Bab 2 Uang bulanan
Kelvin menuruti omongan Meta yang sungguh menyakitkan baginya, namun ia tak bisa melawan karena ia tak punya apa-apa. Pria itu hanya bisa makan sendiri tanpa keharmonisan keluarga selayaknya. Ana sesekali melirik ke arah suami, ia berdoa agar suaminya diberi kesabaran terhadap Ibu nya yang materialistik.
Beberapa menit kemudian, Mereka selesai makan. Ana beralih duduk depan suami sambil memegang tanganya dan mengulas senyuman.
"Mas, maafkan aku."
"Kenapa minta maaf, kamu tak salah. Sekarang istirahat ya, besok aku harus berangkat pagi."
"Baik mas, ayo."
Setelah membereskan semua, Ana kembali menyusul suaminya ke kamar. Ia masuk ke kamar melihat suami tengah memijat kaki ia pun mengalihkan dan ia yang memijit.
"Capek sekali ya mas."
"Iya sayang, tapi lumayan dapetnya. Buat makan kita."
"Kalau aku bantu kamu kerja, boleh nggak?"
"Maksudnya biar kita bisa menabung," tambahnya
"Tak usah sayang, mas masih kuat membiayai mu."
"Tapi," ucapan Ana terpotong dengan jari Kevin menutup mulutnya
Perlahan mata mereka saling bertemu dan menatap intens makin lama makin dekat dan Kelvin mencium bibir sexy istrinya , lumatan itu berubah menjadi semakin tegang keduanya. Kelvin sesaat melepas ia takut jika kebablasan. Ana melihat suaminya kikuk ia pun berkata, "Lakukanlah mas."
Kelvin menoleh ke arah istrinya dan mengucap, "Kau yakin."
Ana manggut pela lalu keduanya pun terjebak gairah malam pertama mereka , hingga pagi menjelang. Kelvin tak menyadari jika ia kini terlambat. Sebuah alarm kedua pun membangunkannya
Kring
"Jam berapa sih," gerutu Kevin sambil mengambil ponselnya yang jadul dan melihatnya. Sontak ia terkejut dan buru-buru mandi.
"Astaga, aku telat."
Kelvin keluar kamar dan menuju kamar mandi namun terkunci di dalam.
Ia mengetuk dan bertanya
"Siapa di dalam?"
"Aku. Kau terlambat ya, dasar nggak disiplin," teriak Meta dari dalam kamar mandi
Dan akhirnya, dibukalah oleh Meta pintu kamar mandi tersebut tanpa ngomong apapun. Kelvin masuk kamar mandi bergegas membersihkan diri , 15 menit akhirnya selesai dan juga sudah rapi.
Saat Kelvin membuka pintu kamarnya, ia melihat istri masih meringkuk di bawah selimut. Ia mencium kening lalu meninggalkan sepucuk surat agar istri tak mencarinya. Ia keluar kamar dan bersiap menuju kerjaan namun langkahnya terhenti saat mertuanya memanggil
"Kel, uang bulanan mana?"
"Aku adanya ini, Bu," memberikan seratus ribu
"Hah, hanya segini. Ini hanya buat sehari aja udah ludes.
Kelvin tak menghiraukan dia memilih pergi ke tempat kerja daripada bertengkar.
"Eh, main kabur aja tuh."
Meta menatap kepergian Kelvin dengan wajah menyeringai, "Lihat saja, sampai kapan bakal betah disini."
Sedangkan saat ini Kelvin sampai tempat kerja di bengkel
"Maaf bos, saya kesiangan."
"Ini gajimu dan silahkan kau pergi dari sini," ucap bos itu sambil melemparkan amplop kecil coklat pada Kelvin
"Maksudnya bos."
"Kamu di pecat. Saya nggak terima pegawai malas dan terlambat. Udah sana pergi," usir bos tersebut
Kelvin mendongak rasanya sakit di hina seperti itu, akhirnya ia memilih pergi dari bengkel tersebut dengan wajah lesu.
Kelvin bingung kerja dimana lagi yang bisa menghasilkan uang lumayan agar bisa mencukupi mertua dan istri. Kini, ia juga sudah di pecat.
Saat ia menyusuri jalan di tengah teriknya panas , ia berteduh dan mata elangnya menangkap ada selebaran lowongan kerja yang tertempel di pohon, segera ia ambil.
"Ini akan aku coba."
Sesaat, terdengar tabrakan keras
Brak
Sebuah mobil mewah menabrak pohon di seberang jalan, Kelvin melihat ada seorang laki tua di dalamnya. Sontak, ia berlari dan menolongnya. Perlahan ia mengeluarkan badan Kakek itu dan sopirnya, lalu membawanya ke rumah sakit terdekat.
"Suster tolong kakek ini, dan sopirnya ada di depan," ucap Kelvin mendorong kakek itu pakai kursi roda. Semua melongo saat tahu yang mengalami kecelakaan adalah orang nomor satu di negara ini.
"Baik tuan, silahkan tunggu di depan."
Tak lama setelah di tangani, Kelvin diminta menyetujui pelayanan dan membayar administrasi.
Selesai semua, Kelvin pulang dengan wajah lesunya. Ia tak tahu harus bagaimana karena uang hasil kerjanya ia kasih ke administrasi. Ia berusaha semangat meski tahu nanti bakal di hina lagi oleh mertua.
Di rumahsakit, kakek itu mulai sadar dan melihat sekelilingnya.
"Dimana ini."
Saat orangtua itu terbangun bertepatan perawat akan memeriksanya.
"Tuan sudah sadar. Sukurlah, anda cepat sadar, untung tepat pada waktunya ada yang menolong anda, tuan Mahesa."
"Si-siapa?"
"Dia pria miskin yang berwajah tampan."
"Kenapa kau berkata seperti itu, kesannya menghina."
"Bukan begitu tuan."
"Udah sana, saya tak mau diperiksa orang nggak punya hati."
Perawat itu seketika keluar dari ruangan, Setelah itu perawat tersebut juga mendapat surat pemecatan.
Mahesa memanggil perawat lain lalu bertanya, "Siapa yang menolongku?"
"Dia pemuda tampan, tuan."
"Baiklah siapa namanya."
"Kelvin tuan."
"Baik terimakasih."
Di satu sisi, Kelvin baru saja tiba di rumah sudah di sambut Meta di depan rumah dengan wajah judes dan bersidekap menatap kearahnya. Sungguh Ibu mertua yang siap ingin menerkamnya.
"Assalamualaikum, Bu," ucap salam Kelvin dan menyambut tangannya namun ia kibaskan
"Cih, kau pasti nggak bawa uang kan. Kalau mau makan. Kau cuci dulu piring itu."
"Iya Bu."
Dari kejauhan nampak Tika tak terima jika pria yang ia cintai harus di siakan oleh mertuanya seperti itu.
"Kalau kau terima ku pasti kau takkan menderita seperti ini, Kelvin."
Kini, Kelvin sudah selesai pekerjaannya. Ia juga tak lupa menyapu dan juga mengepel rumah. Ana yang baru pulang dari kebun sehabis membantu tetangganya, kaget suami mengelap meja.
"Assalamualaikum, mas," sapa Ana dan mencium punggung tangan suami
"Waalaikumsalam, sayang. Kamu darimana?"
"Maaf mas, aku dari kebun bantu tetangga tadi minta tolong, yaudah aku bantuin. Kamu kenapa mengerjakan pekerjaan rumah."
"Nggak apa, daripada nggak ada kerjaan di rumah. Sekalian olahraga," ucapnya sambil menampakkan senyum sumringah
"Oh begitu. Yang tadi pagi kamu kesiangan kan. Mas, nggak di pecat kan."
Deg
"Oh tidak. Kamu tenang aja. Oh ya biar aku cuci sayurnya ya."
"Nggak usah Mas, biar Ana aja. Mas mending mandi terus kita makan gantian Ana, ya."
"Baiklah, istriku. Aku mandi dulu."
Setelah Kevin mandi ia mengganti pakaian, lalu ke ruang makan. Di ruang makan, terlihat banyak hidangan yang dibawa Ana tadi. Meta menatap tajam ke arah Kevin yang terlihat sangat ingin memakan itu.
"Kau boleh makan tapi setelah kami selesai," celetuk Meta
Beberapa menit, Ana sudah tampak cantik dengan balutan mini dress. Membuat Kelvin makin terpesona, Meta melihat tatapan Kelvin pada putrinya segera membuyarkannya.
"Ehem. Nak, ayo makan. Tapi pria ini akan makan setelah kita."
"Kenapa begitu Bu."
"Karena."
Ucapan Meta terpotong dengan sahutan dari seseorang membuat mereka seketika menoleh
"Hai, Kel."
