Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3. Hari ini Nalan Bai Ning Sangat Berani.

Situasinya tak akan baik. Untungnya, kepala keluarga Nalan Dou Ji langsung turun tangan dengan langkah terburu-buru.

"Abadi Shawn, Nyonya besar Nalan hanya orang tua yang sudah lupa aturan-aturan, mohon anda memakluminya." Penuh hormat Nalan Dou Ji menundukkan kepala.

Tak ada reaksi signifikan dari abadi Shawn, tetapi awan mendung yang sebelumnya bak nyaris saja melempar bencana, dalam sekejap mata kembali cerah bagaikan awal musim semi yang hangat.

Pandangan abadi Shawn balik mengarah Nalan Bai Ning. Menatapnya penuh kelembutan, namun ada sesuatu di dalam sana—kerinduan, rasa bersalah, cinta yang mendalam yang tak bisa dijelaskan oleh waktu fana.

Dia melangkah maju, cukup membuat Nalan Dou Ji beserta yang lain menahan napas, semakin takut sekaligus semakin merasakan keseriusan ajakan pria itu pada Nalan Bai Ning.

"Istriku." Lembut dan tenang suara abadi Shawn. "Pulanglah."

Pria itu sampai mengulang ajakannya, pun dengan suara jauh lebih merendah, seolah dia sedang memohon penuh harap.

Semua orang masih dibuat bingung tapi juga bersitegang menahan napas.

Bagaimanapun juga, ini adalah kali pertama mereka melihat langsung seperti apa penampilan abadi Shawn yang tidak pernah menunjukkan diri selama bertahun-tahun.

Pria itu tak pernah bertemu Nalan Bai Ning tapi anehnya malah menyebut gadis itu istriku.

"..."

Dibandingkan ekspresi semua orang... Nalan Bai Ning justru memandang abadi Shawn sebelah mata, seperti tidak terpengaruh dengan aura magisnya, seperti tidak tersentuh oleh auranya yang mampu menghentikan angin dan udara sekaligus.

Firasat Nalan Dou Ji tak enak!

Hatinya diselimuti kekhawatiran. Dia tak menyangka, putri terkutuknya itu berani berekspresi tidak sopan pada seorang abadi.

Bagaimana kalau abadi Shawn marah? pikir Nalan Dou Ji.

Abadi Shawn pasti akan dengan mudahnya membolak-balik keluarga Nalan.

Nalan Dou Ji juga berpikir, ada baiknya saat ini menegur Nalan Bai Ning.

"..."

Sayangnya, belum sempat dia bersuara-

"Jangan bicara sembarangan, aku bukan istrimu." Nalan Bai Ning lebih dulu berbicara, datar tanpa ekspresi.

Jawaban gadis itu tidak salah, tetapi ekspresinya semakin mengkhawatirkan Nalan Dou Ji dan anggota keluarga yang lain.

Tatapan mereka kemudian seperti mengandung kata umpatan yang besar!

Masih belum selesai, Nalan Bai Ning ternyata tidak hanya berkata datar tanpa ekspresi, tetapi juga berbalik badan dengan acuh tak acuh seolah dia sedang menolak pinangan dari pedagang keliling, bukan dari seorang abadi yang katanya bisa menghancurkan gunung dalam satu jentikan jari.

"Bai Ning!” Nalan Dou Ji pada akhirnya tak tahan berseru murka.

Seruan itu secara otomatis memecah ketegangan setiap orang, menarik perhatian mereka secara serempak, termasuk pula dari abadi Shawn.

Nalan Dou Ji tergesa-gesa menghampiri abadi Shawn. Wajahnya merah padam, napasnya berat seperti menahan badai yang tak bisa dilepaskan. Namun, dia berusaha menahan diri.

"Abadi Shawn." Suara Nalan Dou Ji terdengar berat, antara kesulitan bersuara atau berusaha menahan segala kemarahan dalam dada.

Lalu, dengan tangan mengepal, Nalan Dou Ji membungkuk rendah ke arah abadi Shawn. “Mohon Abadi Shawn maafkan kelancangan Putriku. Dia… belum tahu siapa yang berdiri di hadapannya, dia kurang pendidikan dan semua karena kesalahanku yang tidak mengajarkannya betul-betul."

Abadi Shawn mengangkat tangannya, tenang namun berwibawa. Dia lantas menatap arah kepergian Nalan Bai Ning, memperhatikan rok menjuntai yang kotor menyapu tanah. Meski ditolak, tidak ada kemarahan dalam tatapannya tapi tatapan pria itu kembali dipenuhi kehampaan. Sama seperti musim demi musim ratusan tahun ini.

***

Nyonya besar Nalan sudah tidak tahan.

Saat semua tamu akhirnya meninggalkan kediaman Nalan, dia secepatnya menemui Nalan Bai Ning di kamarnya, lalu berakhir menamparnya dengan emosi meledak-ledak.

Mendapat tamparan sekeras itu-

Ekspresi Nalan Bai Ning seperti orang bebal. Dia seolah-olah tak merasakan sakit, padahal sudut bibirnya memar bahkan dihiasi setitik darah.

Masih belum puas, nyonya besar Nalan juga sekaligus memarahi, "Beraninya kamu bersikap tidak sopan pada Abadi Shawn!"

Nalan Bai Ning menyeka sudut bibirnya diikuti kerlingan mata malas. "Kami baru saja bertemu, aneh sekali dia menyebutku sebagai istri."

"Kamu!" Nyonya besar Nalan tidak suka tanggapan Nalan Bai Ning, baginya itu sangat lancang.

Jauh berbeda dari Nalan Bai Ning biasanya!

"Tunggu dulu." Nalan Bai Ning belum selesai bicara. "Apa Nenek berharap aku mengikutinya pulang, dan di rumahnya kami mulai membuat anak?"

Membuat anak? Ya ampun!

Mata bulat nyonya besar Nalan semakin membulat sempurna, kemarahan dalam dadanya semakin tidak tertahankan, alhasil dia langsung saja menjambak rambut panjang Nalan Bai Ning sampai kepala gadis itu tertarik ke belakang.

"Dasar gadis tidak tahu sopan santun! Beraninya kamu berbicara kotor di hadapan orang tua sepertiku! Apa kamu bosan hidup, hah!" Sambil terus menjambak, mulut keriput nyonya besar Nalan juga terus mengoceh.

Nalan Bai Ning awalnya menyeringai, tetapi kemudian tiba-tiba saja mencekal pergelangan tangan nyonya besar Nalan dilanjut memelintirnya ke belakang dalam sekali tarikan napas.

"Aaa!" Nyonya besar Nalan otomatis berteriak kesakitan.

Orang-orang di sekitar berdatangan. Kamar pintu Nalan Bai Ning kebetulan terbuka. Mereka dapat menyaksikan pemandangan di depan secara jelas.

"..."

Putri kelima nyonya besar Nalan; Nalan Dou Shun kebetulan juga ada di sana, langsung saja berlari ke dalam dan memukuli pundak Nalan Bai Ning menggunakan sapu rotan.

"Kurang ajar! Beraninya kamu bersikap tidak sopan pada Ibuku!"

"Kurang ajar! Lepaskan Ibuku!"

Nalan Bai Ning tak menggubris, dia tidak peduli pada pukulan Nalan Dou Shun, tetapi setelah nyonya Bai; selaku ibu kandung Nalan Bai Ning, datang berlari ke kamarnya juga, lilitan tangan gadis itu melemah.

Nyonya besar Nalan berhasil melepaskan diri. Putri kelima segera menyeretnya di balik punggung.

"Bocah sialan! Dia hampir saja membunuhku." Nyonya besar Nalan terengah-engah, ucapannya terlalu dilebih-lebihkan.

"Tapi Nenek tidak mati!" Hebatnya, Nalan Bai Ning masih berani menjawab.

"Bai Ning!" pekik nyonya Bai.

Nalan Bai Ning memalingkan wajah acuh tak acuh, di wajahnya tidak ada rasa bersalah sedikitpun.

"Kakak! Didik putrimu baik-baik! Jangan hanya bisa berbaring di kasur seperti mayat!" marah Nalan Dou Shun.

Selama lima tahun ini nyonya Bai memang jatuh sakit. Karena sakitnya semakin parah saat terkena udara luar, dia memilih tetap di kamar sepanjang waktu. Berbaring lemah, dengan batuk tak kunjung mereda sepanjang malam.

Keadaan ini membuatnya selalu dipandang sebelah mata oleh keluarga Nalan, apalagi setelah kasus yang menimpa Nalan Bai Ning. Sungguh. Ibu dan anak sama-sama tak pernah dihargai.

"Aku minta maaf." Sebagai orang yang lebih tua, nyonya Bai pada akhirnya harus membungkuk pada Nalan Dou Shun yang usianya tujuh tahun lebih muda darinya.

Sudah cukup Nalan Bai Ning menyaksikan hal ini berkali-kali, dia dalam sekali tarikan napas menegakkan punggung ibunya.

"Cukup, Bu! Otakmu masih waras, bisa-bisanya kamu membungkuk hormat pada selingkuhan Pejabat Yi!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel