Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Sebagian Diriku Telah Kembali.

"Cukup, Bu! Otakmu masih waras, bisa-bisanya kamu membungkuk hormat pada selingkuhan Pejabat Yi!"

___

Wajah Nalan Dou Shun memerah antara marah sekaligus terkejut.

Hubungan gelapnya dengan pejabat Yi sudah terjalin selama setengah tahun ini, selama itu pula rahasia gelap mereka selalu terjaga rapat-rapat. Jangankan orang luar, kalau istri sah pejabat Yi saja tidak tahu menahu.

Lantas, bagaimana bisa Nalan Bai Ning mengetahui masalah ini?

"Dou Shun! Apa benar yang dikatakan si kurang ajar itu, heh?" Nyonya besar Nalan sudah berdiri di sampingnya, menatapnya dengan kerutan kening semakin dalam, menunggunya menjawab secara tak sabar.

"A--apa?" Nalan Dou Shun tertawa gugup. "Ibu percaya pada ucapannya?"

Gadis itu malah membalikkan pertanyaan.

"Aku dan istri pejabat Yi berteman baik sejak lama, mana mungkin aku merebut suaminya, Ibu ini... ada-ada saja." Mulut Nalan Dou Shun menyangkal, tetapi wajah merah dengan tatapan gugupnya sudah cukup menjelaskan.

Sayangnya nyonya besar Nalan memilih menutup mata!

Daripada memastikan lebih jauh, wanita tua itu malah balas memarahi Nalan Bai Ning. "Bocah kurang ajar! Meski usiamu dan Bibi Dou Shun nyaris seumuran, tapi kamu juga harus punya sopan santun."

"Jangan bicara sembarangan! Kalau orang jahat mendengar---"

Nyonya besar Nalan tak sempat menyelesaikan kata-katanya-

"Tidak ada orang yang lebih jahat di sini selain dia yang berani menggoda suami temannya sendiri, ck ck," potong Nalan Bai Ning diikuti decakan lidah serta lirikan merendahkannya.

"Bai Ning!" Nalan Dou Shun lagi-lagi menunjuk Nalan Bai Ning. "Jaga mulutmu atau ku buat kamu bisu selamanya!"

Semakin kesini situasinya semakin panas.

Nyonya Bai tak bisa membiarkan ketegangan terus berlanjut. Dia sekaligus merasa bersalah, karena bicara Nalan Bai Ning dianggap tidak sopan.

"Cukup!" Nyonya Bai terpaksa menarik mundur Nalan Bai Ning, memberinya tatapan tajam, mengisyaratkannya menyudahi masalah ini.

Biasanya Nalan Bai Ning sangat patuh, tetapi sorot mata gadis itu... nyonya Bai dapat melihat perubahan besar di sana.

"Ini, apa yang terjadi?" Keributan belum selesai, datang lagi Nalan Dou Ji diikuti nyonya Shen dan putrinya; Nalan Shen Mei.

Kamar kecil Nalan Bai Ning jadi terasa penuh, oksigen seolah-olah kesulitan masuk, udaranya mendadak pengap.

Nalan Bai Ning berkata pada ibunya. "Bu! Kesehatanmu jauh lebih penting, kembalilah saja ke kamar dan jangan lupa minum obatnya."

Wanita yang paling membenci Nalan Bai Ning turut hadir di sini, nyonya Bai tentu tidak rela meninggalkan putrinya berhadapan dengan lima orang sekaligus.

Satu lawan lima tidak sepadan!

"Suamiku." Nyonya Bai berinisiatif melerai keributan. "Tidak ada masalah besar, semua hanya kesalahpahaman, ah, ngomong-ngomong Putriku sudah bekerja seharian penuh, kali ini dia ingin istirahat, jadi tolong kalian kembali saja ke kamar masing-masing."

Semuanya mengerutkan alis tidak terima!

"Kamu mengusir kami?" Ekspresi Nalan Dou Ji tak bersahabat, kedatangannya pasti juga akan memarahi Nalan Bai Ning.

"Bukan begitu," sangkal nyonya Bai, "Bai Ning hanya ingin istirahat, apa kalian tidak puas memerintahnya sepanjang hari? Dia itu. Meski katanya membawa sial tapi masih juga anggota keluarga Nalan."

Saat mengatakan itu, bola mata nyonya Bai bagai terbakar, netranya berkaca-kaca, sesak tiba-tiba saja memenuhi dadanya.

Nalan Dou Ji menyapukan pandangan. Dia pun merasa situasi di kamar Nalan Bai Ning terlalu ramai, terlalu mencolok.

Pintunya yang terbuka menjadi pusat perhatian, dia khawatir orang jahat menyebarkan hal-hal buruk.

"Semuanya, kembalilah ke kamar masing-masing, ada yang harus aku bicarakan pada Bai Ning." Kemudian Nalan Dou Ji meminta selain dirinya harus meninggalkan kamar.

Suasana hati nyonya besar Nalan belum membaik, rasa-rasanya dia ingin memarahi Nalan Bai Ning lebih banyak atau mungkin mencekiknya sampai mati.

Hal serupa juga dirasakan Nalan Dou Shun. Selain geram, dia ingin memastikan sejauh apa keponakannya itu mengetahui hubungan gelapnya dengan pejabat Yi.

Hanya saja, kepala keluarga Nalan sudah angkat bicara, meminta semuanya pergi, alhasil mereka mereda sesaat kemarahan di hati masing-masing lantas satu persatu berbalik pergi.

Ketika kamar Nalan Bai Ning hanya menyisakan dirinya dan Nalan Dou Ji-

Nalan Dou Ji menarik napas sedalam-dalamnya sebelum berkata, "Tindakan mu hari ini benar-benar tidak layak disebut sebagai Nona pertama keluarga Nalan!"

Ada kemarahan tertahan di matanya, tetapi Nalan Bai Ning meliriknya acuh tak acuh.

"Ekspresi macam apa itu?" geram Nalan Dou Ji, "sejak kapan kamu berani bersikap tidak hormat pada orang tua, hm? Apa Ibumu tidak mendidik dengan baik? Atau kamu yang lupa dan harus dididik ulang menggunakan sapu rotan?"

Cara mendidik anak gadis di sebuah keluarga biasanya menggunakan sapu rotan, dan selama mengikuti pendidikan keluarga, Nalan Bai Ning hampir menerimanya setiap hari.

"Ayah tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang untuk membayar Guru Shang Que lagi."

Guru Shang Que merupakan guru yang biasa mengajar dari rumah ke rumah para bangsawan, usianya masih tergolong muda, ilmu pengetahuannya sudah meluas.

"Yang aku lakukan hari ini tidak ada kesalahan," sambung Nalan Bai Ning, "kalaupun ada yang harus disalahkan, tentu itu Ayah sendiri, ck."

Nalan Dou Ji membelalak. Putrinya berani melempar kesalahan padanya.

"Abadi Shawn itu, dia tiba-tiba menyebutku istri, jika aku langsung menolaknya itu artinya normal," ujar Nalan Bai Ning.

"Jangan bilang Ayah juga berpikiran seperti wanita tua Nalan, ingin memintaku menyambut uluran tangannya lalu kami pergi membuat anak, ck ck, punya pikiran seperti itu tidak layak disebut kepala keluarga Nalan yang terhormat."

"Kamu!" Nalan Dou Ji membelalak jauh lebih lebar. "Makan apa saja kamu hari ini, heh! Mulutmu menjadi begitu pedas!"

Nalan Bai Ning menghela napas panjang dengan kerlingan mata malas. "Hari ini aku bangun lebih awal, sebagian diriku yang berkelana ribuan tahun telah kembali, kalian jangan harap bisa menindasku seperti dua tahun terakhir ini!"

Nalan Dou Ji. "..."

Kata-katanya tertahan, dia mendadak merenung.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel