadi Shawn, kami datang hari ini dengan tulus... untuk melamar Nona pertama keluarga Nalan, Nalan Bai Ning," ucap Shawn Mi Guo, dengan suara lantang yang menggema hingga ke langit-langit.

Tatapan setiap anggota keluarga membeku!

Mereka saling pandang tak percaya. Bahkan kepala keluarga Nalan sendiri, Nalan Dou Ji, seperti kehilangan kata.

"Tetua Mi Guo yakin tidak salah nama?" tanyanya kemudian dengan suara pelan, nyaris gemetar.

"Tidak salah," jawab Shawn Mi Guo, "Abadi Shawn secara pribadi menyebut nama lengkapnya. Nalan Bai Ning."

Seketika, nyonya tua Nalan bangkit dari duduknya, dan hampir saja membanting meja di depannya.

“Ini konyol! Tidak masuk akal! Ketiga calon suaminya mati mengenaskan! Semua orang tahu, jika Abadi Shawn tetap menginginkannya... apakah jangan-jangan keluarga Shawn ingin menaruh duri di keluarga Nalan jauh lebih banyak?"

"Maaf." Shawn Mi Guo berusaha tersenyum tenang. "Aku hanya menyampaikan keinginan Abadi Shawn."

Nyonya tua Nalan terpejam, dia menarik napas dalam-dalam selama beberapa saat sebelum berakhir kembali duduk seperti semula.

"Panggil Bai Ning kemari!" Lantas, wanita tua itu memerintah.

Nyonya Shen; selaku ibu tiri Nalan Bai Ning, secepatnya ke luar guna memanggil gadis itu. Namun, belum sempat wanita itu kembali bersama Nalan Bai Ning sendiri...

Rupanya Nalan Bai Ning datang memasuki Aula utama dengan langkah angkuh tapi malah terkesan sangat pantas untuknya.

Gaun putih gadis itu berkibar lembut, seperti kabut musim dingin. Rambutnya dibiarkan terurai, wajahnya pucat tapi tidak sembarangan. Seperti salju, cantik namun dingin, hening, dan membuat jarak.

Dia berdiri di depan semua tamu, tatapannya tak sama sekali bersahabat, apalagi saat harus bersipandang dengan nyonya tua Nalan.

Hoam!

Kemudian gadis itu tanpa ragu menguap lebar, membuat tampangnya terlihat malas; tidak bersemangat.

"Aku baru saja akan tidur, wanita tua mana yang tadi menyebut namaku?" tanyanya seraya mengedarkan mata... benar-benar membuat nyonya tua Nalan gatal ingin menjambak rambutnya sampai rontok.

Shawn Mi Guo memandangi gadis itu dari kepala hingga ujung kaki. Wajahnya tidak menyimpan rasa senang maupun benci, tetapi anehnya... semakin dia memperhatikan gadis itu, semakin dia merasakan aura yang sama persis seperti aura Abadi Shawn.

Tak menunggu lebih lama lagi, Shawn Mi Gu segera mengeluarkan gulungan surat bersegel emas. Lalu, menyerahkannya ke tangan Nalan Bai Ning.

"Ini surat lamaran langsung dari Abadi Shawn. Silahkan, Nona terima." Tangan Shawn Mi Guo terulur, tetapi...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel